FITNESS & HEALTH
Wanita Paling Berisiko Mengalami Kanker Paru, Kenapa Ya?
Medcom
Kamis 24 Agustus 2023 / 18:10
Jakarta: Kanker paru menjadi kondisi serius yang masih menjadi permasalahan di Indonesia. Ternyata, wanita memiliki risiko tinggi terkena kanker paru. Kira-kira apa alasannya?
Dr. Sita Laksmi Andarini selaku Interim Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengatakan bahwa ini dipengaruhi dari aktivitas sehari-hari. Wanita cenderung menjadi perokok pasif dibandingkan aktif, meski tak dipungkiri bahwa ada juga perokok aktif.
Tidak hanya itu, riwayat genetik juga menjadi penyebab dari terkenanya kanker paru. Hal ini memang tak bisa dihindari sama sekali, dibandingkan dengan paparan asap rokok dan juga zat beracun di lingkungan.
Ada berbagai faktor yang dapat memengaruhi hadirnya kanker paru, antara lain faktor yang tidak dapat dikontrol dan dapat dikontrol.
Faktor yang tidak dapat dikontrol, meliputi:
- Umur
- Jenis kelamin
- Riwayat kesehatan keluarga atau genetik (bapak/ibu/saudara kandung)
Faktor yang dapat dikontrol, meliputi:
- Paparan asap rokok (aktif/pasif/bekas perokok)
- Polusi udara (indoor/outdoor, asbes, radon)
- Pekerjaan (paparan zat karsinogen)
- Penyakit paru kronik
Disebutkan adanya paparan polusi dan zat karsinogen, wanita juga mengalami hal tersebut. Terlebih, wanita yang memiliki pekerjaan di lapangan, sehingga perlu beradaptasi dengan lingkungan penuh polusi dan zat karsinogen.
Sebenarnya, ini memang tidak baik! Namun, pencegahan memang lebih baik dibandingkan mengobati. Dr. Sita mengatakan bahwa ada dua cara untuk mencegah kanker paru sedini mungkin. Pertama, melalui skrining, dan kedua melalui deteksi dini.
Skrining merupakan langkah pencegahan bagi seseorang yang tak bergejala. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah kita memiliki penyakit kanker paru atau tidak sedini mungkin.
"Tujuannya skrining adalah menemukan adanya penyakit sedini mungkin sehingga dalam waktu yang bisa disembuhkan atau meningkatkan kualitas hidup dan bebas dari penyakit," kata dr. Sita.
Menurutnya, semakin dini kita memeriksakan diri, semakin cepat untuk ditangani. Pun, semakin murah biaya yang dapat dikeluarkan oleh kita. Sayangnya, warga Indonesia kerap memeriksakan diri ketika mereka sudah stadium lanjut.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Dr. Sita Laksmi Andarini selaku Interim Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengatakan bahwa ini dipengaruhi dari aktivitas sehari-hari. Wanita cenderung menjadi perokok pasif dibandingkan aktif, meski tak dipungkiri bahwa ada juga perokok aktif.
Tidak hanya itu, riwayat genetik juga menjadi penyebab dari terkenanya kanker paru. Hal ini memang tak bisa dihindari sama sekali, dibandingkan dengan paparan asap rokok dan juga zat beracun di lingkungan.
Ada berbagai faktor yang dapat memengaruhi hadirnya kanker paru, antara lain faktor yang tidak dapat dikontrol dan dapat dikontrol.
Faktor yang tidak dapat dikontrol, meliputi:
- Umur
- Jenis kelamin
- Riwayat kesehatan keluarga atau genetik (bapak/ibu/saudara kandung)
Faktor yang dapat dikontrol, meliputi:
- Paparan asap rokok (aktif/pasif/bekas perokok)
- Polusi udara (indoor/outdoor, asbes, radon)
- Pekerjaan (paparan zat karsinogen)
- Penyakit paru kronik
Disebutkan adanya paparan polusi dan zat karsinogen, wanita juga mengalami hal tersebut. Terlebih, wanita yang memiliki pekerjaan di lapangan, sehingga perlu beradaptasi dengan lingkungan penuh polusi dan zat karsinogen.
Sebenarnya, ini memang tidak baik! Namun, pencegahan memang lebih baik dibandingkan mengobati. Dr. Sita mengatakan bahwa ada dua cara untuk mencegah kanker paru sedini mungkin. Pertama, melalui skrining, dan kedua melalui deteksi dini.
Skrining merupakan langkah pencegahan bagi seseorang yang tak bergejala. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah kita memiliki penyakit kanker paru atau tidak sedini mungkin.
"Tujuannya skrining adalah menemukan adanya penyakit sedini mungkin sehingga dalam waktu yang bisa disembuhkan atau meningkatkan kualitas hidup dan bebas dari penyakit," kata dr. Sita.
Menurutnya, semakin dini kita memeriksakan diri, semakin cepat untuk ditangani. Pun, semakin murah biaya yang dapat dikeluarkan oleh kita. Sayangnya, warga Indonesia kerap memeriksakan diri ketika mereka sudah stadium lanjut.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)