FITNESS & HEALTH
Faktor Risiko Penularan HIV dari Ibu ke Bayinya
Raka Lestari
Selasa 15 Desember 2020 / 13:24
Jakarta: Hampir sebagian besar penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus) pada anak terjadi akibat tertular dari ibunya pada masa kehamilan, saat persalinan, atau melalui Air Susu Ibu (ASI). Oleh karena itu, selain memahami langkah pencegahan penularan HIV sebaiknya masyarakat bisa mengetahui faktor risiko penularan HIV dari ibu ke bayinya.
Dr. Siti Azizah, Sp.OG, dokter spesialis obstetri dan ginekologi RSUI menjelaskan bahwa HIV merupakan salah satu infeksi menular seksual.
Infeksi menular seksual lainnya yang banyak dikenal adalah chlamidia, gonorrhea, human papillomavirus (HPV), dan sifilis. Adanya IMS memudahkan untuk terinfeksi HIV karena IMS pada umumnya membuat luka pada kulit atau mukosa. Pengobatan yang tepat akan mengurangi risiko penularan IMS tersebut ataupun HIV.
Berdasarkan data Ditjen P2P (Sistem Informasi HIV-AIDS dan IMS) tahun 2017, angka infeksi HIV sejak tahun 2006 sampai 2017 cenderung mengalami kenaikan, sementara pada kondisi AIDS (kondisi lanjut pada HIV) grafiknya cenderung melandai atau konstan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa terapi pengontrolan progresivitas pada pasien HIV sudah cukup baik, namun dengan terus tingginya kasus infeksi HIV tetap harus menjadi perhatian serius bagi kita.
Data tersebut juga menyebutkan bahwa kelompok usia yang paling banyak terinfeksi HIV yaitu usia 25-49 tahun, padahal usia tersebut merupakan usia produktif untuk bereproduksi.
(1).jpg)
(Hampir sebagian besar penularan HIV pada anak terjadi akibat tertular dari ibunya pada masa kehamilan, saat persalinan, atau melalui Air Susu Ibu (ASI). Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Menurut dr. Siti Azizah, risiko penularan dari ibu hamil ke bayi dapat meningkat akibat dua faktor berikut ini:
Viral load yang tinggi (>5000 kopi/ml), CD4 yang kurang dari 200sel per mm3, status gizi ibu kurang berat badan (underweight), adanya penyakit infeksi, dan adanya gangguan pada payudara.
Jenis dan lama persalinan, ketuban pecah dini, tindakan episiotomy, forceps, dan vakum, (3) faktor anak: bayi lahir prematur, berat badan lahir rendah, periode pemberian ASI, serta adanya luka di mulut bayi
Tes HIV dan pemeriksaan IMS, termasuk tes sifilis dan Bacterial vaginosis (BV), ditawarkan kepada semua ibu hamil mulai kunjungan antenatal pertama, lalu diulang pada usia kehamilan 28 minggu jika memungkinkan.
Penting juga dilakukan pemeriksaan HIV pada pasangan. Apabila pasangan ibu hamil terinfeksi, maka pasangan perlu mengendalikan penyakit HIV (maupun infeksi menular seksual lain) untuk mencegah penularan pada ibu hamil tersebut.
Pemeriksaan sitologi (papsmear) rutin harus dilakukan namun pada ibu hamil, dapat ditunda sampai tiga bulan pasca melahirkan, kecuali ada indikasi untuk segera dilakukan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Dr. Siti Azizah, Sp.OG, dokter spesialis obstetri dan ginekologi RSUI menjelaskan bahwa HIV merupakan salah satu infeksi menular seksual.
Infeksi menular seksual lainnya yang banyak dikenal adalah chlamidia, gonorrhea, human papillomavirus (HPV), dan sifilis. Adanya IMS memudahkan untuk terinfeksi HIV karena IMS pada umumnya membuat luka pada kulit atau mukosa. Pengobatan yang tepat akan mengurangi risiko penularan IMS tersebut ataupun HIV.
Berdasarkan data Ditjen P2P (Sistem Informasi HIV-AIDS dan IMS) tahun 2017, angka infeksi HIV sejak tahun 2006 sampai 2017 cenderung mengalami kenaikan, sementara pada kondisi AIDS (kondisi lanjut pada HIV) grafiknya cenderung melandai atau konstan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa terapi pengontrolan progresivitas pada pasien HIV sudah cukup baik, namun dengan terus tingginya kasus infeksi HIV tetap harus menjadi perhatian serius bagi kita.
Data tersebut juga menyebutkan bahwa kelompok usia yang paling banyak terinfeksi HIV yaitu usia 25-49 tahun, padahal usia tersebut merupakan usia produktif untuk bereproduksi.
(1).jpg)
(Hampir sebagian besar penularan HIV pada anak terjadi akibat tertular dari ibunya pada masa kehamilan, saat persalinan, atau melalui Air Susu Ibu (ASI). Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Menurut dr. Siti Azizah, risiko penularan dari ibu hamil ke bayi dapat meningkat akibat dua faktor berikut ini:
1. Faktor ibu
Viral load yang tinggi (>5000 kopi/ml), CD4 yang kurang dari 200sel per mm3, status gizi ibu kurang berat badan (underweight), adanya penyakit infeksi, dan adanya gangguan pada payudara.
2. Faktor persalinan
Jenis dan lama persalinan, ketuban pecah dini, tindakan episiotomy, forceps, dan vakum, (3) faktor anak: bayi lahir prematur, berat badan lahir rendah, periode pemberian ASI, serta adanya luka di mulut bayi
Tes HIV dan pemeriksaan IMS, termasuk tes sifilis dan Bacterial vaginosis (BV), ditawarkan kepada semua ibu hamil mulai kunjungan antenatal pertama, lalu diulang pada usia kehamilan 28 minggu jika memungkinkan.
Penting juga dilakukan pemeriksaan HIV pada pasangan. Apabila pasangan ibu hamil terinfeksi, maka pasangan perlu mengendalikan penyakit HIV (maupun infeksi menular seksual lain) untuk mencegah penularan pada ibu hamil tersebut.
Pemeriksaan sitologi (papsmear) rutin harus dilakukan namun pada ibu hamil, dapat ditunda sampai tiga bulan pasca melahirkan, kecuali ada indikasi untuk segera dilakukan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)