FITNESS & HEALTH
Rentan Sebabkan Kanker, Bisakah GERD Disembuhkan?
Raka Lestari
Jumat 11 Februari 2022 / 09:00
Jakarta: Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD) merupakan kondisi saat asam lambung naik kembali ke saluran yang menghubungkan antara mulut dan perut yaitu kerongkongan (esofagus). Kondisi ini biasanya diakibatkan karena melemahnya katup atau sfingter pada esofagus bagian bawah.
Bagian ini dikenal juga sebagai Lower Esophagus Sphincter (LES). Sfingter pada umumnya akan membuka hanya jika makanan atau minuman akan dialirkan dari esophagus ke lambung untuk dicerna. Namun, pada kondisi tertentu, Sfingter dapat melemah dan tidak dapat menutup dengan sempurna. Sehingga, mengakibatkan makanan, minuman, serta asam lambung dapat mengalir kembali ke esofagus.
Menurut Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, Dokter Spesialis Gastroenterologi di FKUI-RSCM, GERD dapat disembuhkan. Setelah sembuh yang penting bagaimana pasien tersebut dapat melakukan perubahan gaya hidup, menghindari faktor risiko dan pencetus terjadinya kekambuhan GERD-nya.
“Penatalaksanaan yang paling penting dari GERD adalah dengan mencegah terjadinya kekambuhan. Perlu adanya edukasi kepada penderita agar memahami betul faktor risiko dan pemicu dari terjadinya GERD, sehingga sebisa mungkin dihindari," ujarnya dalam Virtual Media Briefing, pada Kamis, 10 Februari 2022.

(GERD merupakan kondisi saat asam lambung naik kembali ke saluran yang menghubungkan antara mulut dan perut yaitu kerongkongan. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
Prof. Ari pun menjelaskan bahwa beberapa faktor risiko yang memang dapat meningkatkan risiko terjadinya GERD adalah obesitas, hernia hiatal, kehamilan, pengosongan lambung yang terlambat dan skleroderma.
“Selain itu, kekambuhan dari GERD juga dapat dipicu oleh beberapa aktivitas seperti merokok, mengonsumsi makanan dalam porsi besar sekaligus, makan di waktu yang terlalu larut, mengonsumsi makanan yang berlemak atau digoreng, mengonsumsi minuman atau makanan berkafein, serta mengonsumsi obat tertentu seperti aspirin,” jelasnya.
Umumnya, penderita GERD juga akan direkomendasikan untuk melakukan perbaikan gaya hidup untuk mencegah kekambuhan, seperti memiliki berat badan ideal, berhenti merokok, tidak berbaring segera setelah makan, makan dengan perlahan, serta tidak menggunakan pakaian yang terlalu ketat pada area pinggang.
“Perlu ada pemeriksaan yang benar bagi pasien GERD. Diagnosis GERD dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis terkait gejala yang dialami serta riwayat penyakit dari pasien. Selanjunya, dokter akan melakukan pemeriksaan lain seperti endoskopi," tuturnya.
Sementara, endoskopi saluran cerna dilakukan untuk mendeteksi adanya perlukaan pada dinding dalam esofagus bagian bawah, adanya penyempitan, lesi pra kanker atau kanker, dan adanya hiatal hernia. "Pemeriksaan lanjutan jika dibutuhkan berupa pemeriksaan pHmetri impedans dan manometri. Atau pemeriksaan radiologi sesuai indikasi," tutup Prof. Ari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(yyy)
Bagian ini dikenal juga sebagai Lower Esophagus Sphincter (LES). Sfingter pada umumnya akan membuka hanya jika makanan atau minuman akan dialirkan dari esophagus ke lambung untuk dicerna. Namun, pada kondisi tertentu, Sfingter dapat melemah dan tidak dapat menutup dengan sempurna. Sehingga, mengakibatkan makanan, minuman, serta asam lambung dapat mengalir kembali ke esofagus.
Menurut Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, Dokter Spesialis Gastroenterologi di FKUI-RSCM, GERD dapat disembuhkan. Setelah sembuh yang penting bagaimana pasien tersebut dapat melakukan perubahan gaya hidup, menghindari faktor risiko dan pencetus terjadinya kekambuhan GERD-nya.
“Penatalaksanaan yang paling penting dari GERD adalah dengan mencegah terjadinya kekambuhan. Perlu adanya edukasi kepada penderita agar memahami betul faktor risiko dan pemicu dari terjadinya GERD, sehingga sebisa mungkin dihindari," ujarnya dalam Virtual Media Briefing, pada Kamis, 10 Februari 2022.

(GERD merupakan kondisi saat asam lambung naik kembali ke saluran yang menghubungkan antara mulut dan perut yaitu kerongkongan. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
Prof. Ari pun menjelaskan bahwa beberapa faktor risiko yang memang dapat meningkatkan risiko terjadinya GERD adalah obesitas, hernia hiatal, kehamilan, pengosongan lambung yang terlambat dan skleroderma.
“Selain itu, kekambuhan dari GERD juga dapat dipicu oleh beberapa aktivitas seperti merokok, mengonsumsi makanan dalam porsi besar sekaligus, makan di waktu yang terlalu larut, mengonsumsi makanan yang berlemak atau digoreng, mengonsumsi minuman atau makanan berkafein, serta mengonsumsi obat tertentu seperti aspirin,” jelasnya.
Umumnya, penderita GERD juga akan direkomendasikan untuk melakukan perbaikan gaya hidup untuk mencegah kekambuhan, seperti memiliki berat badan ideal, berhenti merokok, tidak berbaring segera setelah makan, makan dengan perlahan, serta tidak menggunakan pakaian yang terlalu ketat pada area pinggang.
“Perlu ada pemeriksaan yang benar bagi pasien GERD. Diagnosis GERD dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis terkait gejala yang dialami serta riwayat penyakit dari pasien. Selanjunya, dokter akan melakukan pemeriksaan lain seperti endoskopi," tuturnya.
Sementara, endoskopi saluran cerna dilakukan untuk mendeteksi adanya perlukaan pada dinding dalam esofagus bagian bawah, adanya penyempitan, lesi pra kanker atau kanker, dan adanya hiatal hernia. "Pemeriksaan lanjutan jika dibutuhkan berupa pemeriksaan pHmetri impedans dan manometri. Atau pemeriksaan radiologi sesuai indikasi," tutup Prof. Ari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(yyy)