YOUR FASHION
BRICS+ Fashion Summit: Asia Pionir Pertumbuhan Mode Ramah Lingkungan
Medcom
Jumat 12 September 2025 / 09:09
Jakarta: Asia berdiri sebagai salah satu kekuatan utama yang membentuk lanskap mode dunia. Asia unggul pada kemampuannya memadukan warisan budaya yang kaya dengan teknologi mutakhir dan praktik berkelanjutan.
Negara-negara seperti India, Indonesia, dan Malaysia menjadi pionir dalam mengusung pertumbuhan yang ramah lingkungan dan tetap menjaga identitas uniknya. Inilah pesan utama yang dibawa delegasi Asia dalam BRICS+ Fashion Summit yang digelar di Moskow pada akhir Agustus lalu.
BRICS+ Fashion Summit telah menjelma menjadi platform internasional yang menampilkan bagaimana negara-negara Global South mendorong agenda mode global. Sebagai tuan rumah forum berskala besar ini, Moskow bertransformasi menjadi pusat pertemuan tokoh mode terkemuka dari Asia, Afrika, Amerika Latin, hingga Amerika Serikat dan Eropa.
Dinamika industri mode kini bergeser ke pasar negara berkembang, di mana para pemimpin baru tengah membangun jejaring bisnis sekaligus mempererat hubungan budaya. Delegasi dari Asia, salah satu kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia, memainkan peran penting dalam program, termasuk melalui sesi khusus yang menyoroti pengaruh global benua ini terhadap industri mode.
Sesi tersebut menghadirkan para pakar terkemuka dari Indonesia: Ali Charisma, Advisory Board & Event Director Indonesian Fashion Chamber; Liliek Setiawan, Wakil Ketua Asosiasi Tekstil Indonesia sekaligus CEO Sekar Lima; serta Rizal Rakhman, Government Relations & Sustainability Executive PT Pan Brothers Tbk.

(Regional session Asia at BRICS+ Fashion Summit. Foto: Dok. Istimewa)
Menurut Ali Charisma, ajang seperti BRICS+ Fashion Summit memiliki peran penting dalam memfasilitasi pertukaran lintas budaya dengan menyediakan wadah di mana para desainer, brand, dan pemangku kepentingan mode dari berbagai negara dapat berbagi warisan, kreativitas, dan nilai-nilai mereka.
"Melalui peragaan busana, pameran, dan diskusi, para peserta memperkenalkan narasi budaya masing-masing, baik melalui tekstil tradisional, teknik pengerjaan, maupun filosofi desain yang mendorong pemahaman dan apresiasi bersama. Paparan seperti ini membantu mematahkan stereotip dan membangun penghargaan terhadap keberagaman budaya di industri mode global," ujarnya dalam siaran pers.
Selama Summit, para ahli dari Indonesia dan Asia membahas bagaimana ekosistem mode kawasan ini terbentuk, praktik dan solusi yang menciptakan keunggulan kompetitif berkelanjutan di panggung dunia, serta bagaimana mode berkontribusi pada citra internasional negara-negara Asia. Para pembicara juga mengeksplorasi peluang kolaborasi internasional baru yang kini terbuka bagi industri mode kawasan.
Sustainability dan circular fashion menjadi tema sentral diskusi. Liliek Setiawan mengatakan Indonesia memiliki semua serat alami yang dibutuhkan, mulai dari daun pisang, bambu, serat kelapa, hingga rami.
"Namun tantangannya adalah tingginya biaya bahan baku ini, karena permintaan masih terbatas. Untuk membuat produksi serat ramah lingkungan dapat berkembang skala besar, dibutuhkan permintaan pasar yang kuat. Semuanya bergantung pada hukum permintaan dan penawaran. Karena itu, saya mengajak kita semua untuk mulai mengenakan pakaian yang hanya terbuat dari serat alami," papar Liliek.
