FITNESS & HEALTH

Ketika CKG Sekolah Jadi Penolong Orang Tua untuk Kesehatan Anak

Aulia Putriningtias
Senin 17 November 2025 / 19:16
Jakarta: Perjalanan Cek Kesehatan Gratis (CKG) belum berhenti dan masih terus berlangsung hingga saat ini. CKG sendiri merupakan salah satu Program Asta Cita Presiden Republik Indonesia (RI) untuk mendorong masyarakat agar membiasakan hidup sehat sejak dini melalui pemeriksaan kesehatan gratis. 

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sendiri telah merilis data temuan masalah kesehatan pada anak dan remaja berkat hadirnya CKG di sekolah. 

Data per 16 Oktober 2025, ada 5 temuan permasalahan kesehatan, mulai dari tingkat aktivitas fisik kurang, karies gigi, anemia sedang dan berat, risiko kesehatan reproduksi bagi siswi, dan hipertensi.
 
Bagi para orang dewasa saat ini, mungkin dahulu hanya mengenal program-program kecil seperti pemberian suntik atau membagikan tablet tambah darah (TTD). Kehadiran CKG menjadi angin segar untuk para siswa dan juga orang tua mereka.

Salah satu yang mendapatkan adalah anak-anak sekolah. Sudah terhitung ribuan siswa menerima manfaat ini, termasuk salah satu siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) yang satu ini. 
 

Kata Rizka Fauzia tentang CKG



(Program CKG di SMAN 15 Jakarta. Foto: Dok. Medcom.id/Aulia Putriningtias)

Ia adalah Rizka Fauzia (16) atau akrab disapa dengan Rizka, yang senang dengan hadirnya program CKG di sekolahnya. Ia pun berbagi pengalamannya dalam melaksanakan program CKG di sekolahnya.

"Awalnya dikasih tahu sebelum bulan Oktober (akan ada CKG)," ungkapnya ketika diwawancarai langsung oleh tim Medcom.id, 3 November 2025 lalu pada kediamannya.

Sebelumnya, Rizka Fauzi merupakan seorang siswi yang berasal dari SMA Negeri 15 Jakarta Utara. Saat ini sedang menduduki kelas XI atau 11. Ia sendiri mengungkapkan belum pernah melaksanakan CKG di tempat lain, selain di sekolah.

Rizka menuturkan bahwa Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS berperan dalam mengumpulkan data siswa di sekolah untuk membantu para tenaga kesehatan. 

Dalam lembar isian elektronik atau form yang dibagikan, Rizka mengisi data diri dan skrining mandiri.

"OSIS kirim lewat grup, itu harus (diisi). Isinya kaya nama, NIK, terus nama sekolah, nama daerah, terus ditanya-tanya di dalamnya," tutur Rizka.



(Ada tiga cara mendaftar CKG. Yuk, simak! Foto: Dok. Instagram resmi Kementerian Kesehatan RI/@kemenkes_ri)

Ia menambahkan surat isian tersebut berisikan kondisi mental dan fisik siswa. Mulai dari suasana sedih dalam satu minggu terakhir, sampai perihal penyakit yang sudah terdeteksi sebelumnya.

Kegiatan CKG dilaksanakan sebanyak tiga kloter, sebab banyaknya siswa dari kelas 10-12. 

Rizka memperjelas bahwa siswa yang sebelumnya sudah dinyatakan anemia sebelum CKG berlangsung, diperiksa terlebih dahulu.

Selain itu, selama CKG di sekolah berlangsung, tim tenaga kesehatan (nakes) dibantu oleh palang merah remaja (PMR) khusus di sekolah. Rizka menuturkan bahwa jumlah nakes tidak sampai 10 orang saat di lokasi.

Selama pemeriksaan, anak bungsu dari tiga bersaudara ini diperiksa beberapa bagian. Pemeriksaan ini dimulai dari gizi, tekanan darah, anemia, diabetes melitus, hepatitis B dan C, telinga, mata, gigi, dan kebugaran.

"Kebugaran disuruh lari 15 putaran," paparnya.

Namun, pada saat pengecekan kebugaran tidak dipantau langsung oleh nakes secara langsung, sebab berbeda hari. Guru olahraga menjadi pengganti dan yang membantu mendata para siswa atas kesehatan kebugaran, menurut laporan Rizka.

"Seharusnya waktu itu di jam CKG (saat cek kebugaran), tapi cuacanya enggak mendukung. Jadi, diganti waktu jam olahraga," terangnya.
 

