KULINER
Dr. Ray Wagiu Basrowi: Setiap 1 Suapan Sendok (Makanan) Bisa Menentukan Keberlanjutan Dunia
Yatin Suleha
Rabu 19 Juni 2024 / 09:44
Jakarta: Mungkin masih belum familer dengan nama hari yang berkaitan dengan gastronomi. Nyatanya, melalui Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadopsi resolusi A/RES/71/246 pada tanggal 21 Desember 2016, menetapkan bahwa tanggal 18 Juni sebagai hari Gastronomi Berkelanjutan Internasional.
Untuk itu, Selasa, 18 Juni 2024 di Jivva Resto-Kemang juga diselenggarakan pula diskusi media yang difasilitasi oleh Indonesian Gastronomy Community (IGC), sebuah komunitas non-profit Pencinta Makanan Indonesia yang mempunyai visi sebagai pelestari makanan dan minuman dengan bertekad memperkuat makna Indonesia melalui makanan dan minuman anak bangsa.
"Kami mengundang teman-teman semuanya untuk berbagi perayaan yang sangat penting buat negera, buat dunia sebenarnya. Kita bicara tentang gastronomi berkelanjutan (sustainable gastronomy). Kenapa? Kami, Indonesian Gastronomi Community (IGC) ingin mengambil inisiatif di bidang gastronomi sustainable," buka Dr. Ray Wagiu Basrowi, selaku Sekretaris Jenderal IGC dan yang juga merupakan pakar kedokteran komunitas.
Menurut Dr. Ray, bijak itu merujuk ke perilaku manusia. "Jadi, untuk menjadi gastronomi berkelanjutan agent of change-nya itu kita sendiri. Kita harus bijak dulu."
.jpeg)
(Dr. Ray Wagiu Basrowi, Sekretaris Jenderal IGC dan yang juga merupakan pakar kedokteran komunitas. Foto: Dok. Istimewa)
Dr. Ray mengatakan mengapa kita harus bijak (mengenai gastronomi berkelanjutan)? Hal ini berkaitan dengan data yang diluncurkan Program Lingkungan PBB (UNEP) sejak tahun 2022, yaitu Indonesia menghasilkan 20,93 juta ton sampah makanan setiap tahunnya.
Hal ini menyebabkan potensi kerugian negara mencapai Rp213 triliun per tahun. Ini setara dengan 4 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Dan asal limbah makanan yang paling signifikan adalah dari limbah makanan domestik atau rumah tangga selain dari sektor restoran, indutri makanan dan perhotelan.
"Ini sebenarnya bukan ranking yang perlu dibanggakan. Tetapi ini juga membuktikan bahwa IGC mengajak kita bijak dalam bergastronomi karena faktanya membuktikan kita belum bijak bergastronomi," ungkap Dr. Ray.
Ia menerangkan bahwa key messege-nya hindari membuang makanan atau food waste. Karena perilaku tidak menghabiskan makanan punya dampak lainnya. Selain sumber daya yang terbuang percuma, food waste juga bisa berdampak negatif bagi krisis pangan, iklim dan limbah yang mencemari lingkungan.
.jpeg)
(IGC mengidentifikasi berbagai peran kunci dalam gastronomi berkelanjutan, salah satunya yaitu promosi bahan pangan lokal. Foto: Dok. Istimewa)
Untuk itu, IGC memiliki komitmen kuat untuk ikut menggerakkan dan bahkan memimpin terselenggaranya suatu sistem gastronomi berkelanjutan. Gastronomi berkelanjutan menawarkan solusi yang komprehensif untuk meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia.
IGC menyerukan untuk melakukan tindakan atau call for action, dengan semangat Gastronomi Indonesia yang bijak dan berkelanjutan kita bersama-sama, antara lain:
Indonesian Gastronomy Community (IGC) mengidentifikasi berbagai peran kunci dalam gastronomi berkelanjutan yang bisa dijalankan sesuai visi dan misi organisasi antara lain:
1. Edukasi dan pelatihan tentang pentingnya gastronomi berkelanjutan
2. Promosi bahan pangan lokal, antara lain mendorong penggunaan bahan pangan lokal
3. Pengembangan resep dan menu berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para chef dan ahli kuliner
4. Mendukung pariwisata gastronomi berkelanjutan antara lain melalui petualangan gastronomi Indonesia
5. Kampanye pengurangan limbah pangan melalui berbagai inisiatif
6. Mempromosikan kebijakan dan advokasi
Lembih lanjut Dr. Ray mengatakan, "Setiap satu suapan sendok makan, itu bisa menentukan keberlanjutan dunia. Perubahan iklim itu juga ditentukan oleh setiap suapan sendok makanan kita. Artinya, ketika kita punya banyak sampah makanan ia akan membuat penyakit-penyakit menular yang akibat kontaminasi dari sisa makanan bisa menjadi sumber telur nyamuk DBD, kemudian zoonotik yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan," jelas Dr. Ray lagi.
Untuk itu, tambah Dr. Ray, "Kami di sini para pendiri IGC sudah punya visi mulia untuk mengajak seluruh komponen bangsa untuk memastikan bahwa gastronomi itu bukan cuma sok cantik-cantikan (dalam makanan) tapi juga untuk menyelamatkan bumi," pungkas Dr. Ray.
Untuk itu, Indonesian Gastronomy Community (IGC) sebuah komunitas non-profit Pencinta Makanan Indonesia memiliki visi sebagai pelestari makanan dan minuman dengan bertekad memperkuat makna Indonesia melalui makanan dan minuman anak bangsa. Hal ini untuk menghargai kekayaan makanan dan minuman Indonesia mulai dari nilai sejarah hingga tren masa kini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Untuk itu, Selasa, 18 Juni 2024 di Jivva Resto-Kemang juga diselenggarakan pula diskusi media yang difasilitasi oleh Indonesian Gastronomy Community (IGC), sebuah komunitas non-profit Pencinta Makanan Indonesia yang mempunyai visi sebagai pelestari makanan dan minuman dengan bertekad memperkuat makna Indonesia melalui makanan dan minuman anak bangsa.
"Kami mengundang teman-teman semuanya untuk berbagi perayaan yang sangat penting buat negera, buat dunia sebenarnya. Kita bicara tentang gastronomi berkelanjutan (sustainable gastronomy). Kenapa? Kami, Indonesian Gastronomi Community (IGC) ingin mengambil inisiatif di bidang gastronomi sustainable," buka Dr. Ray Wagiu Basrowi, selaku Sekretaris Jenderal IGC dan yang juga merupakan pakar kedokteran komunitas.
Menurut Dr. Ray, bijak itu merujuk ke perilaku manusia. "Jadi, untuk menjadi gastronomi berkelanjutan agent of change-nya itu kita sendiri. Kita harus bijak dulu."
Mengapa kita harus peduli pada gastronomi berkelanjutan?
.jpeg)
(Dr. Ray Wagiu Basrowi, Sekretaris Jenderal IGC dan yang juga merupakan pakar kedokteran komunitas. Foto: Dok. Istimewa)
Dr. Ray mengatakan mengapa kita harus bijak (mengenai gastronomi berkelanjutan)? Hal ini berkaitan dengan data yang diluncurkan Program Lingkungan PBB (UNEP) sejak tahun 2022, yaitu Indonesia menghasilkan 20,93 juta ton sampah makanan setiap tahunnya.
Hal ini menyebabkan potensi kerugian negara mencapai Rp213 triliun per tahun. Ini setara dengan 4 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Dan asal limbah makanan yang paling signifikan adalah dari limbah makanan domestik atau rumah tangga selain dari sektor restoran, indutri makanan dan perhotelan.
"Ini sebenarnya bukan ranking yang perlu dibanggakan. Tetapi ini juga membuktikan bahwa IGC mengajak kita bijak dalam bergastronomi karena faktanya membuktikan kita belum bijak bergastronomi," ungkap Dr. Ray.
Ia menerangkan bahwa key messege-nya hindari membuang makanan atau food waste. Karena perilaku tidak menghabiskan makanan punya dampak lainnya. Selain sumber daya yang terbuang percuma, food waste juga bisa berdampak negatif bagi krisis pangan, iklim dan limbah yang mencemari lingkungan.
Bijak bergastronomi berkelanjutan
.jpeg)
(IGC mengidentifikasi berbagai peran kunci dalam gastronomi berkelanjutan, salah satunya yaitu promosi bahan pangan lokal. Foto: Dok. Istimewa)
Untuk itu, IGC memiliki komitmen kuat untuk ikut menggerakkan dan bahkan memimpin terselenggaranya suatu sistem gastronomi berkelanjutan. Gastronomi berkelanjutan menawarkan solusi yang komprehensif untuk meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia.
IGC menyerukan untuk melakukan tindakan atau call for action, dengan semangat Gastronomi Indonesia yang bijak dan berkelanjutan kita bersama-sama, antara lain:
- - Kurangi Limbah Makanan (reduce food waste)
- - Prioritaskan Pangan Lokal (local food preference) dan
- - Terapkan Pola Makan Sehat dan Berkelanjutan (mindful and sustainable eating)
Indonesian Gastronomy Community (IGC) mengidentifikasi berbagai peran kunci dalam gastronomi berkelanjutan yang bisa dijalankan sesuai visi dan misi organisasi antara lain:
1. Edukasi dan pelatihan tentang pentingnya gastronomi berkelanjutan
2. Promosi bahan pangan lokal, antara lain mendorong penggunaan bahan pangan lokal
3. Pengembangan resep dan menu berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para chef dan ahli kuliner
4. Mendukung pariwisata gastronomi berkelanjutan antara lain melalui petualangan gastronomi Indonesia
5. Kampanye pengurangan limbah pangan melalui berbagai inisiatif
6. Mempromosikan kebijakan dan advokasi
Lembih lanjut Dr. Ray mengatakan, "Setiap satu suapan sendok makan, itu bisa menentukan keberlanjutan dunia. Perubahan iklim itu juga ditentukan oleh setiap suapan sendok makanan kita. Artinya, ketika kita punya banyak sampah makanan ia akan membuat penyakit-penyakit menular yang akibat kontaminasi dari sisa makanan bisa menjadi sumber telur nyamuk DBD, kemudian zoonotik yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan," jelas Dr. Ray lagi.
Untuk itu, tambah Dr. Ray, "Kami di sini para pendiri IGC sudah punya visi mulia untuk mengajak seluruh komponen bangsa untuk memastikan bahwa gastronomi itu bukan cuma sok cantik-cantikan (dalam makanan) tapi juga untuk menyelamatkan bumi," pungkas Dr. Ray.
Untuk itu, Indonesian Gastronomy Community (IGC) sebuah komunitas non-profit Pencinta Makanan Indonesia memiliki visi sebagai pelestari makanan dan minuman dengan bertekad memperkuat makna Indonesia melalui makanan dan minuman anak bangsa. Hal ini untuk menghargai kekayaan makanan dan minuman Indonesia mulai dari nilai sejarah hingga tren masa kini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)