WISATA
Perubahan Tren Liburan: Dari Aktivitas Personal ke Konsumsi Publik
Fatha Annisa
Rabu 23 Juli 2025 / 16:59
Jakarta: Perubahan dalam cara menikmati liburan tak terlepas dari perkembangan teknologi. Menurut Chief Data Officer Lokadata.id, Suwandi Ahmad, tren ini bermula sejak era 4G saat kebutuhan untuk berbagi pengalaman menjadi kebutuhan utama.
Suwandi mengungkapkan bahwa perubahan tren mulai menguat sekitar tahun 2018–2019, jauh sebelum pandemi, ketika pengalaman menjadi lebih bernilai dibanding kepemilikan barang.
“Setelah hadirnya 4G, meeting saja harus diabadikan lewat foto. Itu belum cukup, semua pengalaman, sekecil apa pun, wajib dibagikan secara instan,” ungkap Suwandi, dalam acara Power Lunch yang diinisiasi oleh Gdp Venture, Rabu, 23 Juli 2025.
Fenomena ini juga diperkuat saat pandemi melanda. Alih-alih membeli kebutuhan dasar, masyarakat justru banyak membeli sepatu dan peralatan olahraga.
“Lucunya, walau nggak boleh keluar rumah, justru sepatu olahraga jadi barang paling dibeli. Itu mencerminkan kebutuhan self-reward dan menjaga kesehatan meski dari rumah,” katanya.
Saat media katarsis seperti nongkrong atau ngobrol langsung tidak bisa diakses, masyarakat beralih ke media virtual. Setelah pandemi mulai mereda, hasil survei Lokadata terhadap hampir 10.000 responden menunjukkan fakta menarik: hal yang paling dirindukan masyarakat bukan sekadar keluar rumah, melainkan jalan-jalan.
“Kalau krisis, ya tetap jalan-jalan. Budget dikurangi, jarak diperpendek, tapi tetap berangkat,” ujar Suwandi.
Suwandi melihat bahwa kebutuhan berbagi pengalaman menciptakan peluang bisnis besar. Industri pariwisata, event organizer, dan konten kreator kini harus memenuhi ekspektasi penonton yang menginginkan hiburan seru, visual menarik, dan cerita otentik.
Sekarang bukan hanya soal destinasi, tetapi bagaimana pengalaman itu dikemas dan dijual secara visual, dalam wujud cerita yang layak diunggah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(PRI)
Suwandi mengungkapkan bahwa perubahan tren mulai menguat sekitar tahun 2018–2019, jauh sebelum pandemi, ketika pengalaman menjadi lebih bernilai dibanding kepemilikan barang.
“Setelah hadirnya 4G, meeting saja harus diabadikan lewat foto. Itu belum cukup, semua pengalaman, sekecil apa pun, wajib dibagikan secara instan,” ungkap Suwandi, dalam acara Power Lunch yang diinisiasi oleh Gdp Venture, Rabu, 23 Juli 2025.
Baca juga: Liburan Sekolah, Staycation di Vila Ini Yuk! |
Fenomena ini juga diperkuat saat pandemi melanda. Alih-alih membeli kebutuhan dasar, masyarakat justru banyak membeli sepatu dan peralatan olahraga.
“Lucunya, walau nggak boleh keluar rumah, justru sepatu olahraga jadi barang paling dibeli. Itu mencerminkan kebutuhan self-reward dan menjaga kesehatan meski dari rumah,” katanya.
Saat media katarsis seperti nongkrong atau ngobrol langsung tidak bisa diakses, masyarakat beralih ke media virtual. Setelah pandemi mulai mereda, hasil survei Lokadata terhadap hampir 10.000 responden menunjukkan fakta menarik: hal yang paling dirindukan masyarakat bukan sekadar keluar rumah, melainkan jalan-jalan.
Baca juga: Rahasia Tetap Produktif, Hindari 7 Kebiasaan Ini Saat Liburan Sekolah |
“Kalau krisis, ya tetap jalan-jalan. Budget dikurangi, jarak diperpendek, tapi tetap berangkat,” ujar Suwandi.
Suwandi melihat bahwa kebutuhan berbagi pengalaman menciptakan peluang bisnis besar. Industri pariwisata, event organizer, dan konten kreator kini harus memenuhi ekspektasi penonton yang menginginkan hiburan seru, visual menarik, dan cerita otentik.
Sekarang bukan hanya soal destinasi, tetapi bagaimana pengalaman itu dikemas dan dijual secara visual, dalam wujud cerita yang layak diunggah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(PRI)