FITNESS & HEALTH

Gen Z Merupakan Pekerja 'Bermasalah', Benarkah?

Mia Vale
Minggu 05 November 2023 / 17:00
Jakarta: Perilaku kerja pekerja Gen Z menjadi topik yang banyak diperdebatkan. Lanskap tempat kerja terus berkembang seiring dengan kedatangan generasi baru. Gen Z, lahir kira-kira antara pertengahan tahun 1990-an dan awal tahun 2010-an, merupakan generasi terbaru yang memasuki dunia kerja.

Namun, pendapat mengenai perilaku kerja mereka berbeda-beda. Dan beberapa orang berpendapat bahwa mereka adalah pekerja bermasalah. Jadi, yuk kita jelajahi beberapa poin melalui penelitian untuk menjawab pertanyaan yang banyak diperdebatkan ini.
 

Pekerja Gen Z kurang motivasi


Dalam survei yang dilakukan oleh ResumeBuilder, secara mengejutkan menurut Times of India, sebanyak 74 persen manajer dan pemimpin bisnis melaporkan bahwa mereka menganggap Gen Z lebih menantang untuk diajak bekerja sama dibandingkan generasi lainnya. 

Banyak yang menyebut perasaan berhak dan kurangnya usaha, motivasi, dan produktivitas sebagai kekhawatiran utama, yang sering kali berujung pada pemberhentian karyawan Gen Z. Kekhawatiran inilah yang menyita perhatian dan menimbulkan pertanyaan mengenai etos kerja generasi ini.
 

Kesehatan mental di kalangan Gen Z


Menurut survei yang dilakukan oleh McKinsey & Company, Gen Z melaporkan sendiri adanya tingkat kesulitan kesehatan mental yang sangat tinggi. Yang mengejutkan lagi, 55 persen dari anak berusia 18 - 24 tahun menyatakan bahwa mereka telah menerima diagnosis dan/atau pengobatan untuk penyakit mental. Wawasan ini menyoroti tantangan yang dihadapi Gen Z dan potensi dampaknya terhadap kinerja mereka.
 

Keterampilan dan perilaku kerja 



(Generasi Z adalah penduduk yang lahir tahun 1997-2012. Laman Educastudio menyebut bahwa anak-anak gen z bisa mengalami gangguan kesehatan mental, misalnya mudah cemas, sulit untuk beradaptasi. Hal ini biasanya terjadi karena kurangnya kontrol dan pengawasan dari orang tua dalam hal penggunaan teknologi. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)

Survei ResumeBuilder yang sama mengungkapkan bahwa 49 persen pemimpin dan manajer bisnis merasa kesulitan bekerja dengan Gen Z sepanjang atau hampir sepanjang waktu. Alasan utama yang diberikan atas kesulitan ini mencakup kurangnya keterampilan teknologi, upaya, dan motivasi. 

Selain itu, 65 persen responden menyatakan bahwa mereka harus memecat karyawan Gen Z lebih sering dibandingkan generasi lainnya, dan beberapa di antaranya diberhentikan dalam minggu pertama masa kerja mereka. Mudah tersinggung juga disebutkan sebagai alasan utama pelepasan Gen Z.
 

Memiliki pola produktivitas unik 


Pendekatan generasi Z dalam bekerja berbeda dengan generasi sebelumnya. Menurut survei yang dilakukan Adobe, sebagian besar pekerja Gen Z melaporkan bahwa mereka paling produktif antara pukul enam sore dan pukul tiga pagi, tidak seperti generasi lainnya. 

Selain itu, lebih dari separuh pekerja Generasi Z dan Milenial menyatakan niat mereka untuk mencari pekerjaan baru pada tahun berikutnya. Hal ini menyoroti keinginan mereka untuk perubahan dan kondisi kerja yang lebih baik. Boleh dibilang Gen Z tidak bisa bertahan lama untuk satu pekerjaan.
 

Pertimbangan etis dan keseimbangan kerja


Survei Deloitte mengungkapkan bahwa 37 persen Gen Z, meskipun relatif baru dalam dunia kerja, telah menolak tawaran pekerjaan atau penugasan berdasarkan etika pribadi. Pekerjaan merupakan hal yang penting dalam identitas 49 persen Gen Z dan 62 persen generasi Milenial. 

Namun keseimbangan pekerjaan/kehidupan adalah pertimbangan utama ketika memilih perusahaan.

Banyak pekerja Generasi Z mengungkapkan kekhawatiran mereka mengenai hidup dari gaji ke gaji dan ketakutan bahwa ketidakpastian ekonomi akan menghambat kemampuan mereka untuk meminta kenaikan gaji, fleksibilitas, atau mencari peluang kerja baru.

Sebagian besar Generasi Z dan Milenial mengaku merasa stres atau cemas di tempat kerja hampir sepanjang waktu.
 

Bermasalah atau dinamis?


Pertanyaan apakah Gen Z merupakan pekerja bermasalah adalah pertanyaan yang rumit dan memiliki banyak sudut pandang. Meskipun ada kekhawatiran mengenai etos kerja, motivasi, dan keterampilan teknologi mereka, penting untuk mempertimbangkan tantangan unik yang mereka hadapi, termasuk permasalahan kesehatan mental.

Pendekatan Gen Z yang berbeda terhadap pekerjaan dan penekanan mereka pada pertimbangan etis serta keseimbangan kerja/kehidupan juga harus diakui. Dinamika tempat kerja yang terus berkembang memerlukan pemahaman yang berbeda dari generasi ini untuk menyediakan lingkungan kerja yang lebih produktif dan harmonis.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)

MOST SEARCH