FITNESS & HEALTH
Hari Pencegahan Bunuh Diri, Menkes: 'It’s Okay Not to Be Okay, and to Reach Out for Help'
Yatin Suleha
Kamis 12 September 2024 / 19:28
Jakarta: Saat ini isu kesehatan mental telah menjadi pembahasan yang mendapatkan atensi dan bukan sesuatu yang tabu lagi. Walau tidak mengakibatkan kematian secara langsung, gangguan kesehatan mental bisa menyebabkan penderitaan berkepanjangan, baik bagi penderita, keluarga dan orang-orang di sekitarnya.
Data Kemenkes pada tahun 2018 menyebutkan, setidaknya 1 dari 16 orang berusia 15 ke atas terdiagnosa mengalami depresi. Jika kondisi ini terus menerus dibiarkan, maka dikhawatirkan akan menimbulkan masalah kesehatan mental yang jauh lebih berbahaya dalam skala besar.
Sayangnya, kesadaran tersebut masih perlu didorong untuk memberi pemahaman bahwa setiap orang berhak mendapatkan penanganan psikologis.
“Dalam undang-undang kita yang baru, UU No. 17 Tahun 2023 itu sudah dimaknai bahwa kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan. Dan upaya untuk mencapai kesehatan jiwa yang optimal harus dilakukan secara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, baik oleh Pemerintah, Pemda, maupun masyarakat," ucap Lucia, dari Kementerian Kesehatan RI dalam acara Launching Course bertajuk 'Literasi Kesehatan Mental & Pertolongan Pertama Psikologis, dan Ketahanan Keluarga' pada Senin, 10 Oktober 2023 silam.
"Kita akan menghadapi bonus demografi tahun 2035, dan 70% total penduduk itu merupakan penduduk bekerja. Tentunya, diharapkan masyarakat di sini adalah masyarakat yang produktif, di mana salah satu upaya untuk produktif adalah dengan menjaga kesehatan jiwa,” tambah Lucia lagi.
Kasus bunuh diri dilaporkan sebanyak 826 kasus pada tahun 2022, di mana jumlah ini meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya.
“Prevelensi gangguan jiwa berat, dalam hal ini adalah skizofrenia mencapai 0,18% yaitu sekitar 495 ribu orang. Nah dari data tadi ya ada masalah lain, yaitu semakin tingginya kesenjangan pengobatan," beber Lucia.
"WHO sendiri mengatakan pada negara-negara berpendapatan kecil menengah itu 75% penduduk tidak mendapat terapi. Di Indonesia itu, penderita skizofrenia sebanyak 51% itu tidak rutin berobat. Padahal kita ketahui, skizofrenia ini penyakit kronis yang pengobatannya jangka panjang,” terang Lucia.
.jpg)
(Pikiran bunuh diri (suicidal thoughts) tidak jauh dari kita—ia ada di tengah masyarakat, keluarga, sahabat, bahkan di tempat kerja. Dan, Kemenkes menegaskan bahwa dengan mengubah narasi tentang bunuh diri, banyak jiwa yang dapat terselamatkan. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Untuk memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri atau World Suicide Prevention Day yang diperingati setiap 10 September, pada Selasa, 10 September 22024, Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, yang berada di bawah Kementerian Kesehatan (Kemenkes), menyelenggarakan webinar tentang tantangan dan prioritas pencegahan bunuh diri di Indonesia.
Secara global, tema peringatan Hari Pencegahan Bunuh Diri tahun ini adalah “Changing the Narrative on Suicide – Mengubah Narasi tentang Bunuh Diri.”
Pikiran bunuh diri (suicidal thoughts) tidak jauh dari kita—ia ada di tengah masyarakat, keluarga, sahabat, bahkan di tempat kerja. Setiap tahun, lebih dari 700.000 orang kehilangan nyawa akibat bunuh diri di seluruh dunia.
Kenyataan yang memilukan ini mengingatkan bahwa setiap orang dapat berperan dalam mencegah tragedi bunuh diri. Kemenkes berkomitmen menghapus stigma terkait gangguan jiwa dan membangun masyarakat yang peduli, di mana setiap individu merasa didengar dan diterima.
“Bunuh diri dan gangguan jiwa bukanlah sesuatu yang jauh dari kita. Gangguan jiwa itu nyata; tidak ada yang kebal dari gangguan jiwa. Kita tidak pernah tahu siapa di antara kita yang mungkin sedang berjuang dalam keheningan,” ungkap Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dengan penuh rasa empati.
“Saya ingin kita semua bertanya: Jika Anda, atau orang yang Anda cintai merasa putus asa, bagaimana Anda ingin orang-orang di sekitar Anda merespons? Mari kita wujudkan dunia di mana semua orang merasa ada harapan dan dukungan, sebelum semuanya terlambat.”
Kemenkes menegaskan bahwa dengan mengubah narasi tentang bunuh diri, banyak jiwa yang dapat terselamatkan.
Kemenkes mendorong setiap orang untuk berani memulai percakapan mengenai kesehatan jiwa, baik di rumah, sekolah, tempat ibadah, maupun di tempat kerja. Dengan membangun komunitas yang suportif, setiap orang turut berperan dalam membangun dunia di mana hidup selalu layak diperjuangkan.
