FITNESS & HEALTH

Mitos Micin atau MSG Jadi Penyebab Bodoh dan Kanker, Ini Sederet Faktanya

Yurike Budiman
Rabu 28 Agustus 2024 / 18:58
Jakarta: Banyaknya anggapan masyarakat yang menilai Monosodium Glutamat (MSG) atau micin, dapat menyebabkan efek negatif pada kesehatan, seperti pemicu terjadinya kelebihan berat badan (obesitas), kanker, hingga disebut sebagai penyebab kebodohan. 

Faktanya, Badan Pengawas Obat & Makanan (BPOM) menyatakan MSG sebagai bahan tambahan pangan (BTP) kategori penguat rasa, yang telah diizinkan penggunaannya di Indonesia dan diatur melalui Permenkes No.33 Tahun 2012.

Lembaga skala internasional yang mengkaji risiko penggunaan BTP seperti JECFA (Joint Expert Committee on Food Additive) juga menyatakan penggunaan MSG termasuk dalam kategori ADI (acceptable daily intake) atau asupan harian yang dapat diterima sebagai not specified, yang berarti penggunaannya tidak dibatasi atau boleh dikonsumsi secukupnya. 

Guna meluruskan perspektif negatif dalam masyarakat terkait MSG, Asosiasi Persatuan Pabrik Monosodium Glutamat & Asam Glutamat (P2MI), yang terdiri atas PT Ajinomoto Indonesia, PT Ajinex International, PT Sasa Inti, dan PT Daesang Ingredients Indonesia, mengadakan talkshow edukatif dan cooking class interaktif, bertema "MSG" (Mbahas Seputar Gizi).

Ketua P2MI, Satria Gentur Pinandita, menjelaskan MSG atau yang dikenal sebagai micin, adalah asam glutamat yang diproses secara alamiah yang menggunakan teknologi fermentasi dari bahan nabati dari tetes tebu.

"Kita tahu tebu itu tanaman yang sumber gulanya banyak. Dan ini akan memberikan efek rasa gurih terhadap masakan yang kita masak, hampir semua masakan kalau ada tambahan micin itu rasanya biasanya gurih," kata Satria dalam sambutannya, di Dapur Umami Studio, Sunter, Jakarta Utara, Rabu, 28 Agustus 2024.

"MSG itu adalah gizi. Konsumsi MSG itu aman dan tidak perlu mendatangkan kekhawatiran," sambungnya.

Dalam talkshow ini, hadir juga dr. Yohan Samudra, Spesialis Gizi Klinik RS Premiere Bintaro, yang menyebut MSG juga aman untuk balita, ibu hamil bahkan ibu menyusui, jika dibarengi dengan makanan bergizi seimbang. 

"Gizi yang cukup adalah gizi seimbang, harus seimbang karbohidrat, protein dan lemak," kata Yohan.


(Ketua P2MI, Satria Gentur Pinandita, menjelaskan MSG atau yang dikenal sebagai micin, adalah asam glutamat yang diproses secara alamiah yang menggunakan teknologi fermentasi dari bahan nabati dari tetes tebu. Acara ini dibahas dalam "MSG" (Mbahas Seputar Gizi). Foto: Dok. Medcom.id/Yurike Budiman)

Seperti pada cooking class kali ini, peserta memasak sayur capcay, dan ayam crispy saus padang. Karbohidrat didapat dari nasi, sumber proteinnya ada cumi dan bakso ikan, lemak dari minyak itu sendiri sudah cukup.

"Karena ini sayur pasti seratnya tinggi, dari brokoli, jagung muda, pakcoy, ini pastinya lebih sehat dari makanan-makanan cepat saji yang diproses. Ayam crispy saus padang, sumber proteinnya dada ayam, lalu sayurannya digabung dengan capcay," kata Yohan.

Yohan menjelaskan, MSG terdiri dari gultamat, sodium dan air. Suatu kumpulan dari zat gizi, sodium sendiri bisa ditemukan dari garam dapur.

MSG dengan penggunaan secukupnya sangat aman dikonsumsi, bahkan sebenarnya penggunaan MSG dalam makanan memiliki beberapa manfaat seperti membantu meningkatkan nafsu makan. Sehingga asupan gizi seimbang bisa lebih terpenuhi, selain itu juga sebagai strategi diet rendah garam.

"Engga perlu takut, MSG adalah bahan alami juga. Tujuannya mengurangi pemakaian garam. Sampai saat ini aman digunakan dan tidak terbukti dapat memberikan efek merugikan kesehatan. Rasa garam ini akan diperkuat dengan MSG, kalau sebenaranya yang kita butuh hanya 1 sendok teh garam, dan tambahan MSG nya," jelasnya.

Justru kelebihan asupan garam dapat berpotensi meningkatkan risiko hipertensi, yang menjadi faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan stroke. 

"Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu bisa mengontrol asupan garam harian. Hal yang paling mudah yang bisa kita lakukan memang hanya mencegah, yaitu dengan mengurangi penggunaan garam dalam makanan harian yang kita konsumsi," kata Yohan.

Dalam acara ini, turut hadir Chef Jordhi Aldyan, Master Chef Season 6 & Culinary Entrepreneur, yang mempraktikkan memasak dua menu gizi seimbang menggunakan MSG.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)

MOST SEARCH