FITNESS & HEALTH
Merokok Jadi Penyebab Utama Penyakit Paru Kronis
Raka Lestari
Rabu 24 November 2021 / 19:46
Jakarta: Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di dunia. Sebanyak 3,23 juta kematian di tahun 2019 dengan merokok sebagai penyebab utamanya.
Di Indonesia berdasarkan data riset kesehatan dasar 2013 prevalensi PPOK mencapai 3,7 persen atau sekitar 9,2 juta jiwa yang mengalami PPOK
PPOK disebabkan karena adanya korelasi erat antara paparan partikel atau gas berbahaya yang signifikan dan meningkatnya respons utama pada saluran napas dan jaringan paru. Partikel gas berbahaya utama tersebut adalah asap rokok. Ada juga partikel lain seperti polusi bahan kimia di tempat kerja, dan asap dapur.
Spesialis Kardiovaskular Dr. Arto Yuwono Soeroto mengatakan PPOK terdapat gejala keluhan saluran pernapasan yang menetap seperti batuk berdahak, sesak napas, memiliki keluhan yang menetap.
Gejala pernapasan tersebut bersifat menetap dan progresif yang disebabkan karena adanya kerusakan saluran napas pada gelembung alveolus atau kantung udara kecil di dalam paru-paru yang menjadi tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida.

(Virus Sars-CoV-2 menyerang sistem pernapasan dan ini membuat para penderita PPOK lebih rentan mengalami penyakit paru-paru kronis. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
“Kerusakan tersebut disebabkan oleh pajanan dengan gas atau partikel berbahaya seperti merokok dan polusi,” katanya Dr. Arto pada acara Media Briefing Hari PPOK Sedunia, pada Selasa, 23 November 2021.
Riset Kesehatan Kementerian Kesehatan memperlihatkan jumlah perokok di Indonesia masih sangat tinggi, kira-kira 33,8 persen atau 1 dari 3 orang di Indonesia merokok. Hal ini memberikan kontribusi pada kejadian PPOK yang besar.
Angka merokok dengan perokok pria mempunyai proporsi yang besar sekitar 63 persen atau 2 dari 3 pria di Indonesia saat ini merokok. Selain itu peningkatan prevalensi merokok cenderung lebih tinggi pada kelompok remaja usia 10 sampai 18 tahun, yakni sekitar 7,2 persen naik menjadi 9,1 persen di tahun 2018 atau hampir 1 dari 10 anak di Indonesia merokok.
Wakil Menteri Kesehatan RI dr. Dante Saksono Harbuwono mengatakan penyebab utama PPOK adalah merokok sangat penting disosialisasikan ke masyarakat.
“Implikasi kesehatan, implikasi investasi manusia itu jadi terhambat dengan adanya paparan rokok pada anak-anak yang berusia 10 sampai 18 tahun yang menjadi ‘PR’ kita semua bersama,” ucap dr. Dante.
Pada masa pandemi covid-19, virus Sars-CoV-2 akan menyerang sistem pernapasan dan ini membuat para penderita PPOK lebih rentan mengalami penyakit paru-paru kronis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Di Indonesia berdasarkan data riset kesehatan dasar 2013 prevalensi PPOK mencapai 3,7 persen atau sekitar 9,2 juta jiwa yang mengalami PPOK
PPOK disebabkan karena adanya korelasi erat antara paparan partikel atau gas berbahaya yang signifikan dan meningkatnya respons utama pada saluran napas dan jaringan paru. Partikel gas berbahaya utama tersebut adalah asap rokok. Ada juga partikel lain seperti polusi bahan kimia di tempat kerja, dan asap dapur.
Spesialis Kardiovaskular Dr. Arto Yuwono Soeroto mengatakan PPOK terdapat gejala keluhan saluran pernapasan yang menetap seperti batuk berdahak, sesak napas, memiliki keluhan yang menetap.
Gejala pernapasan tersebut bersifat menetap dan progresif yang disebabkan karena adanya kerusakan saluran napas pada gelembung alveolus atau kantung udara kecil di dalam paru-paru yang menjadi tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida.

(Virus Sars-CoV-2 menyerang sistem pernapasan dan ini membuat para penderita PPOK lebih rentan mengalami penyakit paru-paru kronis. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
“Kerusakan tersebut disebabkan oleh pajanan dengan gas atau partikel berbahaya seperti merokok dan polusi,” katanya Dr. Arto pada acara Media Briefing Hari PPOK Sedunia, pada Selasa, 23 November 2021.
Riset Kesehatan Kementerian Kesehatan memperlihatkan jumlah perokok di Indonesia masih sangat tinggi, kira-kira 33,8 persen atau 1 dari 3 orang di Indonesia merokok. Hal ini memberikan kontribusi pada kejadian PPOK yang besar.
Angka merokok dengan perokok pria mempunyai proporsi yang besar sekitar 63 persen atau 2 dari 3 pria di Indonesia saat ini merokok. Selain itu peningkatan prevalensi merokok cenderung lebih tinggi pada kelompok remaja usia 10 sampai 18 tahun, yakni sekitar 7,2 persen naik menjadi 9,1 persen di tahun 2018 atau hampir 1 dari 10 anak di Indonesia merokok.
Wakil Menteri Kesehatan RI dr. Dante Saksono Harbuwono mengatakan penyebab utama PPOK adalah merokok sangat penting disosialisasikan ke masyarakat.
“Implikasi kesehatan, implikasi investasi manusia itu jadi terhambat dengan adanya paparan rokok pada anak-anak yang berusia 10 sampai 18 tahun yang menjadi ‘PR’ kita semua bersama,” ucap dr. Dante.
Pada masa pandemi covid-19, virus Sars-CoV-2 akan menyerang sistem pernapasan dan ini membuat para penderita PPOK lebih rentan mengalami penyakit paru-paru kronis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)