"Dengan banyaknya produser, sutradara perempuan maupun penulis perempuan, itu akan bikin industri film jadi unik banget karena cerita-cerita yang tadinya cuma diceritain sama filmmaker laki-laki akhirnya diceritakan lewat sudut pandang yang unik," kata Dian Sastro di Jakarta Pusat.
Sebagai pengingat, daftar produser perempuan pada era 90-an ada Shanty Harmayn dan Mira Lesmana. Memasuki tahun-tahun berikutnya, muncul nama-nama baru seperti Sheila Timothy, Kamila Andini, dan Meiske Taurisia. Perkembangan nama-nama produser ini dinilai menjanjikan ide-ide segar untuk perfilman Indonesia.
"Makin ke sini makin banyak sudut pandang perempuan. Di Hollywood saja sudah kayak begitu. Makanya produser perempuan lumayan banyak. Dari zaman saya dulu ada Mbak Shanty, Mbak Mira. Director (sutradara) cewek sebenarnya perlu lebih banyak lagi," kata Dian.
Kendati kini mulai menapaki bidang produksi, Dian Sastro masih menerima tawaran pekerjaan sebagai aktor. Dia tak menutup kemungkinan untuk memainkan genre-genre yang jarang dimainkan seperti thriller dan horor.
"Di luar jadi produser aku juga masih main film, buat film-film bukan aku yang produsernya. Jadi aku masih bilang sama teman kalau masih mau calling gue sebagai aktor monggo gue juga masih ayok," kata Dian.
Dian Sastrowardoyo bukan tanpa alasan menapaki profesi produser. Dia berharap, pelajaran baru memproduseri film ikut menunjang karier keaktorannya.
"Pinginnya masuk jadi produser itu membuat perkembangan aku sebagai aktor bisa berkembang lagi. Cuma ternyata memang susah untuk langsung berjalan bersamaan. Jadi pelan-pelan. Ini baru film pertama," kata Dian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News