Menutup pidatonya, Menteri Kesehatan berpesan, “It’s okay not to be okay, and to reach out for help.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Data Kemenkes pada tahun 2018 menyebutkan, setidaknya 1 dari 16 orang berusia 15 ke atas terdiagnosa mengalami depresi. Jika kondisi ini terus menerus dibiarkan, maka dikhawatirkan akan menimbulkan masalah kesehatan mental yang jauh lebih berbahaya dalam skala besar.
Sayangnya, kesadaran tersebut masih perlu didorong untuk memberi pemahaman bahwa setiap orang berhak mendapatkan penanganan psikologis.
“Dalam undang-undang kita yang baru, UU No. 17 Tahun 2023 itu sudah dimaknai bahwa kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan. Dan upaya untuk mencapai kesehatan jiwa yang optimal harus dilakukan secara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, baik oleh Pemerintah, Pemda, maupun masyarakat," ucap Lucia, dari Kementerian Kesehatan RI dalam acara Launching Course bertajuk 'Literasi Kesehatan Mental & Pertolongan Pertama Psikologis, dan Ketahanan Keluarga' pada Senin, 10 Oktober 2023 silam.
"Kita akan menghadapi bonus demografi tahun 2035, dan 70% total penduduk itu merupakan penduduk bekerja. Tentunya, diharapkan masyarakat di sini adalah masyarakat yang produktif, di mana salah satu upaya untuk produktif adalah dengan menjaga kesehatan jiwa,” tambah Lucia lagi.
Kasus bunuh diri dilaporkan sebanyak 826 kasus pada tahun 2022, di mana jumlah ini meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya.
“Prevelensi gangguan jiwa berat, dalam hal ini adalah skizofrenia mencapai 0,18% yaitu sekitar 495 ribu orang. Nah dari data tadi ya ada masalah lain, yaitu semakin tingginya kesenjangan pengobatan," beber Lucia.
"WHO sendiri mengatakan pada negara-negara berpendapatan kecil menengah itu 75% penduduk tidak mendapat terapi. Di Indonesia itu, penderita skizofrenia sebanyak 51% itu tidak rutin berobat. Padahal kita ketahui, skizofrenia ini penyakit kronis yang pengobatannya jangka panjang,” terang Lucia.
.jpg)
(Pikiran bunuh diri (suicidal thoughts) tidak jauh dari kita—ia ada di tengah masyarakat, keluarga, sahabat, bahkan di tempat kerja. Dan, Kemenkes menegaskan bahwa dengan mengubah narasi tentang bunuh diri, banyak jiwa yang dapat terselamatkan. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Mengubah narasi tentang bunuh diri
Untuk memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri atau World Suicide Prevention Day yang diperingati setiap 10 September, pada Selasa, 10 September 22024, Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, yang berada di bawah Kementerian Kesehatan (Kemenkes), menyelenggarakan webinar tentang tantangan dan prioritas pencegahan bunuh diri di Indonesia.
Secara global, tema peringatan Hari Pencegahan Bunuh Diri tahun ini adalah “Changing the Narrative on Suicide – Mengubah Narasi tentang Bunuh Diri.”
Pikiran bunuh diri (suicidal thoughts) tidak jauh dari kita—ia ada di tengah masyarakat, keluarga, sahabat, bahkan di tempat kerja. Setiap tahun, lebih dari 700.000 orang kehilangan nyawa akibat bunuh diri di seluruh dunia.
Kenyataan yang memilukan ini mengingatkan bahwa setiap orang dapat berperan dalam mencegah tragedi bunuh diri. Kemenkes berkomitmen menghapus stigma terkait gangguan jiwa dan membangun masyarakat yang peduli, di mana setiap individu merasa didengar dan diterima.
“Bunuh diri dan gangguan jiwa bukanlah sesuatu yang jauh dari kita. Gangguan jiwa itu nyata; tidak ada yang kebal dari gangguan jiwa. Kita tidak pernah tahu siapa di antara kita yang mungkin sedang berjuang dalam keheningan,” ungkap Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dengan penuh rasa empati.
“Saya ingin kita semua bertanya: Jika Anda, atau orang yang Anda cintai merasa putus asa, bagaimana Anda ingin orang-orang di sekitar Anda merespons? Mari kita wujudkan dunia di mana semua orang merasa ada harapan dan dukungan, sebelum semuanya terlambat.”
Kemenkes menegaskan bahwa dengan mengubah narasi tentang bunuh diri, banyak jiwa yang dapat terselamatkan.
Kemenkes mendorong setiap orang untuk berani memulai percakapan mengenai kesehatan jiwa, baik di rumah, sekolah, tempat ibadah, maupun di tempat kerja. Dengan membangun komunitas yang suportif, setiap orang turut berperan dalam membangun dunia di mana hidup selalu layak diperjuangkan.
Menutup pidatonya, Menteri Kesehatan berpesan, “It’s okay not to be okay, and to reach out for help.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)