Jakarta: Generasi milenial dan investasi kini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan. Bisa dikatakan, investasi menjadi gaya hidup baru bagi kaum yang lahir sekira 1980 hingga 1995 itu.
Anggapan tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, Ajaib, platform trading saham dan investasi reksa dana, mencatat sebanyak 90 persen dari total pengguna berasal dari generasi milenial. Sedangkan Generasi Z atau mereka yang kelahiran 1995-2010 juga sudah mulai berinvestasi meski jumlahnya belum banyak.
"Dari 90 persen generasi milenial yang ada (dari total pengguna), ternyata 70 persen itu milenial muda. Sementara Generasi Z yang berumur 18 tahun dan baru punya KTP mereka (juga) tertarik untuk berinvestasi. Ketertarikan mereka ke dunia pasar modal itu cukup tinggi. Jadi kami melihat itu sebagai suatu yang positif," ucap VP of Marketing Ajaib Gladys Pratiwi.
Gladys menilai masih belum besarnya jumlah investasi yang ditanamkan oleh Generasi Z lantaran mereka masih meminta uang dari orang tua. Namun, ia meyakini, ke depan investasi yang dilakukan bakal kian besar seiring generasi tersebut semakin pintar menganalisis saham dan ditambah mempunyai uang lebih banyak untuk diinvestasikan.
"Jadi kami lihat potensinya ada juga di Gen Z. Kadang orang menganggap untuk apa investasi di Gen Z yang enggak ada duitnya. Tapi kami justru menganggap mereka bagian dari masa depan," terang Gladys.
Hal itu mendasari Ajaib bergerak melakukan edukasi kepada siapa saja, terutama generasi milenial yang masih baru mengenal investasi. Program bertajuk 'Mengedukasi Generasi Muda Indonesia untuk Berinvestasi' pun menjadi bagian dari misi Ajaib, usai dua tahun lebih berkecimpung di dunia platform trading saham dan investasi reksa dana online.
Perlunya edukasi terhadap para investor saham pemula bukan tanpa alasan. Pasalnya, dari 1 juta lebih pengguna yang dimiliki Ajaib ternyata sebanyak 96 persen merupakan investor pemula.
"Kami melakukan edukasi bukan hanya di webinar ke kampus atau komunitas bursa efek di daerah, tapi juga ada di aplikasi kami. Seperti analisis saham, analisis teknikal, hingga rekomendasi tempat menaruh saham," ujar Gladys.

Gladys Pratiwi, VP of Marketing Ajaib. (Foto: A. Firdaus/Medcom.id)
Di aplikasi tersebut, tambahnya, ada fitur chat yang membuat pengguna bisa saling bertukar pikiran dan bertukar informasi soal investasi. Mereka bisa saling berbicara hal-hal yang berkaitan dengan saham.
"Aplikasi Ajaib juga terintegrasi dengan forum diskusi serta materi belajar yang informatif dan beragam, terutama bagi investor pemula. Tercatat, kami sudah ada 1.000 edukasi dengan OJK, dan kami bisa menyelesaikan 1.000 edukasi dalam kurun waktu setahun," tuturnya.
Tak ditampik, dahulu stigma yang melekat di investasi adalah harus melalui jalan yang teramat berliku. Dimulai dari mendaftar secara fisik dengan datang ke kantor yang menawarkan investasi kemudian menandatangani sejumlah gundukan kertas yang tak berujung.
Namun pada zaman teknologi seperti sekarang ini berinvestasi bisa dibilang anti ribet. Bahkan melalui Ajaib kamu hanya mendaftar di aplikasi dengan mengisi beberapa persyaratan cukup dalam satu genggaman telepon pintarmu.
"Kami mencoba mendobrak stigma lama orang untuk investasi. Biasanya kalau investasi itu ribet dan harus datang ke kantor. Tapi kami menyediakan registasi 100 persen online dan dalam hitungan menit sudah aktif. Selain itu, di aplikasi ini juga tak ada mininum investasi dan membuka rekening saham tanpa biaya," jelas Gladys.
Sebagai informasi, kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Medan masih menjadi mayoritas asal para pengguna Ajaib. Namun yang menarik, ada beberapa kota dari sektor kedua dan ketiga mulai muncul tren positif ingin berinvestasi. Adapun sektor kedua seperti Jambi, beberapa kota di Kalimantan, dan Sulawesi.
"Memang konsentrasinya masih di kota besar, tapi kami juga melihat adanya tren positif seperti di Jambi dan kota-kota di Sumatra, terus di Kalimantan, dan Sulawesi. Kami melihat trennya itu meningkat dan kami melihatnya sebagai hal yang positif," ucap Gladys.
Sementara dalam urusan jumlah transaksi, Ajaib berada di posisi tiga selama tahun keduanya, dengan perbulannya sudah mencapai lima juta lebih, dan volumenya mencapai lebih dari 30 miliar.
"Kami juga ingin diasosiasikan dengan investor ritel. Jadi Ajaib menyentuh investor ritel. Dalam artian, kami ingin menarik para investor ritel. Kami ingin memberikan kemudahan akses dan edukasi kepada mereka untuk semakin mudah membuat keputusan berinvestasi," ujar Gladys.
