FITNESS & HEALTH

Ruben Onsu Idap Empty Sella Syndrome, Waspadai Gejalanya!

Mia Vale
Minggu 26 Mei 2024 / 08:05
Jakarta: Seperti dikabarkan di media-media, Ruben Onsu sempat dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans, saat dirinya ada pekerjaan di Majalengka. Pihak tenaga medis pun bertindak sigap dalam menangani suami dari Sarwendah ini. 

Dan setelah dirawat beberapa hari di rumah sakit di Jakarta, Ruben pun semakin membaik kondisinya. Ia pun mengatakan kalau dirinya mengidap penyakit empty sella syndrome yang langka.

Ya, sebenarnya penyakit yang diidap Ruben sudah pernah ia akui saat dirinya sempat dirawat secara insentif di rumah sakit pada awal Juni 2022 silam. 

"Kemarin itu aku sudah MRI. Jadi, ada bercak-bercak putih di bagian otak, A. Dan yang kedua juga ada Empty Sella Syndrome," begitu keterangan Ruben kepada Raffi Ahmad dalam sebuah program di televisi nasional, masih di tahun 2022. 

Nah, untuk mengingat apa sih sebenarnya penyakit yang diidap Ruben ini, yuk, baca rangkuman yang telah dikutip dari Cleveland Clininc mengenai empty sella syndrome ini.
 

Mengenal empty sella syndrome (ESS)


Boleh dibilang Empty Sella Syndrome (ESS) yang diidap oleh ruben adalah salah satu penyakit langka. ESS merupakan kondisi saat sella tursika membesar. Sella tursika sendiri adalah struktur tulang di mana kelenjar pituitari berada. 

Dan sella tursika terletak pada dasar otak. Mereka yang mengalami empty sella syndrome saat dilakukan rekam kepala, kelenjar puitari awalnya akan terlihat seperti hilang.

Padahal, kalau merunut dari WebMD, kelenjar tersebut bukan hilang, melainkan pada sebagian kecil orang cairan tulang belakang bisa bocor ke dalam sella tursika. Penumpukan cairan tulang belakang ini menekan kelenjar pituitary sehingga sepertinya sella tursika kosong. 

Bila ini terjadi, orang yang mengalaminya disebut dengan empty sella syndrome primer. Kondisi lain empty sella syndrome muncul karena kelenjar pituitari berukuran terlalu kecil akibat efek dari operasi, radiasi, tumor, maupun cedera kepala serius. Jika ini terjadi, maka disebut dengan empty sella syndrome sekunder.

Kondisi empty sella syndrome sebenarnya jarang terjadi dan tak memengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Namun biasanya kondisi ini ditemukan pada seseorang saat dokter tengah mencari penyebab masalah yang lain.

Dan orang dengan empty sella syndrome dapat mengalami ketidakseimbangan hormon, perubahan penglihatan, dan sering sakit kepala.
 

Berbahayakah dan siapa yang berisiko?


Empty sella syndrome (ESS) pada dasarnya tidak mengancam jiwa. Penyakit ini dapat diobati dengan obat hormon dan terkadang pembedahan. Munculnya sella kosong pada pemindaian pencitraan otak seseorang juga tidak mengancam jiwa.

Meskipun jarang terjadi, anak-anak dan orang dewasa dapat mengembangkan ESS. Perempuan dikatakan oleh Cleveland Clinic, empat kali lebih mungkin menderita empty sella primer (PES) dibandingkan laki-laki.

Dan ini paling sering terjadi antara usia 30 dan 40 tahun. Kadang-kadang berkembang lebih awal pada perempuan dibandingkan laki-laki.


(Dalam Cleveland Clinic disebutkan bahwa penyakit Empty Sella Syndrome merupakan sebuah kondisi langka yang membuat kelenjar pituitari menjadi rata atau menyusut. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
 

Gejala empty sella syndrome (ESS)


Gejala paling umum yang berpotensi pada penyakit ini adalah sakit kepala kronis. Namun, para peneliti belum mengetahui secara pasti apakah sakit kepala terjadi karena ESS atau hanya kebetulan. Banyak penderita ESS memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi), yang dapat menyebabkan sakit kepala jika parah. 

ESS biasanya menyebabkan ketidakseimbangan hormon akibat kerusakan kelenjar pituitari. Orang dengan ESS mungkin memiliki gejala berbeda tergantung pada hormon mana yang terpengaruh.

Jika kamu memiliki ESS, kamu mungkin memiliki salah satu dari yang berikut ini.
 
  • - Pada wanita, keluarnya cairan dari puting tidak teratur (galaktorea)
  • - Sakit kepala
  • - Tekanan darah tinggi
  • - Menstruasi tidak teratur (menstruasi) atau tidak menstruasi (amenore)
  • - Disfungsi ereksi pada pria (impotensi)
  • - Infertilitas
  • - Berkurang atau tidak ada keinginan untuk berhubungan seks (libido rendah)
  • - Kelelahan

Dalam kasus yang jarang terjadi, beberapa orang dengan empty sella syndrome memiliki gejala berikut:

- Peningkatan tekanan di dalam tengkorak  (tekanan intrakranial jinak)
- Kebocoran cairan serebrospinal dari hidung (rinorea serebrospinal)
- Pembengkakan pada mata
- Perubahan penglihatan, seperti hilangnya kejernihan penglihatan

Namun faktanya kebanyakan orang yang menderita empty sella tidak menunjukkan gejala dan tidak pernah menunjukkan gejala.
 

Pengobatan yang bisa dilakukan


Walaupun misal, dokter menyatakan kamu mengidap empty sella syndrome tapi kelenjar pituitari kamu berfungsi dengan baik, maka tidak memerlukan pengobatan. 

Namun, jika kelenjar pituitari kamu tidak berfungsi dengan baik karena empty sella syndrome (ESS), pengobatan biasanya melibatkan pengobatan yang mengatasi kadar hormon abnormal, bergantung pada hormon mana yang terpengaruh. Atau, dokter juga bisa melakukan operasi jika empty sella syndrome sampai menyebabkan cairan otak merembes ke hidung.
 

Pencegahan empty sella syndrome


Empty sella syndrome primer tidak bisa dicegah, karena penyebabnya belum diketahui. Sementara empty sella syndrome sekunder bisa dicegah dengan melakukan beberapa upaya berikut;

- Berhati-hati dan memakai alat pengaman saat berkendara, seperti helm atau sabuk pengaman
- Mengenakan APD yang tepat, terutama bila bekerja di konstruksi bangunan
- Memasang pegangan di kamar mandi untuk mengurangi risiko terpeleset
- Menghindari paparan zat kimia berbahaya
- Tidak merokok
- Menjalani skrining genetik bagi yang memiliki riwayat tumor atau kanker otak, untuk mencegah tumor otak yang berujung pada empty sella syndrome

Walaupun empty sella syndrome tidak terlalu mengganggu dan tidak mengancam jiwa, sebaiknya segera periksa ke dokter bila mengalami beberapa gejala seperti yang yelah disebutkan di atas. Semakin cepat mendapat diagnosis yang tepat maka semakin celat pula dilakukan perawatan yang sesuai.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH