YOUR FASHION
Mulai dari Motif Batik Hingga Ulos, APPMI dan Adrie Basuki Meriahkan JF3
Aulia Putriningtias
Minggu 27 Juli 2025 / 14:59
Jakarta: Pagelaran busana JF3 kembali hadir tahun ini dan sudah menampilkan hari pertama pertunjukkan berbagai busana. Salah satunya berbagai macam busana dari Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) dan Adrie Basuki.
APPMI sendiri membawa tiga desainer, yakni KHAYAE, Harry Hasibuan, dan Yuni Pohan. Masing-masing desainer memiliki keunikan tersendiri dalam menampilkan busana mereka dengan inspirasi yang begitu menarik.
Baca juga: Festival Fesyen dan Kuliner Dinilai Strategis untuk Ekonomi Kreatif Nasional
Seperti KHAYAE, yang merayakan keindahan wastra Indonesia dengan mengusung tema Tropical Sanctuary, yang terinspirasi atas hutan hujan tropis. Material yang digunakan seperti organik, tenun bulu, dan motif dedaunan dan akar-akaran eksotis.
Melalui tema ini, KHAYAE mengeksplorasi hubungan antara manusia, lingkungan, dan identitas melalui interpretasi artistik terhadap berbagai habitat dari rimba tropis. Setiap segmen menampilkan bagaimana pakaian bisa menjadi "rumah" bagi ekspresi diri, budaya, dan alam yang membentuk manusia.
Beralih kepada Harry Hasibuan, dirinya membawakan koleksi "Falling for the Bloom". Koleksi ini merupakan perayaan keindahan bunga-bunga yang bermekaran, diterjemahkan ke dalam desain busana yang memadukan keanggunan klasik dengan sentuhan segar nan feminim.
“Falling for the Bloom” menampilkan 20 koleksi busana yang didominasi oleh potongan loose dan siluet mengalir, menjadikannya pilihan sempurna untuk berbagai momen, khususnya acara pesta atau perayaan. Material yang digunakan pun memperkuat nuansa feminim dan glamor, seperti lace, tulle, organza, beludru, hingga aksen budaya melalui penggunaan kain songket dan tenun tradisional Indonesia.

(Adrie Basuki membawakan sebanyak 24 looks dari koleksi dengan tema "Transforma", yaitu turunan kata transformasi atau yang berarti sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Foto: Dok. Medcom.id/Aulia Putriningtias)
Menarik lainnya datang dari Yuni Pohan, yang terinspirasi koleksinya atas budaya Batak dengan istilah markobas, dengan arti bersiap-siap melakukan kegiatan. Dengan gaya chic dan edge, desain ini membawa wastra Batak yang beragam, seperti tumtuman, sibolangan, maringin, dan lainnya.
Detail busana ini menggunakan aplikasi handmade bunga dan tusuk jelujur dan feston. Sebanyak 20 koleksi ditampilkan dengan dua kelompok warna, yakni nude dan navy, di mana warna-warna ini menjadi yang disukai dari zaman ke zaman.
Adrie Basuki membawakan sebanyak 24 looks dari koleksi dengan tema "Transforma", yaitu turunan kata transformasi atau yang berarti sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Mengangkat tema ini, Adrie Basuki ingin menyampaikan tiga pesan yang begitu bermakna.
Adrie Basuki tetap konsisten menggunakan kain kain daur ulang yang bertransformasi menjadi baru, dengan motif marmer yang menjadi ciri khas Adrie Basuki. Kain Marmer ini mengajak kita semua untuk selalu ramah dan peduli pada alam semesta. Kain marmer ini akan bertransformasi menjadi koleksi ready to wear dengan keunikan tersendiri.
Tahun ini, Adrie Basuki juga berkolaborasi dengan Batik Sadabhumi yang motifnya terinspirasi atas perjuangan dan semangat para pejuang penyakit kanker.
Berjalannya 3 tahun kampanye bersama Cancer Information and Support Center (CISC), Adrie Basuki ingin membawa transformasi dari ketidakberdayaan menjadi sebuah keyakinan bahwa setiap hal baik pasti bisa terjadi dalam setiap kehidupan manusia di alam semesta.
Baca juga: Queennindya Jasminehaq, Face Icon JF3 2025 Representasi Generasi Muda dan Budaya
Adrie Bakrie juga melakukan kolaborasi tiga jenis kain, menggunakan kain marmer, kain batik cap, dan dipadukan dengan denim modern. Untuk menambah kenyamanan dalam koleksi sehari-hari, memberikan sebuah transformasi bahwa kain kain daur ulang dan wastra tetap bisa di-styling dengan menarik untuk berbagai kesempatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
APPMI sendiri membawa tiga desainer, yakni KHAYAE, Harry Hasibuan, dan Yuni Pohan. Masing-masing desainer memiliki keunikan tersendiri dalam menampilkan busana mereka dengan inspirasi yang begitu menarik.
Baca juga: Festival Fesyen dan Kuliner Dinilai Strategis untuk Ekonomi Kreatif Nasional
Tampilan busana menarik dari para desainer APPMI
Seperti KHAYAE, yang merayakan keindahan wastra Indonesia dengan mengusung tema Tropical Sanctuary, yang terinspirasi atas hutan hujan tropis. Material yang digunakan seperti organik, tenun bulu, dan motif dedaunan dan akar-akaran eksotis.
Melalui tema ini, KHAYAE mengeksplorasi hubungan antara manusia, lingkungan, dan identitas melalui interpretasi artistik terhadap berbagai habitat dari rimba tropis. Setiap segmen menampilkan bagaimana pakaian bisa menjadi "rumah" bagi ekspresi diri, budaya, dan alam yang membentuk manusia.
Beralih kepada Harry Hasibuan, dirinya membawakan koleksi "Falling for the Bloom". Koleksi ini merupakan perayaan keindahan bunga-bunga yang bermekaran, diterjemahkan ke dalam desain busana yang memadukan keanggunan klasik dengan sentuhan segar nan feminim.
“Falling for the Bloom” menampilkan 20 koleksi busana yang didominasi oleh potongan loose dan siluet mengalir, menjadikannya pilihan sempurna untuk berbagai momen, khususnya acara pesta atau perayaan. Material yang digunakan pun memperkuat nuansa feminim dan glamor, seperti lace, tulle, organza, beludru, hingga aksen budaya melalui penggunaan kain songket dan tenun tradisional Indonesia.

(Adrie Basuki membawakan sebanyak 24 looks dari koleksi dengan tema "Transforma", yaitu turunan kata transformasi atau yang berarti sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Foto: Dok. Medcom.id/Aulia Putriningtias)
Menarik lainnya datang dari Yuni Pohan, yang terinspirasi koleksinya atas budaya Batak dengan istilah markobas, dengan arti bersiap-siap melakukan kegiatan. Dengan gaya chic dan edge, desain ini membawa wastra Batak yang beragam, seperti tumtuman, sibolangan, maringin, dan lainnya.
Detail busana ini menggunakan aplikasi handmade bunga dan tusuk jelujur dan feston. Sebanyak 20 koleksi ditampilkan dengan dua kelompok warna, yakni nude dan navy, di mana warna-warna ini menjadi yang disukai dari zaman ke zaman.
Adrie Basuki
Adrie Basuki membawakan sebanyak 24 looks dari koleksi dengan tema "Transforma", yaitu turunan kata transformasi atau yang berarti sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Mengangkat tema ini, Adrie Basuki ingin menyampaikan tiga pesan yang begitu bermakna.
Adrie Basuki tetap konsisten menggunakan kain kain daur ulang yang bertransformasi menjadi baru, dengan motif marmer yang menjadi ciri khas Adrie Basuki. Kain Marmer ini mengajak kita semua untuk selalu ramah dan peduli pada alam semesta. Kain marmer ini akan bertransformasi menjadi koleksi ready to wear dengan keunikan tersendiri.
Tahun ini, Adrie Basuki juga berkolaborasi dengan Batik Sadabhumi yang motifnya terinspirasi atas perjuangan dan semangat para pejuang penyakit kanker.
Berjalannya 3 tahun kampanye bersama Cancer Information and Support Center (CISC), Adrie Basuki ingin membawa transformasi dari ketidakberdayaan menjadi sebuah keyakinan bahwa setiap hal baik pasti bisa terjadi dalam setiap kehidupan manusia di alam semesta.
Baca juga: Queennindya Jasminehaq, Face Icon JF3 2025 Representasi Generasi Muda dan Budaya
Adrie Bakrie juga melakukan kolaborasi tiga jenis kain, menggunakan kain marmer, kain batik cap, dan dipadukan dengan denim modern. Untuk menambah kenyamanan dalam koleksi sehari-hari, memberikan sebuah transformasi bahwa kain kain daur ulang dan wastra tetap bisa di-styling dengan menarik untuk berbagai kesempatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)