YOUR FASHION
Mel Ahyar Annual Show 2023 Lestarikan Kain Tenun yang Terancam Punah
Medcom
Selasa 15 Agustus 2023 / 17:11
Jakarta: Perancang Mel Ayhar kembali mengadakan pagelaran busana yang diberi tema Kultulibrasi. Mengambil lokasi di City Hall, PIM 3, Mel Ahyar mencoba menawarkan koleksi hasil interpretasi atas dinamika akulturasi budaya dan regenerasi berimbang antara pelaku dan konsumen budaya.
Mel Ahyar Annual Show 2023 dibuka oleh koleksi dari Happa dan XY. Mereka menampilkan koleksi RIKURIKU yang terinspirasi dari cerita di balik cerita ukiran Suku Asmat.
RIKURIKU tampil membawa passion maskulinitas pria Asmat yang memahat kayu untuk meninggalkan jejak mereka di bumi sekaligus sebagai warisan dan penghormatan kepada leluhur. Terlihat dalam motif kerangka garis-garis floral yang rimbun maupun fauna, seperti lekuk ukiran kayu.
Palet warna earthy diambil dari lukisan wajah khas Asmat yang menggunakan pewarna alami: merah tanah, putih bubuk cangkang kerang, dan hitam arang tumbuk.

Selanjutnya dihadirkan koleksi Mel Ahyar Archipelago yang mengusung wastra Nusantara: Batik Gedog Tuban ‘Onomatope’, Tapis Lampung ‘Mulang Tiuh’, dan Medan as The Melting Pot. Ketiganya menghadirkan angle regenerasi budaya secara berbeda.
Gedog Tuban merupakan batik tulis di atas kain tenun yang statusnya cukup terancam punah sehingga Mel menyuguhkannya hampir secara utuh sebagai bahan baku utama. Sedangkan Mulang Tiuh mengambil craftsmanship tapis dan sulam usus Lampung di atas kain dan motif modern.
"Tidak ada generasi muda yang dari lahir sudah serta-merta langsung berbudaya. Kolaborasi menggunakan wastra tidak hanya untuk meregenerasi pengrajinnya, tapi juga meregenerasi customers dari brand Mel Ahyar," kata Mel Ahyar.
Sebagai pamungkas rangkaian koleksi, Mel Ahyar Fall/Winter 2023-2024 mencerminkan kejelian mata Mel Ahyar memotret fenomena dua dimensi dinamika budaya yang senantiasa berkonflik: dimensi horizontal yang merupakan sebagai medan pertemuan aspek teknologi, geografi hingga sosio-ekonomi, serta dimensi vertikal yaitu lintas-generasi. Siluet dalam koleksi ini dipengaruhi mode 1940-2000an.
"Budaya yang punah menurut kami adalah budaya yang gagal beregenerasi. Yang survive adalah yang berhasil menemukan titik keseimbangan dengan mengakomodasi aspirasi lintas generasi. Memang butuh kepekaan dalam mengenal wastra, mengolah, kemudian memodifikasinya secara respectful as a piece of art terhadap wastra itu sendiri, dan kejelian melihat momentum taste dan market masa kini," kata CEO MMAC Arie Panca.
Lewat acara ini, Mel Ahyar ingin berinisiatif untuk mengembangkan wastra Nusantara sebagai sumber daya kreativitas terbarukan. Sebab Mel yakin budaya itu sifatnya harus dipelajari.
"Visi saya menjadikan wastra Nusantara sebagai creative resource yang saya yakini bisa selalu terbarukan tak ada habisnya melalui kolaborasi langsung dengan para pengrajin, maupun asosiasi untuk pengembangan wastra serta pembinaan pengrajin," tutup Mel Ahyar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)
Mel Ahyar Annual Show 2023 dibuka oleh koleksi dari Happa dan XY. Mereka menampilkan koleksi RIKURIKU yang terinspirasi dari cerita di balik cerita ukiran Suku Asmat.
RIKURIKU tampil membawa passion maskulinitas pria Asmat yang memahat kayu untuk meninggalkan jejak mereka di bumi sekaligus sebagai warisan dan penghormatan kepada leluhur. Terlihat dalam motif kerangka garis-garis floral yang rimbun maupun fauna, seperti lekuk ukiran kayu.
Palet warna earthy diambil dari lukisan wajah khas Asmat yang menggunakan pewarna alami: merah tanah, putih bubuk cangkang kerang, dan hitam arang tumbuk.

Selanjutnya dihadirkan koleksi Mel Ahyar Archipelago yang mengusung wastra Nusantara: Batik Gedog Tuban ‘Onomatope’, Tapis Lampung ‘Mulang Tiuh’, dan Medan as The Melting Pot. Ketiganya menghadirkan angle regenerasi budaya secara berbeda.
Gedog Tuban merupakan batik tulis di atas kain tenun yang statusnya cukup terancam punah sehingga Mel menyuguhkannya hampir secara utuh sebagai bahan baku utama. Sedangkan Mulang Tiuh mengambil craftsmanship tapis dan sulam usus Lampung di atas kain dan motif modern.
"Tidak ada generasi muda yang dari lahir sudah serta-merta langsung berbudaya. Kolaborasi menggunakan wastra tidak hanya untuk meregenerasi pengrajinnya, tapi juga meregenerasi customers dari brand Mel Ahyar," kata Mel Ahyar.
Sebagai pamungkas rangkaian koleksi, Mel Ahyar Fall/Winter 2023-2024 mencerminkan kejelian mata Mel Ahyar memotret fenomena dua dimensi dinamika budaya yang senantiasa berkonflik: dimensi horizontal yang merupakan sebagai medan pertemuan aspek teknologi, geografi hingga sosio-ekonomi, serta dimensi vertikal yaitu lintas-generasi. Siluet dalam koleksi ini dipengaruhi mode 1940-2000an.
"Budaya yang punah menurut kami adalah budaya yang gagal beregenerasi. Yang survive adalah yang berhasil menemukan titik keseimbangan dengan mengakomodasi aspirasi lintas generasi. Memang butuh kepekaan dalam mengenal wastra, mengolah, kemudian memodifikasinya secara respectful as a piece of art terhadap wastra itu sendiri, dan kejelian melihat momentum taste dan market masa kini," kata CEO MMAC Arie Panca.
Lewat acara ini, Mel Ahyar ingin berinisiatif untuk mengembangkan wastra Nusantara sebagai sumber daya kreativitas terbarukan. Sebab Mel yakin budaya itu sifatnya harus dipelajari.
"Visi saya menjadikan wastra Nusantara sebagai creative resource yang saya yakini bisa selalu terbarukan tak ada habisnya melalui kolaborasi langsung dengan para pengrajin, maupun asosiasi untuk pengembangan wastra serta pembinaan pengrajin," tutup Mel Ahyar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)