GADGET TALK
Teknologi Biopsi Prostat Robotik untuk Pasien Kanker Prostat
Raka Lestari
Rabu 14 Oktober 2020 / 13:11
Jakarta: Biopsi prostat robotik adalah tindakan pengambilan jaringan pada prostat (kelenjar pada pria) karena adanya indikasi kecurigaan keganasan. Dengan bantuan software dan hardware robotik, maka dapat meningkatkan keakuratan operasi dan meningkatkan angka deteksi diagnosa kanker prostat yang signifikan secara klinis.
Dokter Spesalis Urologi RSUI, dr. Dyandra Parikesit, BMedSc, Sp.U menjelaskan bahwa keunggulan menggunakan alat robotik untuk menangani kanker prostat adalah, tingginya tingkat akurasi daripada bila tanpa menggunakan alat tersebut.
“Keunggulan biopsi prostat dengan robotik adalah tingkat keakurasiannya lebih tinggi karena dapat mengombinasi data MRI (magnetic resonance imaging) dan USG (ultrasonography) untuk menentukan lesi (area) yang dicurigai sebagai sel kanker dan fokus membiopsi lesi tersebut. Jika non robotik, maka hanya data dari USG dan tidak ada bantuan untuk menargetkan lesi yang dicurigai.” ujar dr.Dyandra.
Tidak hanya meningkatkan ketepatan pengambilan sampel di lokasi tempat sel kanker prostat berada. Dengan menggunakan teknologi ini, waktu pelaksanaan biopsi juga dapat dilakukan lebih singkat yaitu sekitar 30-45 menit.
“Alat ini memiliki tangan robotik yang dapat membantu mengarahkan dokter saat melakukan tindakan biopsi prostat. Ini sangat membantu mempersingkat waktu operasi. Bahkan, dengan bantuan si robot, tindakan biopsi prostat hanya memerlukan dua kali tusukan pada kulit saat pengambilan sampel jaringan prostat,” tambahnya.
“Tindakan operasi biopsi prostat robotik ini dilakukan terhadap pasien yang memiliki indikasi biopsi prostat karena terdapat peningkatan kadar Prostat Spesific Antigen (PSA) darah dan kecurigaan yang dikonfirmasi dengan MRI. Pada umumnya, laki-laki yang perlu dilakukan pemeriksaan PSA adalah laki-laki di atas 45 tahun atau 40 tahun bila memiliki anggota keluarga sedarah dengan keganasan prostat," kata dr. Dyandra.
Menurut data dari Global Burden of Cancer Study (GLOBOCAN) 2018, kanker prostat menempati urutan ketiga (13.5 %) dari sepuluh kanker terbanyak di seluruh dunia pada pria. Kanker prostat merupakan kanker nomor dua tersering pada pria setelah kanker paru-paru.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2013 diperkirakan terdapat sekitar 25.012 jiwa penderita kanker prostat di Indonesia (0,2%). Namun, sebagian besar pasien didiagnosis pada stadium lanjut, karena deteksi dini kasus kanker prostat belum optimal di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Dokter Spesalis Urologi RSUI, dr. Dyandra Parikesit, BMedSc, Sp.U menjelaskan bahwa keunggulan menggunakan alat robotik untuk menangani kanker prostat adalah, tingginya tingkat akurasi daripada bila tanpa menggunakan alat tersebut.
“Keunggulan biopsi prostat dengan robotik adalah tingkat keakurasiannya lebih tinggi karena dapat mengombinasi data MRI (magnetic resonance imaging) dan USG (ultrasonography) untuk menentukan lesi (area) yang dicurigai sebagai sel kanker dan fokus membiopsi lesi tersebut. Jika non robotik, maka hanya data dari USG dan tidak ada bantuan untuk menargetkan lesi yang dicurigai.” ujar dr.Dyandra.
Tidak hanya meningkatkan ketepatan pengambilan sampel di lokasi tempat sel kanker prostat berada. Dengan menggunakan teknologi ini, waktu pelaksanaan biopsi juga dapat dilakukan lebih singkat yaitu sekitar 30-45 menit.
“Alat ini memiliki tangan robotik yang dapat membantu mengarahkan dokter saat melakukan tindakan biopsi prostat. Ini sangat membantu mempersingkat waktu operasi. Bahkan, dengan bantuan si robot, tindakan biopsi prostat hanya memerlukan dua kali tusukan pada kulit saat pengambilan sampel jaringan prostat,” tambahnya.
“Tindakan operasi biopsi prostat robotik ini dilakukan terhadap pasien yang memiliki indikasi biopsi prostat karena terdapat peningkatan kadar Prostat Spesific Antigen (PSA) darah dan kecurigaan yang dikonfirmasi dengan MRI. Pada umumnya, laki-laki yang perlu dilakukan pemeriksaan PSA adalah laki-laki di atas 45 tahun atau 40 tahun bila memiliki anggota keluarga sedarah dengan keganasan prostat," kata dr. Dyandra.
Menurut data dari Global Burden of Cancer Study (GLOBOCAN) 2018, kanker prostat menempati urutan ketiga (13.5 %) dari sepuluh kanker terbanyak di seluruh dunia pada pria. Kanker prostat merupakan kanker nomor dua tersering pada pria setelah kanker paru-paru.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2013 diperkirakan terdapat sekitar 25.012 jiwa penderita kanker prostat di Indonesia (0,2%). Namun, sebagian besar pasien didiagnosis pada stadium lanjut, karena deteksi dini kasus kanker prostat belum optimal di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)