WISATA
Pesona Hong Kong, dari Naik Cable Car Hingga Makan Dimsum
Yatin Suleha
Senin 02 Desember 2024 / 01:50
Jakarta: Seringnya kita melihat Hong Kong sebagai sebuah negara. Nyatanya bukan! Jangan menganggapnya seperti itu karena Hong Kong merupakan sebuah kota, bukan negara. Dalam Wikipedia, Hong Kong punya nama resmi Provinsi Otonomi Khusus Hong Kong.
Ia adalah sebuah provinsi swatantra yang terletak di bagian tenggara Tiongkok di estuari Sungai Mutiara. Kota yang sekilas mirip New York ini, terkenal dengan perkembangannya yang pesat, pelabuhan laut dalam alami, dan kepadatan penduduk.
Penduduk Hong Kong saat ini terdiri dari 93.6 persen etnis Tionghoa dan sebagian besar dari penduduknya dapat menguasi bahasa Kanton, Mandarin, serta bahasa Inggris. Tim Medcom.id berkesempatan melihat langsung kota nan indah ini selama beberapa hari.
Dibawa keliling oleh H/Advisors Klareco dalam Famtrip untuk merasakan pengalaman ramah muslim di Hong Kong yang digagas oleh Hong Kong Tourism Board (HKTB). Penasaran, seperti apa keindahan kota Hong Kong lebih dekat? Yuk, Sobat Medcom, kita masuki dunia 'Pearl of The Orient' melalui tulisan ini.

(Pemandangan di sekitar bandara Hong Kong International Airport. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Ketinggian pesawat mulai terus menurun sesaat diumumkan kita telah memasuki kawasan Hong Kong. Langsung saja, pandangan mata ini melihat kontur tanah-tanah tinggi hijau di kejauhan. Bukit-bukit berjajar seperti sedang berpelukan.
Tak lama berselang, "Welcome to Hong Kong International Airport. This is our final journey from Soekarno-Hatta Airport, Jakarta to Hong Kong International Airport," ucap pramugari.
Tak terasa selama lima jam beberapa menit, kita telah sampai di Hong Kong. Keluar dari boarding bridge, pesona kecil kota Hong Kong di sekitaran bandara telah terlihat. Airport dikelilingi awan-awan yang menyentuh punggung perbukitan. Cuaca terasa lebih dingin dari Jakarta. Realita dimulai dalam kecantikan alam.
Dengan cuaca nyaman dan udara yang terasa jernih, kami rasanya langsung optimis bakal bahagia menjalani hari-hari trip bersama HKTB ini. Dan dalam perjalanan, langit biru dan putih, jalan rapi, menghirup udara yang terasa bersih, dan pemandangan bukit-bukit terjal serta berada di pinggir laut dan pantai, rasanya hampir tak percaya.
Bagaimana bisa kita bisa langsung menikmati pegunungan dan laut pada saat yang bersamaan? Sungguh keindahan ini rasanya 'tidak adil'. Too good to be true. Eloknya Hong Kong jadi seakan tak terbantahkan.
.jpg)
(Sudut manis dari kamar Hotel Alexandra. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Setelah meletakkan koper di hotel cantik berdesain bak istana klasik, Alexandra di City Garden Rd, North Point, sejenak menikmati sudut ruangan kamar. Penjuru ruangan diapit dua jendela kaca besar menghadirkan lukisan sudut Kota Hong Kong.
Laut lalu di seberang gedung-gedung tinggi. Lalu lalang perahu, boat sedang hingga kapal besar peti kemas mirip seperti visual di film. Belum lagi jika sesekali helikopter lewat. Betah sekali berada di sudut kecil ini jadinya.
Pukul 6 sore bersiap makan malam. Saya masih mengingat benar, makan bersama pertama kali di Pasteako, Hollywood Road, di Aberdeen Street, Central. Sajian pasta mezzi rigatoni dengan saus romesco, dan rib eye yang well done, benar-benar menyajikan kenikmatan diluar dugaan. Konsep sedang makan menu kita kemudian disajikan lagi jenis pasta dengan saus dan rasa yang berbeda-beda, jujur saja bikin hati senang.
"Jadi enggak penasaran dengan rasa pasta-pasta yang lainnya" dalam hati saya bersahut. Dan ini adalah pengalaman makan pasta terenak yang pernah saya alami. Creamy pasta dan humble resto berdisain vintage, serasa beberapa jam berada di salah satu bagian kecil dari Italia. Sejenak jadi lupa kalau sedang berada di Hong Kong.

