Jakarta: Migrain adalah nyeri yang berdenyut di satu sisi kepala atau dua sisi kepala. Banyak yang bilang bahwa sakit ini muncul karena stres. Apakah betul?
Dikutip dari Healthline, American Headache Society menuliskan bahwa sekitar 4 dari 5 orang dengan migrain melaporkan stres sebagai pemicunya.
Penyebab sebenarnya migrain belum diketahui, para peneliti percaya bahwa hal itu mungkin disebabkan oleh perubahan kadar bahan kimia tertentu di otak, seperti serotonin. Serotonin membantu mengatur rasa sakit.
Sebuah studi tahun 2014 menemukan bahwa orang dengan migrain yang mengalami pengurangan stres dari satu hari ke hari berikutnya secara signifikan lebih mungkin mengalami migrain keesokan harinya.
Para peneliti percaya bahwa relaksasi setelah stres tingkat tinggi adalah pemicu migrain yang lebih signifikan daripada stres itu sendiri. Ini disebut sebagai efek "let-down".
Kamu mungkin akan melihat gejala stres terlebih dahulu sebelum gejala migrain. Gejala umum stres meliputi:
Sakit perut, ketegangan otot, lekas marah, merasa kelelahan, sakit dada, detak jantung cepat, kesedihan dan depresi, kurangnya dorongan seks.
Sementara gejala migrain bisa dimulai satu atau dua hari sebelum migrain yang muncul. Ini disebut tahap prodrome. Gejala tahap ini mungkin termasuk kelelahan, mengidam makanan, perubahan mood, leher kaku, termasuk sembelit, dan sering menguap.
Migrain juga menyebabkan gangguan penglihatan dan masalah lain. Mereka yang migrain terkadang melihat kilatan cahaya, titik terang, atau bentuk, merasa kesemutan di wajah, lengan, atau kaki, kesulitan berbicara, dan kehilangan penglihatan sementara.
Ada beberapa hal yang dapat kamu lakukan untuk menurunkan risiko migrain akibat stres seperti:
- Gabungkan latihan relaksasi ke dalam rutinitas harian kamu seperti yoga dan meditasi
- Beristirahatlah di ruangan gelap saat kam merasakan migrain datang
- Tidur yang cukup. Ini dapat dicapai dengan menjaga waktu tidur yang konsisten setiap malam
- Cobalah terapi pijat. Ini dapat membantu mencegah migrain, mengurangi kadar kortisol, dan mengurangi kecemasan, menurut sebuah studi tahun 2006
- Berolahragalah lebih banyak. Ini dapat menurunkan tingkat stres dan dapat membantu mencegah migrain yang mereda setelah periode stres
- Jika kamu mengalami kesulitan mengatasi stres dan menemukan bahwa stres adalah pemicu migrain, bicarakan dengan dokter kamu. Mereka dapat merekomendasikan cara-cara untuk mengatasi stres.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Dikutip dari Healthline, American Headache Society menuliskan bahwa sekitar 4 dari 5 orang dengan migrain melaporkan stres sebagai pemicunya.
Penyebab sebenarnya migrain belum diketahui, para peneliti percaya bahwa hal itu mungkin disebabkan oleh perubahan kadar bahan kimia tertentu di otak, seperti serotonin. Serotonin membantu mengatur rasa sakit.
Sebuah studi tahun 2014 menemukan bahwa orang dengan migrain yang mengalami pengurangan stres dari satu hari ke hari berikutnya secara signifikan lebih mungkin mengalami migrain keesokan harinya.
Para peneliti percaya bahwa relaksasi setelah stres tingkat tinggi adalah pemicu migrain yang lebih signifikan daripada stres itu sendiri. Ini disebut sebagai efek "let-down".
Gejala stres dan migrain
Kamu mungkin akan melihat gejala stres terlebih dahulu sebelum gejala migrain. Gejala umum stres meliputi:
Sakit perut, ketegangan otot, lekas marah, merasa kelelahan, sakit dada, detak jantung cepat, kesedihan dan depresi, kurangnya dorongan seks.
Sementara gejala migrain bisa dimulai satu atau dua hari sebelum migrain yang muncul. Ini disebut tahap prodrome. Gejala tahap ini mungkin termasuk kelelahan, mengidam makanan, perubahan mood, leher kaku, termasuk sembelit, dan sering menguap.
Migrain juga menyebabkan gangguan penglihatan dan masalah lain. Mereka yang migrain terkadang melihat kilatan cahaya, titik terang, atau bentuk, merasa kesemutan di wajah, lengan, atau kaki, kesulitan berbicara, dan kehilangan penglihatan sementara.
Cara untuk mengurangi rasa sakit migrain
Ada beberapa hal yang dapat kamu lakukan untuk menurunkan risiko migrain akibat stres seperti:
- Gabungkan latihan relaksasi ke dalam rutinitas harian kamu seperti yoga dan meditasi
- Beristirahatlah di ruangan gelap saat kam merasakan migrain datang
- Tidur yang cukup. Ini dapat dicapai dengan menjaga waktu tidur yang konsisten setiap malam
- Cobalah terapi pijat. Ini dapat membantu mencegah migrain, mengurangi kadar kortisol, dan mengurangi kecemasan, menurut sebuah studi tahun 2006
- Berolahragalah lebih banyak. Ini dapat menurunkan tingkat stres dan dapat membantu mencegah migrain yang mereda setelah periode stres
- Jika kamu mengalami kesulitan mengatasi stres dan menemukan bahwa stres adalah pemicu migrain, bicarakan dengan dokter kamu. Mereka dapat merekomendasikan cara-cara untuk mengatasi stres.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)