Dikisahkan lewat tokoh Biru Laut, aktivis yang hilang tanpa jejak di tengah gejolak politik. Sang adik, Asmara Jati pun tak henti mencari jejak sang kakak dalam pelik kehidupan para aktivis di zaman itu.
Leila tak hanya mengungkapkan kekelaman dan kekejian yang dialami para aktivis yang diculik kemudian disekap. Ada bumbu persahabatan antara aktivis, roman, serta pengkhianatan.
"Laut Bercerita dibuat berdasarkan riset yang dalam dengan tokoh-tokoh nyata yang terlibat pada peristiwa tahun '98. Seperti novel sebelumnya, saya berusaha memaparkan peristiwa bersejarah dengan sedetil mungkin agar pembaca mampu merasakan apa yang sebenarnya terjadi," ungkap Leila.
"Meski karakter-karakter utama dalam novel adalah fiktif, namun penggambaran pengalaman mereka terinspirasi oleh kisah yang dipaparkan para aktivis '98 dan kawan-kawannya."
Editor Senior Kepustakaan Populer Gramedia Christina M. Udani yang menyunting tulisan Leila memaparkan kisahnya kali ini berbeda dengan novel sebelumnya.
"Ini berbeda dengan Pulang, ada pola yang sama tetapi berbeda. Ciri khas tetap ada tetapi Mbak Leila bisa keluar dari novel pertamanya," kata Christina dalam konferensi pers peluncuran buku Laut Bercerita di Institut Français d'Indonésie (IFI) Jakarta, Selasa, 12 Desember 2017.
Berbeda dengan penulis pada umumnya, Christina merasa tulisan Leila di buku kedua berhasil membawanya keluar dari pembawaan di novel pertama berjudul Pulang.
"Kekhawatiran itu (muncul) ketika membaca prolog, (tapi) saya lega," lanjutnya.
Leila memang selalu membuat kejutan. Jika sebelumnya peluncuran kumpulan cerpen Nadira pada 2009 diiringi theatrical reading, lalu untuk Pulang menampilkan dramatic reading, Laut Bercerita diluncurkan bersama film pendek yang diangkat dari novel berjudul serupa.
Tak terlalu pendek juga tak terlampau panjang, Laut Bercerita dikemas dalam 30 menit dilengkapi mini cuplikan di balik layar.
Film tersebut disutradarai oleh Prita Arianegara yang juga menyutradarai film Salawaku pada 2016. Antusiasme Prita terlibat dalam penggarapan film ini pun didorong oleh ketertarikan cerita dalam Laut Bercerita. Kendati demikian, ada beberapa kesulitan ketika pengambilan adegan.
"Sulit semua," tukasnya sambil tertawa.
Prita banyak berdialog dan cukup keras berpikir bagaimana cara memvisualisasikan cerita. Sehingga ia meminta izin untuk membuatkan satu adegan khusus yang mewakili Laut Bercerita dari dasar laut.
"Saya meminta izin untuk membuatkan suatu adegan seorang yang sudah mati di dasar laut, ada satu adegan Biru Laut menceritakam itu dari dasar laut. Saya menyebutnya sebagai adegan underwater," ungkapnya.
Cuplikan tersebut juga menayangkan bagaimana kondisi keluarga dan kekasih Laut dalam menghadapi kehilangannya.
Dituturkan lewat narasi dan visualisasi yang apik membuat penonton hanyut seketika dalam penayangan perdana film saat peluncuran novel Laut Bercerita di Institut Français d'Indonésie (IFI) Jakarta.
Film ini menggandeng beberapa pemain profesional sebut saja Reza Rahadian, Dian Sastrowardoyo, Ayushita Nugraha, Tio Pakusadewo, Aryani Willems, Lukman Sardi, Tanta Ginting, Ade Firman Hakim, Haydar Salihz dan Adjir N. A.
Penulisan naskah digarap sendiri oleh Leila S. Chudori. Bangku produser diduduki Wisnu Darmawan dan diproduksi oleh Cineria Films bersama Dian Sastrowardoyo Foundation.
Novel Laut Bercerita sudah beredar di toko buku sejak November 2017 dan telah memasuki cetakan kedua.
Sebelumnya, mantan redaktur senior majalah Tempo ini telah sukses lewat novel berlatar sejarah berjudul Pulang yang meraih penghargaan Khatulistiwa Literary Award. Pulang telah diterjemahkan ke dalam lima bahasa yakni Perancis, Belanda, Jerman dan Inggris.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News