WISATA
Periskop Pariwisata 2026: Indonesia Menuju Era Baru Wisata Berkualitas
A. Firdaus
Rabu 31 Desember 2025 / 07:16
Jakarta: Tahun 2026 diprediksi menjadi babak penting bagi industri Pariwisata Indonesia. Bukan sekadar soal jumlah kunjungan, tetapi tentang transformasi menuju wisata yang lebih berkualitas dan berkelanjutan.
Berbagai data dan proyeksi resmi menunjukkan tren yang makin menguat. Mulai dari pemulihan pascapandemi, kini sektor ini bergerak menuju fase akselerasi dengan strategi yang lebih matang dan terukur.
Sepanjang 2025, geliat Pariwisata Indonesia telah menunjukkan performa yang menggembirakan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hingga Oktober 2025 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) mencapai 12,76 juta orang, meningkat lebih dari 10% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Malaysia, Australia, dan Singapura menjadi tiga pasar utama penyumbang kunjungan terbesar ke Indonesia.
Tak hanya dari luar negeri, perjalanan wisata domestik juga terus meningkat secara signifikan. Tren ini mencerminkan optimisme kuat pelaku industri dan masyarakat Indonesia dalam menjadikan perjalanan sebagai bagian penting dari gaya hidup modern.
Menjawab momentum tersebut, Kementerian Pariwisata bersama Bappenas dan Bank Indonesia telah merilis dokumen resmi Indonesia Tourism Outlook 2025/2026 sebagai panduan strategis sektor pariwisata nasional. Laporan ini tidak hanya berisi proyeksi angka, tetapi juga mengidentifikasi tren utama dan isu strategis yang harus diantisipasi demi pertumbuhan berkelanjutan.
Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenpar menekankan bahwa outlook ini dibuat dengan pendekatan yang kolaboratif, mencerminkan komitmen pemerintah dan pemangku kepentingan untuk membangun pariwisata Indonesia yang lebih berkualitas, inklusif, dan bertanggung jawab.
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) memaparkan generasi milenial dan Gen Z sebagai wisatawan digital-native yang mendorong munculnya berbagai tren pariwisata baru di Indonesia pada 2026.
Dalam dokumen tersebut dan juga laporan media nasional terkait tren pariwisata Indonesia, muncul sejumlah insight menarik tentang perilaku wisatawan yang diprediksi mendominasi 2026. Wisatawan generasi milenial dan Gen Z, yang akrab dengan teknologi digital, diperkirakan menjadi penggerak utama industri dengan “digital-native journey”, mereka mencari pengalaman yang lebih personal, efisien, dan imersif. Teknologi seperti AI, IoT, AR, dan VR diperkirakan makin banyak dipakai untuk menciptakan pengalaman perjalanan baru yang menarik.

Wisatawan generasi milenial dan Gen Z, yang akrab dengan teknologi digital, diperkirakan menjadi penggerak utama industri dengan digital-native journey.
Di sisi lain, pola perjalanan wisatawan domestik saat ini menunjukkan preferensi kuat terhadap quality time bersama keluarga dan pengalaman singkat yang bermakna (micro-vacations). Tren tersebut memicu pertumbuhan perjalanan singkat yang intens sepanjang akhir pekan atau libur nasional, bukan sekadar pergerakan jarak jauh.
Diproyeksikan pula, industri pariwisata Indonesia tidak hanya fokus pada jumlah kunjungan, tetapi juga pada nilai ekonomi dan kualitas pengalaman wisatawan. Hal ini sejalan dengan target pemerintah melalui dokumen perencanaan jangka menengah yang menempatkan sektor pariwisata sebagai salah satu pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Beberapa strategi yang tengah ditempuh antara lain pengembangan destinasi prioritas, peningkatan promosi internasional, serta kolaborasi antar lembaga pemerintah dengan sektor swasta untuk memperkuat daya tarik wisata Indonesia secara global.
Perubahan pola permintaan wisatawan juga memaksa pelaku industri dan destinasi lokal untuk menyesuaikan diri, bukan hanya dari sisi layanan, melainkan aspek keberlanjutan dan konservasi. Fokus pada quality tourism berarti menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian sumber daya budaya serta lingkungan.
Seiring meningkatnya minat global terhadap pengalaman yang otentik, tujuan wisata Indonesia seperti Bali, Yogyakarta, dan berbagai desa wisata semakin dilirik sebagai destinasi yang tidak hanya menonjolkan keindahan alam tetapi juga nilai budaya lokal yang kental.
Memasuki 2026, kombinasi antara data pertumbuhan wisatawan, dokumen outlook strategis, dan tren perilaku konsumen memberi sinyal bahwa pariwisata Indonesia berada di jalur yang tepat: lebih kuat, lebih cerdas, dan lebih relevan dengan kebutuhan wisata modern. Dengan dukungan kebijakan yang tepat dan sinergi berbagai pihak, sektor ini diperkirakan tidak hanya menjadi sumber devisa besar bagi negara, tetapi juga pendorong kesejahteraan komunitas lokal di seluruh nusantara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Berbagai data dan proyeksi resmi menunjukkan tren yang makin menguat. Mulai dari pemulihan pascapandemi, kini sektor ini bergerak menuju fase akselerasi dengan strategi yang lebih matang dan terukur.