(Pasta mezzi rigatoni dengan saus romesco, dan well done rib eye di Pasteako. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Ditutup dengan hot tea dan homemade Tiramisu, rasanya perut ini happy sekali. Dan jika kamu berada di Hollywood street ini, jangan lupa mencoba Tiramisunya di Pasteako. Saya jamin, ini juga jadi bagian kebahagiaan makan di Pasteako. One of the best homemade Tiramisu.
Hari berikutnya, kita mencoba menyeberang ke Tai O. Diapit oleh garis pantai perbukitan hijau yang curam, jantung Desa Tai O adalah alun-alun di depan kuil Kwan Tai yang penuh hiasan. Jalan-jalan sempit menjalar ke segala arah, dipenuhi toko-toko yang menjual hasil bumi setempat.
Setelah boat bersandar, kami bersinggah sejenak ke sebuah rumah perajin kuning telur yang bernama Pearl Fan. Pearl Fan dan keluarga menambah lini bisnis telur asin. Memisahkan kuning telur dari putihnya di dalam air-sungguh nyatanya tak semudah tulisan ini. Tim Medcom.id yang mencobanya pun gagal.
Cerita selengkapnya sudah kami paparkan lewat "Terpikat Desa Nelayan, 'The Humble' Tai O di Lantau Island".

(Pesona pemandangan dari Cable Car, bikin lupa rasa takut. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Tentu saja kami tak melewatkan menaiki Cable Car, Ngong Ping 360 Cable Car di Lantau Island. Menaiki Crystal+ Cabin yang baru saja diluncurkan menawarkan visibilitas lebih dari 80 persen dan melihat 360 pemandangan alam yang dimiliki oleh Hong Kong. Bisa saya utarakan rasanya 'gila banget!'
Rasa deg-degan, tapi mata ini benar-benar disajikan pemandangan keindahan bukit, laut, dan kota secara berturut-turut. Saya jadi enggak terlalu fokus pada rasa takut jadinya... Melalui Tung Chung Bay, Lantau Island, Ngong Ping Plateau, 25 menit rasanya jadi sebentar sekali.
Dari yang takut sampai-sampai berani tidur di lantai kereta gantung yang sejernih kristal ini, ya mirip-mirip seperti influencer kalau mau berfoto begitu. Soalnya, pengalaman ini kapan datang lagi bukan? Jadi, lupa dengan arti gentar malah jadi berseru! Ngong Ping Village-desa wisata yang dibangun tepat di sebelah Ngong Ping Cable Car Terminal ini mesti jadi bucket list kamu traveler mania!

(Suasana di tempat makan Islamic Centre Canteen. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Bicara soal makanan halal di Hong Kong, kami bertandang makan siang hari berikutnya di Islamic Centre Canteen. Ini merupakan salah satu kuliner dalam wisata halal yang wajib dicoba saat berada di Hong Kong.
Berlokasi di lantai 5 dalam 40 Salvation Amy Street, Wan Chai, tempat makan ini menjadi bagian dari Masjid Ammar dan Osman Ramju Sadick Islamic Centre. Bercat putih, pintu kantin terlihat terbuka lebar dan tumpukan bakul bambu berisi berbagai jenis dimsum di sisi kiri kantin menyambut. Keharuman masakan menyeruak.
Tampak sudah banyak pengunjung yang menempati kursi dan meja makan di kantin ini. Tour guide kami yang bernama Carolus mengatakan, harus mencoba antre di depan pegawai yang memegang kartu. Ini adalah gaya khas makan di kantin Hong Kong. Ia lalu akan mencoret menu yang dipilih, lalu bakul bambu dibawa.
Menyajikan wisata kuliner khas Hong Kong, yaitu dimsum, mungkin terdengar biasa. Namun, bagaimana rasanya makan dimsum fresh khas otentik Cantonese yang baru saja selesai dimasak? Bisa dibilang, ini adalah pengalaman makan dimsum tersegar dan terenak yang pernah saya alami.
Keandalan tim juru masak yang menghasilkan makanan China yang otentik namun menggunakan bahan yang halal. Penggantian bahan non-halal diganti dengan yang halal menjadikan masakan ini tidak membohongi hasil. Nikmat sekali.
Ada berbagai menu yang disajikan antara lain dimsum aneka isi dengan rentang harga HKD20-28 (sekitar Rp40 ribuan) per porsi, sup dengan harga HKD61-66 (sekitar Rp122 ribuan), kare yang dibanderol HKD56-128 (sekitar Rp113 ribuan) dan hidangan ayam dengan harga HKD106-200 (sekitar Rp215 ribuan) per porsi.

(Aneka menu yang ada di dalam Islamic Centre Canteen. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Ada juga tahu dan telur, daging sapi dan domba, aneka olahan sayuran, nasi serta mi dan lainnya. Masih ada sekitar total 80 menu yang tidak dapat kami spill satu per satu.
Kami beruntung dapat mewawancarai Osman, yang kini menjalankan resto ini. Ia bercerita bahwa bisnis kuliner ini telah turun-temurun dijalankan. Kakeknya bahkan sejak tahun 1960 sudah berbisnis makanan halal di Hong Kong. Ia mengatakan siomay dan shrimp dumpling jadi salah satu menu paling favorit.
"Untuk masakan goreng yang disukai adalah mi goreng, kebanyakan pelanggan pesan itu," kata Osman.
Carolus mengatakan, sangat sayang jika tak mencoba ayam crispynya. Benar saja, garing, gurih, daging ayamnya terasa berbumbu menjadi hidangan penutup yang indah.
Carolus juga bilang, tak hanya jadi rujukan warga muslim, bahkan ia menunjuk beberapa meja dipenuhi oleh karyawan swasta yang merupakan warga lokal Hong Kong yang sengaja makan siang di sini. "Memang kalau enak pastinya kita kembali lagi makan di sini.." katanya. Jadi, rasa memang tak pernah bohong.
Saat kamu bertandang ke Islamic Centre Canteen, jangan lupa juga mencicipi Steamed Beef Ball. Memang agak lain dari dimsum khasnya, namun saya mengidolakan rasanya yang legit dan gurih. Salah satu kuliner varian dimsum terbaik yang pernah saya rasakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Ia adalah sebuah provinsi swatantra yang terletak di bagian tenggara Tiongkok di estuari Sungai Mutiara. Kota yang sekilas mirip New York ini, terkenal dengan perkembangannya yang pesat, pelabuhan laut dalam alami, dan kepadatan penduduk.
Penduduk Hong Kong saat ini terdiri dari 93.6 persen etnis Tionghoa dan sebagian besar dari penduduknya dapat menguasi bahasa Kanton, Mandarin, serta bahasa Inggris. Tim Medcom.id berkesempatan melihat langsung kota nan indah ini selama beberapa hari.
Dibawa keliling oleh H/Advisors Klareco dalam Famtrip untuk merasakan pengalaman ramah muslim di Hong Kong yang digagas oleh Hong Kong Tourism Board (HKTB). Penasaran, seperti apa keindahan kota Hong Kong lebih dekat? Yuk, Sobat Medcom, kita masuki dunia 'Pearl of The Orient' melalui tulisan ini.
Pesona Hong Kong

(Pemandangan di sekitar bandara Hong Kong International Airport. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Ketinggian pesawat mulai terus menurun sesaat diumumkan kita telah memasuki kawasan Hong Kong. Langsung saja, pandangan mata ini melihat kontur tanah-tanah tinggi hijau di kejauhan. Bukit-bukit berjajar seperti sedang berpelukan.
Tak lama berselang, "Welcome to Hong Kong International Airport. This is our final journey from Soekarno-Hatta Airport, Jakarta to Hong Kong International Airport," ucap pramugari.
Tak terasa selama lima jam beberapa menit, kita telah sampai di Hong Kong. Keluar dari boarding bridge, pesona kecil kota Hong Kong di sekitaran bandara telah terlihat. Airport dikelilingi awan-awan yang menyentuh punggung perbukitan. Cuaca terasa lebih dingin dari Jakarta. Realita dimulai dalam kecantikan alam.
Dengan cuaca nyaman dan udara yang terasa jernih, kami rasanya langsung optimis bakal bahagia menjalani hari-hari trip bersama HKTB ini. Dan dalam perjalanan, langit biru dan putih, jalan rapi, menghirup udara yang terasa bersih, dan pemandangan bukit-bukit terjal serta berada di pinggir laut dan pantai, rasanya hampir tak percaya.
Bagaimana bisa kita bisa langsung menikmati pegunungan dan laut pada saat yang bersamaan? Sungguh keindahan ini rasanya 'tidak adil'. Too good to be true. Eloknya Hong Kong jadi seakan tak terbantahkan.
Makan malam, telur asin Hong Kong, sampai makan dimsum halal
.jpg)
(Sudut manis dari kamar Hotel Alexandra. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Setelah meletakkan koper di hotel cantik berdesain bak istana klasik, Alexandra di City Garden Rd, North Point, sejenak menikmati sudut ruangan kamar. Penjuru ruangan diapit dua jendela kaca besar menghadirkan lukisan sudut Kota Hong Kong.
Laut lalu di seberang gedung-gedung tinggi. Lalu lalang perahu, boat sedang hingga kapal besar peti kemas mirip seperti visual di film. Belum lagi jika sesekali helikopter lewat. Betah sekali berada di sudut kecil ini jadinya.
Pukul 6 sore bersiap makan malam. Saya masih mengingat benar, makan bersama pertama kali di Pasteako, Hollywood Road, di Aberdeen Street, Central. Sajian pasta mezzi rigatoni dengan saus romesco, dan rib eye yang well done, benar-benar menyajikan kenikmatan diluar dugaan. Konsep sedang makan menu kita kemudian disajikan lagi jenis pasta dengan saus dan rasa yang berbeda-beda, jujur saja bikin hati senang.
"Jadi enggak penasaran dengan rasa pasta-pasta yang lainnya" dalam hati saya bersahut. Dan ini adalah pengalaman makan pasta terenak yang pernah saya alami. Creamy pasta dan humble resto berdisain vintage, serasa beberapa jam berada di salah satu bagian kecil dari Italia. Sejenak jadi lupa kalau sedang berada di Hong Kong.

(Pasta mezzi rigatoni dengan saus romesco, dan well done rib eye di Pasteako. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Ditutup dengan hot tea dan homemade Tiramisu, rasanya perut ini happy sekali. Dan jika kamu berada di Hollywood street ini, jangan lupa mencoba Tiramisunya di Pasteako. Saya jamin, ini juga jadi bagian kebahagiaan makan di Pasteako. One of the best homemade Tiramisu.
Hari berikutnya, kita mencoba menyeberang ke Tai O. Diapit oleh garis pantai perbukitan hijau yang curam, jantung Desa Tai O adalah alun-alun di depan kuil Kwan Tai yang penuh hiasan. Jalan-jalan sempit menjalar ke segala arah, dipenuhi toko-toko yang menjual hasil bumi setempat.
Setelah boat bersandar, kami bersinggah sejenak ke sebuah rumah perajin kuning telur yang bernama Pearl Fan. Pearl Fan dan keluarga menambah lini bisnis telur asin. Memisahkan kuning telur dari putihnya di dalam air-sungguh nyatanya tak semudah tulisan ini. Tim Medcom.id yang mencobanya pun gagal.
Cerita selengkapnya sudah kami paparkan lewat "Terpikat Desa Nelayan, 'The Humble' Tai O di Lantau Island".

(Pesona pemandangan dari Cable Car, bikin lupa rasa takut. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Tentu saja kami tak melewatkan menaiki Cable Car, Ngong Ping 360 Cable Car di Lantau Island. Menaiki Crystal+ Cabin yang baru saja diluncurkan menawarkan visibilitas lebih dari 80 persen dan melihat 360 pemandangan alam yang dimiliki oleh Hong Kong. Bisa saya utarakan rasanya 'gila banget!'
Rasa deg-degan, tapi mata ini benar-benar disajikan pemandangan keindahan bukit, laut, dan kota secara berturut-turut. Saya jadi enggak terlalu fokus pada rasa takut jadinya... Melalui Tung Chung Bay, Lantau Island, Ngong Ping Plateau, 25 menit rasanya jadi sebentar sekali.
Dari yang takut sampai-sampai berani tidur di lantai kereta gantung yang sejernih kristal ini, ya mirip-mirip seperti influencer kalau mau berfoto begitu. Soalnya, pengalaman ini kapan datang lagi bukan? Jadi, lupa dengan arti gentar malah jadi berseru! Ngong Ping Village-desa wisata yang dibangun tepat di sebelah Ngong Ping Cable Car Terminal ini mesti jadi bucket list kamu traveler mania!
Makan dimsum di Islamic Centre Canteen