CKG jadi penolong kesehatan dan finansial bagi orang tua dan anak



(Program CKG di SMAN 15 Jakarta dan dibantu oleh PMR Sekolah. Foto: Dok. Medcom.id/Aulia Putriningtias)

Melakukan pengecekan kesehatan umumnya dianjurkan sekali dalam satu hingga dua tahun. Namun, bagi beberapa lapisan masyarakat di Indonesia, hal tersebut tidak bisa dilakukan.

Menurut koordinator MCU Rumah Sakit Umum (RSU) Bunda, dr. Sphatika Ekakarttika, dikutip dalam detikHealth, ada beberapa alasan individu enggan melakukan pemeriksaan kesehatan tahunan, salah satunya adalah beban finansial.

Rizka sendiri menuturkan sebelumnya tak pernah melalukan pengecekan kesehatan rutin satu tahun sekali. Orang tua dirinya tidak pernah mengajak untuk melakukan hal tersebut.

Tim Medcom.id pun juga berkesempatan berbicara langsung terhadap Ibu dari Rizka. Sri Hendrayati (55). 

Ia pun membenarkan pernyataan anak bungsunya itu, yakni tidak pernah mengajak anak untuk melakukan cek kesehatan rutin.

"(Tidak mengecek) karena masih anak-anak, ya? Jadi, kayak merasa masih aman. Paling kalau sakit, baru diajak ngecek berobat, kalau sehat enggak," tutur Sri.

Ibu dari tiga anak ini mengatakan dirinya bahkan tidak tahu bahwa ada program cek kesehatan secara gratis dari pemerintah sampai ke sekolah. 

Ia baru tahu ketika anaknya, Rizka, memberikan laporan bahwa dirinya ingin dilakukan cek kesehatan di sekolah.

Menurutnya, program CKG sekolah sangat bermanfaat, khususnya bagi yang tidak rutin mengajak anak untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Sang anak dan keluarga menjadi tahu apa yang dialaminya.

"Bagus juga gitu sih ya, jadi ketahuan ya. Kalau dari sekolah enggak ngadain gitu, enggak tahu keadaan anaknya apa bagus, apa enggak gitu," ungkap Sri dengan nada yang begitu semangat.

Sri juga menambahkan, selain perihal keterbatasan waktu temu antara anak dan orang tua, finansial juga menjadi perhitungan dalam pengecekan kesehatan rutin ini. 

Alhasil, kegiatan penting ini pun disingkirkan karena prioritas keuangan untuk kehidupan lebih diutamakan.

Sebagai seorang ibu rumah tangga (IRT) yang tidak bekerja selain pekerjaan tersebut, pengeluaran keuangan memang menjadi pertimbangan matang dalam menentukan kepentingan. Sayangnya, pengecekan rutin kesehatan tahunan bukan salah satu jajaran daftar atas prioritasnya.

"Kalau kita sekali (mengecek) aja harus bayar tiap-tiap semuanya, ya. Jadi, ini (CKG) mempermudah banget, apalagi gratis," tuturnya.

Sebagai penerima CKG sekolah pun Rizka juga sepakat dengan orang tuanya. Rasanya begitu senang ketika dirinya menerima pemeriksaan kesehatan secara gratis ini, terutama dirinya memang ingin mengetahui kondisi gula darahnya.

"Jadinya kayak senang. Senang juga, sih. Karena jadi tahu gula darah. Soalnya dari kemarin penasaran gula darahnya berapa. Soalnya sering minum manis. Jadinya terbantu banget," ungkapnya dengan haru.
 
Rizka beserta Sri, Ibunya, berharap bahwa program kegiatan CKG di sekolah dapat terus berlangsung, sebab sangat membantu untuk mengetahui kesehatan. Bahkan, Rizka hanya ingin mengecek kesehatan secara gratis saja di program CKG sekolah.

"Lebih nungguin tahun depan daripada bayar. Soalnya juga kalau ke rumah sakit enggak ada waktu, susah. Enggak ada waktu," imbuhnya.

Jadi, seluruh masyarakat, baik yang masih sekolah atau umum seperti dewasa dan lanjut usia (lansia), yuk, kita manfaatkan program CKG dari pemerintah! Untuk mendaftarnya dapat melalui aplikasi SATUSEHAT Mobile, WhatsApp Chatbot Kemenkes di nomor 0811-10-500-567, atau datang langsung ke Puskesmas terdekat. 


(Cek Kesehatan Gratis, membantu mendeteksi penyakit atau faktor risiko sejak dini, sehingga penanganan bisa lebih cepat dilakukan. Video: Dok. YouTube resmi Kemenkes/Ayo Sehat Kementerian Kesehatan RI)

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)

MOST SEARCH