Ngobrol daring yang digelar PFN dan Medcom
Ngobrol daring yang digelar PFN dan Medcom

Tantangan Membuat Film Anak di Indonesia

Elang Riki Yanuar • 12 Juni 2020 19:46
Jakarta: Eugene Panji menyebut banyak tantangan ketika menggarap film anak-anak. Salah satunya tingkat kesulitan berbeda dibandingkan genre film lain.
 
Sutradara film Naura & Genk Juara ini mengakui jika film anak-anak masih sulit bersaing dengan genre lain dari sisi bisnis. Masih jarang rumah produksi berani membuat film anak-anak.
 
"Jarang PH mau buat film anak. Mungkin karena zona nyaman untuk berdagang. Kenyataannya dagang film horor lebih mudah, mau bagus atau enggak tetap laku-laku saja," kata Eugene Panji dalam ngobrol daring yang digelar PFN dan Medcom, Jumat, (12/6/2020).

"Film anak harus mikirin jam tayang. Dulu film pertama tayang pas ujian, tentu saja enggak ada yang datang.  Ketika tayang pas libur sekolah, saingan sama film hollywood. Itu konfliknya banyak," lanjut dia.
 
Menurut Eugene Panji, hal itu tidak hanya terjadi di Indonesia. Melainkan di industri film negara lain, termasuk Hollywood.
 
"Tahun lalu film Indonesia ada 200 lebih tapi film anak film anak jauh dibanding film genre lain. Di dunia juga. Dari sisi bisnis memang belum banyak. Padahal marketnya harusnya lebih besar.
 
Dari segi produksi, sutradara 46 tahun ini menyebut film anak-anak memiliki tingkat kompleksitas yang sulit. Tim produksi harus benar-benar tahu bagaimana dunia anak-anak melihat dunia.
 
"Skenario harus pakai sudut pandang anak-anak, konten yang dibicarakan dunia anak-anak.  Di dunia film anak itu sutradaranya harus suka dunia anak-anak. Sutradara harus menempatkan posisi sebagai orangtua agar punya pendekatan personal dan mereka nyaman. Tidak bisa memperlakukan mereka sebagai orang dewasa," jelas Eugene Panji.
 
Selain Eugene Panji, diskusi bertajuk Tantangan Membuat juga menghadirkan Fitriana Herati (Child Development Specialist, ChildFund International in Indonesia) dan aktris cilik Messi Gusti yang pernah membintangi film Kuambil Lagi Hatiku dan Koki-koki Cilik 2.
 
Fitriana Herarti menekankan pentingnya Indonesia memiliki ekosistem film yang ramah anak. Industri film yang melibatkan anak harus bisa digunakan sebagai wadah mengembangkan potensi anak dan mengoptimalkan apa yang menjadi minat anak.
 
"Di Indonesia, ekosistemnya belum terbentuk. Karena itu kita harus bangun ekosistem yang ramah anak. Buat anak nyaman. Memahami anak itu unik. Mereka berbeda dari orang dewasa. Apapun yang dilakukan sudut pandangnya dari anak. Proses pembuatannya harus berfokus pada anak," kata Fitriana Herarti.
 

 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan