Jakarta: Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil rempah terbesar dunia. Sejumlah pedagang dari berbagai negara bahkan berlomba-lomba datang ke Indonesia untuk mencari sumber rempah-rempah.
Rempah-rempah khas Indonesia seperti lada, pala, cengkeh, jinten, kayu manis, lengkuas, jahe, kunyit dan yang lain kerap dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap masakan. Tak hanya itu, rempah-rempah juga bisa diolah menjadi sejumlah produk seperti parfum, kosmetik, minyak aromaterapi hingga obat herbal.
Namun, daya saing rempah Indonesia di pasar global saat ini tergolong cukup rendah dibandingkan negara-negara lain seperti Malaysia, India, Thailand dan Vietnam yang relatif lebih baru dalam mengenal rempah. Hal itulah yang membuat sejumlah orang dan komunitas membentuk Asosiasi Rempah Nasional (Asrenal).
"Zaman dulu Indonesia dikenal dengan kejayaannya sebagai penghasil rempah-rempah tapi sekarang mulai tenggelam. Maka ini yang ingin kami bangkitkan kembali supaya masyarakat dunia, khususnya para orang di luar negeri tahu bahwa rempah Indonesia tetap ada dan berkualitas," ujar Ketua Umum Asosiasi Rempah Nasional Titi Jusup Maksudi.
Menurut Titi, sebenarnya rempah Indonesia masih memiliki daya tarik tersendiri di luar negeri. Akan tetapi, para pembeli luar negeri kerap kesulitan mengakses langsung pembelian rempah dari para pelaku usaha maupun petani. Untuk mempermudah hal itu, Titi dan rekannya pun membuat sebuah aplikasi untuk jual beli produk rempah dan turunannya.
“Dengan adanya aplikasi ini maka para petani, koperasi, maupun pelaku usaha komoditas rempah akan lebih dimudahkan menjual produk mereka secara langsung ke pembeli, baik di dalam negeri maupun luar negeri tanpa harus melalui tengkulak," ucapnya.
Pemerintah sudah menetapkan Hari Rempah Nasional setiap tanggal 11 Desember. Tak mau melewatkan momen, mereka bakal menggelar pameran dan expo rempah yang akan diselenggarakan di parkir Senayan City pada 19 hingga 21 Desember 2022. Dalam pameran ini juga diadakan fashion show duta penerus rempah.
“Para peserta pameran bukan hanya mereka yang menjual bumbu rempah saja tapi juga produk turunanya seperti kosmetik, sabun, skincare, minyak wangi, essential oil yang menggunakan bahan dari rempah-rempah," jelasnya.
Dengan menggelar acara itu, Asrenal berharap dapat meningkatkan daya saing rempah nasional serta meningkatkan nilai jualnya. Sehingga rempah bukan lagi hanya sekadar komoditas, tetapi memiliki nilai tersendiri yang lebih dihargai baik di nasional maupun internasional.
"Kami siap mendukung pengembangan potensi rempah nasional dengan menghidupkan kembali jalur rempah secara langsung dan melalui pemanfaatan teknologi digital. Melalui pemanfaatan teknologi digital sehingga dapat memperluas pangsa pasar baik di dalam maupun luar negeri," tutup Maya Miranda Ambarsari selaku Ketua Dewan Pengawas Asrenal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)
Rempah-rempah khas Indonesia seperti lada, pala, cengkeh, jinten, kayu manis, lengkuas, jahe, kunyit dan yang lain kerap dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap masakan. Tak hanya itu, rempah-rempah juga bisa diolah menjadi sejumlah produk seperti parfum, kosmetik, minyak aromaterapi hingga obat herbal.
Namun, daya saing rempah Indonesia di pasar global saat ini tergolong cukup rendah dibandingkan negara-negara lain seperti Malaysia, India, Thailand dan Vietnam yang relatif lebih baru dalam mengenal rempah. Hal itulah yang membuat sejumlah orang dan komunitas membentuk Asosiasi Rempah Nasional (Asrenal).
"Zaman dulu Indonesia dikenal dengan kejayaannya sebagai penghasil rempah-rempah tapi sekarang mulai tenggelam. Maka ini yang ingin kami bangkitkan kembali supaya masyarakat dunia, khususnya para orang di luar negeri tahu bahwa rempah Indonesia tetap ada dan berkualitas," ujar Ketua Umum Asosiasi Rempah Nasional Titi Jusup Maksudi.
Menurut Titi, sebenarnya rempah Indonesia masih memiliki daya tarik tersendiri di luar negeri. Akan tetapi, para pembeli luar negeri kerap kesulitan mengakses langsung pembelian rempah dari para pelaku usaha maupun petani. Untuk mempermudah hal itu, Titi dan rekannya pun membuat sebuah aplikasi untuk jual beli produk rempah dan turunannya.
“Dengan adanya aplikasi ini maka para petani, koperasi, maupun pelaku usaha komoditas rempah akan lebih dimudahkan menjual produk mereka secara langsung ke pembeli, baik di dalam negeri maupun luar negeri tanpa harus melalui tengkulak," ucapnya.
Pemerintah sudah menetapkan Hari Rempah Nasional setiap tanggal 11 Desember. Tak mau melewatkan momen, mereka bakal menggelar pameran dan expo rempah yang akan diselenggarakan di parkir Senayan City pada 19 hingga 21 Desember 2022. Dalam pameran ini juga diadakan fashion show duta penerus rempah.
“Para peserta pameran bukan hanya mereka yang menjual bumbu rempah saja tapi juga produk turunanya seperti kosmetik, sabun, skincare, minyak wangi, essential oil yang menggunakan bahan dari rempah-rempah," jelasnya.
Dengan menggelar acara itu, Asrenal berharap dapat meningkatkan daya saing rempah nasional serta meningkatkan nilai jualnya. Sehingga rempah bukan lagi hanya sekadar komoditas, tetapi memiliki nilai tersendiri yang lebih dihargai baik di nasional maupun internasional.
"Kami siap mendukung pengembangan potensi rempah nasional dengan menghidupkan kembali jalur rempah secara langsung dan melalui pemanfaatan teknologi digital. Melalui pemanfaatan teknologi digital sehingga dapat memperluas pangsa pasar baik di dalam maupun luar negeri," tutup Maya Miranda Ambarsari selaku Ketua Dewan Pengawas Asrenal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)