(Suasana di tempat makan Islamic Centre Canteen. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Bicara soal makanan halal di Hong Kong, kami bertandang makan siang hari berikutnya di Islamic Centre Canteen. Ini merupakan salah satu kuliner dalam wisata halal yang wajib dicoba saat berada di Hong Kong.
Berlokasi di lantai 5 dalam 40 Salvation Amy Street, Wan Chai, tempat makan ini menjadi bagian dari Masjid Ammar dan Osman Ramju Sadick Islamic Centre. Bercat putih, pintu kantin terlihat terbuka lebar dan tumpukan bakul bambu berisi berbagai jenis dimsum di sisi kiri kantin menyambut. Keharuman masakan menyeruak.
Tampak sudah banyak pengunjung yang menempati kursi dan meja makan di kantin ini. Tour guide kami yang bernama Carolus mengatakan, harus mencoba antre di depan pegawai yang memegang kartu. Ini adalah gaya khas makan di kantin Hong Kong. Ia lalu akan mencoret menu yang dipilih, lalu bakul bambu dibawa.
Menyajikan wisata kuliner khas Hong Kong, yaitu dimsum, mungkin terdengar biasa. Namun, bagaimana rasanya makan dimsum fresh khas otentik Cantonese yang baru saja selesai dimasak? Bisa dibilang, ini adalah pengalaman makan dimsum tersegar dan terenak yang pernah saya alami.
Keandalan tim juru masak yang menghasilkan makanan China yang otentik namun menggunakan bahan yang halal. Penggantian bahan non-halal diganti dengan yang halal menjadikan masakan ini tidak membohongi hasil. Nikmat sekali.
Ada berbagai menu yang disajikan antara lain dimsum aneka isi dengan rentang harga HKD20-28 (sekitar Rp40 ribuan) per porsi, sup dengan harga HKD61-66 (sekitar Rp122 ribuan), kare yang dibanderol HKD56-128 (sekitar Rp113 ribuan) dan hidangan ayam dengan harga HKD106-200 (sekitar Rp215 ribuan) per porsi.

(Aneka menu yang ada di dalam Islamic Centre Canteen. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Ada juga tahu dan telur, daging sapi dan domba, aneka olahan sayuran, nasi serta mi dan lainnya. Masih ada sekitar total 80 menu yang tidak dapat kami spill satu per satu.
Kami beruntung dapat mewawancarai Osman, yang kini menjalankan resto ini. Ia bercerita bahwa bisnis kuliner ini telah turun-temurun dijalankan. Kakeknya bahkan sejak tahun 1960 sudah berbisnis makanan halal di Hong Kong. Ia mengatakan siomay dan shrimp dumpling jadi salah satu menu paling favorit.
"Untuk masakan goreng yang disukai adalah mi goreng, kebanyakan pelanggan pesan itu," kata Osman.
Carolus mengatakan, sangat sayang jika tak mencoba ayam crispynya. Benar saja, garing, gurih, daging ayamnya terasa berbumbu menjadi hidangan penutup yang indah.
Carolus juga bilang, tak hanya jadi rujukan warga muslim, bahkan ia menunjuk beberapa meja dipenuhi oleh karyawan swasta yang merupakan warga lokal Hong Kong yang sengaja makan siang di sini. "Memang kalau enak pastinya kita kembali lagi makan di sini.." katanya. Jadi, rasa memang tak pernah bohong.
Saat kamu bertandang ke Islamic Centre Canteen, jangan lupa juga mencicipi Steamed Beef Ball. Memang agak lain dari dimsum khasnya, namun saya mengidolakan rasanya yang legit dan gurih. Salah satu kuliner varian dimsum terbaik yang pernah saya rasakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)