FITNESS & HEALTH

Kenali Gejala Turun Berok pada Bayi, Spill Cara Penanganannya

Putri Purnama Sari
Rabu 21 September 2022 / 14:48
Jakarta: Turun berok atau hernia adalah penyakit berupa tonjolan atau benjolan lunak di bawah kulit yang muncul karena organ atau jaringan tubuh yang melemah. Umumnya penyakit hernia sering timbul pada usia bayi dan anak.

Hernia yang sering ditemukan pada bayi dan anak biasanya adalah Hernia Inguinalis. Suatu kondisi saat organ seperti usus dan jaringan yang ada di dalam perut menonjol ke area inguinal atau selangkangan.
 

Jenis Hernia Inguinalis pada bayi

Dilansir dari berbagai sumber, Hernia Inguinalis pada bayi dan anak ada dua jenis, yaitu lateral dan medial. 

Pada bayi dan anak, jenis Hernia Inguinalis yang paling sering terjadi adalah Hernia Inguinalis Lateralis. Keluhan yang sering dijumpai adalah terdapatnya benjolan di lipatan paha yang turun hingga kantung kemaluan pada anak laki-laki dan hingga labia mayora pada anak perempuan.  

Beberapa faktor risiko terjadinya Hernia Inguinalis Lateralis antara lain bayi lahir dalam kondisi prematur, genetik, dan adanya penyakit undescended testis. Angka insiden Hernia Inguinalis Lateral tercatat sebesar 3 hingga 5 persen pada anak cukup bulan dan 13 persen pada anak lahir kurang bulan (prematur).
 

Gejala awal

Gejala awal terjadinya Hernia Inguinalis Lateralis adalah munculnya benjolan di lipatan paha atau atas kemaluan sampai kantung kemaluan atau labia. Benjolan ini dapat keluar dan masuk sesuai derajat aktivitasnya (reponibilis). 

Benjolan akan membesar saat anak menangis, mengedan, dan bermain. Saat tidur dan kondisi tenang, benjolan akan berkurang bahkan menghilang.
 

Cara penanganan

Penanganan yang biasa dilakukan untuk bayi dan anak yang menderita Hernia Inguinalis adalah dengan cara operasi herniotomi. Tujuannya untuk mengembalikan usus yang turun kembali ke dalam rongga perut dan menutup celah atau lubang yang menjadi penyebab keluarnya usus. 

Operasi herniotomi pada bayi dan anak dilakukan dengan pembiusan umum yang memerlukan puasa 4 hingga 6 jam sebelum dilakukannya operasi. Keberhasilan operasi ini umumnya sangat tinggi dengan tingkat residif (berulang) rendah. Pascaoperasi dilakukan, bayi dan anak pun dapat segera beraktivitas normal seperti biasanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(UWA)

MOST SEARCH