FITNESS & HEALTH

Ahli Toksikologi Ungkap Sejumlah Fakta soal Nikotin

Medcom
Minggu 24 Juli 2022 / 13:00
Jakarta: Ahli Toksikologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Shoim Hidayat memaparkan sejumlah fakta mengenai nikotin. Menurut Shoim, ada banyak pro dan kontra yang menyelimuti anggapan terhadap senyawa kimia alami ini.

Ada pembahasan penting jika bicara mengenai nikotin. Yang pertama, Shoim menyebut nikotin bukan karsinogen. Dia merujuk pada penelitian dari Lembaga Riset Kanker Internasional atau The International Agency for Research on Cancer (IARC) yang menyebutkan bahwa nikotin tidak terbukti sebagai zat karsinogen atau zat yang dapat menyebabkan penyakit kanker.

"Lantas mengapa rokok sering kali dianggap sebagai salah satu produk olahan tembakau yang berpotensi menyebabkan kanker? Jawabannya adalah karena untuk mengonsumsinya, rokok perlu dibakar dan menghasilkan asap," kata Shoim Hidayat.

"Asap ini diperkirakan mengandung sekitar 5 ribu senyawa di mana beberapa di antaranya bersifat toksik hingga dapat memicu timbulnya kanker. WHO mencatat ada 9 bahan toksik dalam rokok yang disebut senyawa berbahaya dan berpotensi berbahaya," lanjutnya.

Menurut Shoim, nikotin bisa diperoleh dengan cara merokok. Namun, belakangan ini, beragam alat konsumsi nikotin terus berkembang. Sebut saja produk tembakau alternatif seperti produk tembakau dipanaskan, rokok elektrik, dan juga kantong nikotin.

"Dikarenakan tidak melalui proses pembakaran dan tidak menghasilkan asap, produk-produk alternatif ini memiliki risiko yang jauh lebih rendah daripada rokok. Jadi, bagi perokok dewasa yang kesulitan untuk berhenti, bisa beralih ke produk yang memiliki profil risiko yang lebih rendah ini," katanya.

Dari aspek toksikologi, lanjut Shoim, risiko seseorang terkena penyakit oleh paparan kimia sebanding dengan dosis paparannya. Jadi semakin tinggi dosis paparannya, semakin besar pula risiko yang mengintai.

"Secara umum, zat kimia dalam asap rokok dipilah menjadi tiga yaitu: partikulat, air, dan nikotin. Berat total partikulat dikurang dengan berat air dan berat nikotin disebut sebagai TAR. Di dalam TAR inilah zat-zat kimia yang disebut HPHC berada," paparnya.

Shoim melanjutkan, seiring dengan perkembangan inovasi dan teknologi terbaru, hadir berbagai produk tembakau alternatif yang berhasil mengeliminasi proses pembakaran bersuhu tinggi melalui lewat teknik pemanasan dengan suhu yang tidak melebihi 350 derajat Celsius, sehingga tidak lagi menghasilkan TAR.

"Mengonsumsi nikotin sebenarnya punya beberapa manfaat, seperti menimbulkan perasaan tenang, membantu fokus berpikir, bahkan menurunkan ambang nyeri. Namun, perlu diingat bahwa manfaat ini hanya bisa diperoleh jika konsumsinya tidak berlebihan. Nikotin akan bersifat adiktif dan menimbulkan sejumlah gejala seperti mual, muntah, pusing, keringat dingin, tremor dan lain-lain," jelasnya.






 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)

MOST SEARCH