Dalam kurun tiga tahun, BRICS+ Fashion Summit telah mempertemukan perwakilan industri mode dari 109 negara, lebih dari setengah dunia. Dalam dialog multinasional ini, kontribusi Indonesia, dengan ide-ide visioner dan talenta kreatifnya, menonjol sebagai kekuatan pendorong yang menetapkan arah baru bagi masa depan mode global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(yyy)
Negara-negara seperti India, Indonesia, dan Malaysia menjadi pionir dalam mengusung pertumbuhan yang ramah lingkungan dan tetap menjaga identitas uniknya. Inilah pesan utama yang dibawa delegasi Asia dalam BRICS+ Fashion Summit yang digelar di Moskow pada akhir Agustus lalu.
BRICS+ Fashion Summit telah menjelma menjadi platform internasional yang menampilkan bagaimana negara-negara Global South mendorong agenda mode global. Sebagai tuan rumah forum berskala besar ini, Moskow bertransformasi menjadi pusat pertemuan tokoh mode terkemuka dari Asia, Afrika, Amerika Latin, hingga Amerika Serikat dan Eropa.
Dinamika industri mode kini bergeser ke pasar negara berkembang, di mana para pemimpin baru tengah membangun jejaring bisnis sekaligus mempererat hubungan budaya. Delegasi dari Asia, salah satu kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia, memainkan peran penting dalam program, termasuk melalui sesi khusus yang menyoroti pengaruh global benua ini terhadap industri mode.
Sesi tersebut menghadirkan para pakar terkemuka dari Indonesia: Ali Charisma, Advisory Board & Event Director Indonesian Fashion Chamber; Liliek Setiawan, Wakil Ketua Asosiasi Tekstil Indonesia sekaligus CEO Sekar Lima; serta Rizal Rakhman, Government Relations & Sustainability Executive PT Pan Brothers Tbk.

(Regional session Asia at BRICS+ Fashion Summit. Foto: Dok. Istimewa)
Menurut Ali Charisma, ajang seperti BRICS+ Fashion Summit memiliki peran penting dalam memfasilitasi pertukaran lintas budaya dengan menyediakan wadah di mana para desainer, brand, dan pemangku kepentingan mode dari berbagai negara dapat berbagi warisan, kreativitas, dan nilai-nilai mereka.
"Melalui peragaan busana, pameran, dan diskusi, para peserta memperkenalkan narasi budaya masing-masing, baik melalui tekstil tradisional, teknik pengerjaan, maupun filosofi desain yang mendorong pemahaman dan apresiasi bersama. Paparan seperti ini membantu mematahkan stereotip dan membangun penghargaan terhadap keberagaman budaya di industri mode global," ujarnya dalam siaran pers.
Selama Summit, para ahli dari Indonesia dan Asia membahas bagaimana ekosistem mode kawasan ini terbentuk, praktik dan solusi yang menciptakan keunggulan kompetitif berkelanjutan di panggung dunia, serta bagaimana mode berkontribusi pada citra internasional negara-negara Asia. Para pembicara juga mengeksplorasi peluang kolaborasi internasional baru yang kini terbuka bagi industri mode kawasan.
Sustainability dan circular fashion menjadi tema sentral diskusi. Liliek Setiawan mengatakan Indonesia memiliki semua serat alami yang dibutuhkan, mulai dari daun pisang, bambu, serat kelapa, hingga rami.
"Namun tantangannya adalah tingginya biaya bahan baku ini, karena permintaan masih terbatas. Untuk membuat produksi serat ramah lingkungan dapat berkembang skala besar, dibutuhkan permintaan pasar yang kuat. Semuanya bergantung pada hukum permintaan dan penawaran. Karena itu, saya mengajak kita semua untuk mulai mengenakan pakaian yang hanya terbuat dari serat alami," papar Liliek.
Dalam kurun tiga tahun, BRICS+ Fashion Summit telah mempertemukan perwakilan industri mode dari 109 negara, lebih dari setengah dunia. Dalam dialog multinasional ini, kontribusi Indonesia, dengan ide-ide visioner dan talenta kreatifnya, menonjol sebagai kekuatan pendorong yang menetapkan arah baru bagi masa depan mode global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(yyy)