FITNESS & HEALTH

Kasus Varian Omicron di Indonesia Diharapkan seperti di India

A. Firdaus
Sabtu 05 Februari 2022 / 15:42
Jakarta: Okupansi tempat tidur di rumah sakit kembali menanjak seiring gelombang kasus covid-19 varian omicron melanda Indonesia. Penyebabnya, trauma masyarakat terhadap gelombang sebelumnya di varian delta dan awal-awal covid-19 datang.

Padahal Situasi pandemi Covid-19 varian omicron ini tidak bisa disamakan dengan kondisi gelombang pandemi akibat varian Delta 2021 lalu. Lonjakan kasus yang terjadi akhir Januari 2022 hingga saat ini perlu disikapi secara lebih bijak dengan pemahaman yang lebih baik oleh masyarakat, terutama terkait karakteristik varian Omicron itu sendiri.

“Masyarakat Indonesia memiliki trauma pada momen gelombang Covid-19 varian Delta yang lalu. Perlu diketahui memang varian Omicron ini penyebarannya cepat, tapi kasus kesakitan maupun kematian akibat varian ini rendah. bagi pasien varian Omicron ini tidak banyak yang perlu masuk rumah sakit.,” terang Dr. Pandu Riono, MPH., Ph.D., Epidemiolog Universitas Indonesia.

“Ini yang perlu diketahui masyarakat. Karakteristik lonjakan kasus sangat dipengaruhi karakteristik varian virusnya. Kedua karakteristik lonjakan kasus ini juga dipengaruhi oleh jumlah imunitas penduduk, Karena itulah masyarakat sering salah persepsi dengan kondisi saat ini seperti kondisi di Juli-Agustus 2021 lalu, padahal sudah jauh berbeda,” terang Dr. Pandu.

Sebagian besar penduduk Indonesia hingga Kamis 3 Februari 2022, sudah mendapatkan vaksinasi yang cukup merata. Catatan vaksinasi nasional, telah lebih dari 185 juta populasi penduduk Indonesia yang mendapat vaksinasi dosis pertama. Sedangkan 129 juta lebih penduduk mendapatkan dosis kedua, serta lebih dari 4,7 juta penduduk sudah mendapat dosis ketiga.

Vaksinasi masih memiliki peran yang besar bagi pencegahan kesakitan dan kematian akibat infeksi virus Covid-19 varian apa saja termasuk Omicron. Berkaca dari negara-negara lain yang lebih dahulu melewati varian Omicron seperti Afrika Selatan, Inggris, dan India, tingkat keparahan dan tingkat kematian akibat infeksi varian Omicron ini jauh berbeda dengan varian Delta.

"Saya bisa berbicara seperti ini karena melihat pengalaman dari negara lain yang sudah melalui gelombang Omicron. Karakternya cepat naik, cepat turun, dan pasien yang masuk rumah sakit jauh lebih rendah," kata Dr. Pandu.

Pengalaman negara lain yang menurut Dr. Pandu Riono mirip dengan studi kasus di Indonesia adalah di India. Ia berharap lonjakan kasus di Indonesia akan mengikuti pola di India, di mana turun dengan cepat dan tidak banyak berdampak pada pelayanan rumah sakit maupun kematian.

Pemerintah dalam menangani lonjakan kasus kali ini sudah lebih siap. Kemenkes telah menyediakan pelayanan konsultasi kesehatan jarak jauh (telemedisin) secara gratis bagi pasien isolasi mandiri di rumah. Begitu juga dengan obat-obatan yang diperlukan pasien Isoman juga sudah dipersiapkan dengan gratis.

"Kecemasan yang berlebihan membuat masyarakat minta dirawat di rumah sakit padahal tidak memenuhi syarat untuk dirawat di rumah sakit. Ini yang seakan-akan membuat tempat tidur di rumah sakit tinggi padahal mayoritas di rumah sakit itu pasien bergejala ringan,” jelas Pandu.

Dr. Pandu menegaskan pasien yang statusnya sedang, berat, atau yang punya komorbiditas yang bisa dirawat di rumah sakit. Kalau yang tanpa gejala maupun bergejala ringan silahkan isolasi mandiri.

Selain vaksinasi, salah satu cara bersiap mengurangi dampak penularan Covid-19 varian Omicron adalah juga dengan kembali mengetatkan protokol kesehatan 3M (Memakai masker, Menjaga jarak, Mencuci tangan). Kedua cara ini efektif untuk mengurangi dampak buruk tertular Covid-19 yakni kesakitan dan kematian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH