Menurut Adisurya, FFI sebagai ajang penghargaan film yang seharusnya representatif terhadap industri sinema, justru tak lagi memiliki mekanisme yang ideal.
"Jujur saja, FFI sudah masuk ke koridor narsisme. Sudah ada like or dislike (konflik kepentingan), dan sebagainya. Apakah itu benar atau salah? Saya tidak mau katakan," kata Adisurya saat ditemui di Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Jakarta Selatan, Jumat (15/1/2016).
Selain itu, Adisurya menyebut bahwa FFI tidak inklusif dan terbatas. Meski berpendapat demikian, Adisurya mengakui bahwa ragam ajang penghargaan film yang ada akan membuat industri sinema makin semarak.
"Semua festival film punya warna sendiri-sendiri, dengan ragam penilaian akan memberi kekayaan yang lebih," ujarnya.
Kini, Adisurya bersama Yayasan Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail menyiapkan ajang penghargaan film bernama Usmar Ismail Award.
Adisurya menjelaskan bahwa Usmar Ismail Award akan mengakomodasi film-film yang selama ini kurang mendapat tempat di ajang penghargaan film, salah satunya film bergenre horor.
Malam puncak Usmar Ismail Award 2016 akan berlangsung pada 2 April, dan disiarkan oleh salah satu stasiun televisi swasta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News