"Dan ini menjangkau lebih banyak generasi muda hingga ke pelosok negeri. Jadi orang semakin sadar kalau butuh menyediakan dana tambahan dan investasi jadi solusi cerdas. Dari sisi produk kami juga terus berinovasi dan yang akan datang adalah margin trading bakal didapat di aplikasi kami untuk menarik investor yang berpengalaman," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Anggapan tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, Ajaib, platform trading saham dan investasi reksa dana, mencatat sebanyak 90 persen dari total pengguna berasal dari generasi milenial. Sedangkan Generasi Z atau mereka yang kelahiran 1995-2010 juga sudah mulai berinvestasi meski jumlahnya belum banyak.
"Dari 90 persen generasi milenial yang ada (dari total pengguna), ternyata 70 persen itu milenial muda. Sementara Generasi Z yang berumur 18 tahun dan baru punya KTP mereka (juga) tertarik untuk berinvestasi. Ketertarikan mereka ke dunia pasar modal itu cukup tinggi. Jadi kami melihat itu sebagai suatu yang positif," ucap VP of Marketing Ajaib Gladys Pratiwi.
Gladys menilai masih belum besarnya jumlah investasi yang ditanamkan oleh Generasi Z lantaran mereka masih meminta uang dari orang tua. Namun, ia meyakini, ke depan investasi yang dilakukan bakal kian besar seiring generasi tersebut semakin pintar menganalisis saham dan ditambah mempunyai uang lebih banyak untuk diinvestasikan.
"Jadi kami lihat potensinya ada juga di Gen Z. Kadang orang menganggap untuk apa investasi di Gen Z yang enggak ada duitnya. Tapi kami justru menganggap mereka bagian dari masa depan," terang Gladys.
Mengedukasi generasi muda
Hal itu mendasari Ajaib bergerak melakukan edukasi kepada siapa saja, terutama generasi milenial yang masih baru mengenal investasi. Program bertajuk 'Mengedukasi Generasi Muda Indonesia untuk Berinvestasi' pun menjadi bagian dari misi Ajaib, usai dua tahun lebih berkecimpung di dunia platform trading saham dan investasi reksa dana online.
Perlunya edukasi terhadap para investor saham pemula bukan tanpa alasan. Pasalnya, dari 1 juta lebih pengguna yang dimiliki Ajaib ternyata sebanyak 96 persen merupakan investor pemula.
"Kami melakukan edukasi bukan hanya di webinar ke kampus atau komunitas bursa efek di daerah, tapi juga ada di aplikasi kami. Seperti analisis saham, analisis teknikal, hingga rekomendasi tempat menaruh saham," ujar Gladys.

Gladys Pratiwi, VP of Marketing Ajaib. (Foto: A. Firdaus/Medcom.id)
Di aplikasi tersebut, tambahnya, ada fitur chat yang membuat pengguna bisa saling bertukar pikiran dan bertukar informasi soal investasi. Mereka bisa saling berbicara hal-hal yang berkaitan dengan saham.
"Aplikasi Ajaib juga terintegrasi dengan forum diskusi serta materi belajar yang informatif dan beragam, terutama bagi investor pemula. Tercatat, kami sudah ada 1.000 edukasi dengan OJK, dan kami bisa menyelesaikan 1.000 edukasi dalam kurun waktu setahun," tuturnya.
Mendobrak stigma lama berinvestasi
Tak ditampik, dahulu stigma yang melekat di investasi adalah harus melalui jalan yang teramat berliku. Dimulai dari mendaftar secara fisik dengan datang ke kantor yang menawarkan investasi kemudian menandatangani sejumlah gundukan kertas yang tak berujung.
Namun pada zaman teknologi seperti sekarang ini berinvestasi bisa dibilang anti ribet. Bahkan melalui Ajaib kamu hanya mendaftar di aplikasi dengan mengisi beberapa persyaratan cukup dalam satu genggaman telepon pintarmu.
"Kami mencoba mendobrak stigma lama orang untuk investasi. Biasanya kalau investasi itu ribet dan harus datang ke kantor. Tapi kami menyediakan registasi 100 persen online dan dalam hitungan menit sudah aktif. Selain itu, di aplikasi ini juga tak ada mininum investasi dan membuka rekening saham tanpa biaya," jelas Gladys.
Tren investasi di berbagai daerah
Sebagai informasi, kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Medan masih menjadi mayoritas asal para pengguna Ajaib. Namun yang menarik, ada beberapa kota dari sektor kedua dan ketiga mulai muncul tren positif ingin berinvestasi. Adapun sektor kedua seperti Jambi, beberapa kota di Kalimantan, dan Sulawesi.
"Memang konsentrasinya masih di kota besar, tapi kami juga melihat adanya tren positif seperti di Jambi dan kota-kota di Sumatra, terus di Kalimantan, dan Sulawesi. Kami melihat trennya itu meningkat dan kami melihatnya sebagai hal yang positif," ucap Gladys.
Sementara dalam urusan jumlah transaksi, Ajaib berada di posisi tiga selama tahun keduanya, dengan perbulannya sudah mencapai lima juta lebih, dan volumenya mencapai lebih dari 30 miliar.
"Kami juga ingin diasosiasikan dengan investor ritel. Jadi Ajaib menyentuh investor ritel. Dalam artian, kami ingin menarik para investor ritel. Kami ingin memberikan kemudahan akses dan edukasi kepada mereka untuk semakin mudah membuat keputusan berinvestasi," ujar Gladys.
"Dan ini menjangkau lebih banyak generasi muda hingga ke pelosok negeri. Jadi orang semakin sadar kalau butuh menyediakan dana tambahan dan investasi jadi solusi cerdas. Dari sisi produk kami juga terus berinovasi dan yang akan datang adalah margin trading bakal didapat di aplikasi kami untuk menarik investor yang berpengalaman," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)