Bangkit dan berkembang pesat
Sepanjang 2025, geliat Pariwisata Indonesia telah menunjukkan performa yang menggembirakan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hingga Oktober 2025 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) mencapai 12,76 juta orang, meningkat lebih dari 10% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Malaysia, Australia, dan Singapura menjadi tiga pasar utama penyumbang kunjungan terbesar ke Indonesia.
Tak hanya dari luar negeri, perjalanan wisata domestik juga terus meningkat secara signifikan. Tren ini mencerminkan optimisme kuat pelaku industri dan masyarakat Indonesia dalam menjadikan perjalanan sebagai bagian penting dari gaya hidup modern.
Outlook Pariwisata Nasional 2025–2026
Menjawab momentum tersebut, Kementerian Pariwisata bersama Bappenas dan Bank Indonesia telah merilis dokumen resmi Indonesia Tourism Outlook 2025/2026 sebagai panduan strategis sektor pariwisata nasional. Laporan ini tidak hanya berisi proyeksi angka, tetapi juga mengidentifikasi tren utama dan isu strategis yang harus diantisipasi demi pertumbuhan berkelanjutan.
Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenpar menekankan bahwa outlook ini dibuat dengan pendekatan yang kolaboratif, mencerminkan komitmen pemerintah dan pemangku kepentingan untuk membangun pariwisata Indonesia yang lebih berkualitas, inklusif, dan bertanggung jawab.
Tren 2026: Wisatawan Digital dan Pengalaman Personal
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) memaparkan generasi milenial dan Gen Z sebagai wisatawan digital-native yang mendorong munculnya berbagai tren pariwisata baru di Indonesia pada 2026.
Dalam dokumen tersebut dan juga laporan media nasional terkait tren pariwisata Indonesia, muncul sejumlah insight menarik tentang perilaku wisatawan yang diprediksi mendominasi 2026. Wisatawan generasi milenial dan Gen Z, yang akrab dengan teknologi digital, diperkirakan menjadi penggerak utama industri dengan “digital-native journey”, mereka mencari pengalaman yang lebih personal, efisien, dan imersif. Teknologi seperti AI, IoT, AR, dan VR diperkirakan makin banyak dipakai untuk menciptakan pengalaman perjalanan baru yang menarik.

Wisatawan generasi milenial dan Gen Z, yang akrab dengan teknologi digital, diperkirakan menjadi penggerak utama industri dengan digital-native journey.
Di sisi lain, pola perjalanan wisatawan domestik saat ini menunjukkan preferensi kuat terhadap quality time bersama keluarga dan pengalaman singkat yang bermakna (micro-vacations). Tren tersebut memicu pertumbuhan perjalanan singkat yang intens sepanjang akhir pekan atau libur nasional, bukan sekadar pergerakan jarak jauh.
Arah Kebijakan dan Tantangan ke Depan
Diproyeksikan pula, industri pariwisata Indonesia tidak hanya fokus pada jumlah kunjungan, tetapi juga pada nilai ekonomi dan kualitas pengalaman wisatawan. Hal ini sejalan dengan target pemerintah melalui dokumen perencanaan jangka menengah yang menempatkan sektor pariwisata sebagai salah satu pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Beberapa strategi yang tengah ditempuh antara lain pengembangan destinasi prioritas, peningkatan promosi internasional, serta kolaborasi antar lembaga pemerintah dengan sektor swasta untuk memperkuat daya tarik wisata Indonesia secara global.
Menuju Wisata Berkelanjutan dan Kompetitif
Perubahan pola permintaan wisatawan juga memaksa pelaku industri dan destinasi lokal untuk menyesuaikan diri, bukan hanya dari sisi layanan, melainkan aspek keberlanjutan dan konservasi. Fokus pada quality tourism berarti menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian sumber daya budaya serta lingkungan.
Seiring meningkatnya minat global terhadap pengalaman yang otentik, tujuan wisata Indonesia seperti Bali, Yogyakarta, dan berbagai desa wisata semakin dilirik sebagai destinasi yang tidak hanya menonjolkan keindahan alam tetapi juga nilai budaya lokal yang kental.
Pelan tapi Pasti
Memasuki 2026, kombinasi antara data pertumbuhan wisatawan, dokumen outlook strategis, dan tren perilaku konsumen memberi sinyal bahwa pariwisata Indonesia berada di jalur yang tepat: lebih kuat, lebih cerdas, dan lebih relevan dengan kebutuhan wisata modern. Dengan dukungan kebijakan yang tepat dan sinergi berbagai pihak, sektor ini diperkirakan tidak hanya menjadi sumber devisa besar bagi negara, tetapi juga pendorong kesejahteraan komunitas lokal di seluruh nusantara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)