FITNESS & HEALTH
Kemenkes Luncurkan Peta Jalan Upaya Kesehatan Penglihatan Indonesia 2025 – 2030
Medcom
Sabtu 12 Oktober 2024 / 11:26
Jakarta: Dalam rangka peringatan Hari Penglihatan Sedunia 2024, Kementerian Kesehatan bersama dengan para pemangku kepentingan menyelenggarakan acara diseminasi dan peluncuran Peta Jalan Upaya Kesehatan Penglihatan 2025-2030.
Peta jalan ini merupakan revisi dari Peta Jalan Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan 2017–2030, dengan beberapa penyesuaian mengikuti perubahan target indikator global dan regional, serta transformasi sistem kesehatan di Indonesia.
Peta jalan ini akan menjadi panduan bagi upaya penanganan masalah kesehatan mata di Indonesia, dengan salah satu fokus utama adalah Retinopati Diabetika (RD). RD merupakan salah satu komplikasi diabetes yang paling sering dijumpai dan penyebab gangguan penglihatan utama di dunia.
Baca juga: Mengenal Ambliopia pada Mata Anak, dan Tahapan Usia Skrining
Saat ini, RD merupakan masalah kesehatan mata prioritas di Indonesia karena mengakibatkan berbagai beban, yaitu beban penyakit, sosial, dan pembiayaan, seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penderita diabetes. Penyelesaian permasalahan RD di Indonesia memerlukan pendekatan berbagai dimensi dengan berbagai area kepakaran.
Sejalan dengan hal tersebut, di dalam Peta Jalan ini telah di formulasikan target capaian untuk RD di Indonesia serta beberapa strategi, intervensi dan rencana operasional yang mencakup berbagai pilar sistem kesehatan.
"Kolaborasi pentahelix akan sangat diperlukan dalam mengatasi permasalahan kesehatan mata pada diabetes untuk dapat menggerakkan semua dimensi. Oleh karena itu, suatu bentuk konsorsium yang mempertemukan berbagai elemen mulai dari para ahli, pemangku kebijakan pusat dan daerah, peneliti, pelaksana sektor kesehatan publik dan swasta, serta masyarakat, memiliki peran sangat penting dalam mengoptimalkan kesehatan mata pada diabetes di Indonesia,” kata Prof. dr. Muhammad Bayu Sasongko, Sp.M(K), M.Epi, PhD.
“Dengan semangat gotong royong, kita perlu bekerja sama untuk menjaga kesehatan penglihatan dan meningkatkan kualitas hidup jutaan penderita diabetes di Indonesia," sambung Guru Besar dan Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada.
Konsorsium kesehatan mata diabetes ini akan menjadi suatu inisiatif dan juga bentuk komitmen untuk mengintegrasikan kegiatan promotif, preventif, skrining, deteksi dini, dan tatalaksana penyakit mata diabetes ke dalam strategi kesehatan nasional yang ditujukan untuk menurunkan beban gangguan penglihatan akibat diabetes yang terus meningkat di Indonesia.
Penyakit Mata Diabetik: Permasalahan Kesehatan Masyarakat di Indonesia Berbicara kepada media Prof. Bayu Sasongko menjelaskan, RD adalah salah satu bentuk komplikasi diabetes, di mana kadar gula yang tinggi pada akhirnya mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah retina mata, terutama di jaringan-jaringan yang sensitif terhadap cahaya.
Kondisi ini dapat diderita oleh siapapun yang menderita diabetes tipe 1 maupun 2, terutama mereka yang gula darahnya tidak terkontrol dan telah menderita diabetes dalam jangka waktu yang lama.
Pada awalnya, RD seringkali hanya menunjukkan gejala ringan, atau bahkan tidak menimbulkan gejala sama sekali. Namun apabila tidak ditangani, RD dapat menyebabkan kebutaan.
Oleh karena itu, penderita diabetes selalu disarankan untuk melakukan pemeriksaan mata rutin setidaknya satu kali dalam setahun meskipun tidak merasakan keluhan apapun pada mata. Di Indonesia, RD menjadi sebuah permasalahan kesehatan masyarakat yang sangat penting, karena berdampak tidak hanya pada kualitas manajemen diabetes namun juga kualitas hidup, produktivitas kerja, dan meningkatnya beban layanan kesehatan secara keseluruhan.
Meskipun telah banyak kemajuan dalam hal skrining, diagnosis, dan pengobatan, 75% penderita diabetes masih belum mendapatkan skrining yang dibutuhkan untuk gangguan penglihatan akibat diabetes.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Peta jalan ini merupakan revisi dari Peta Jalan Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan 2017–2030, dengan beberapa penyesuaian mengikuti perubahan target indikator global dan regional, serta transformasi sistem kesehatan di Indonesia.
Peta jalan ini akan menjadi panduan bagi upaya penanganan masalah kesehatan mata di Indonesia, dengan salah satu fokus utama adalah Retinopati Diabetika (RD). RD merupakan salah satu komplikasi diabetes yang paling sering dijumpai dan penyebab gangguan penglihatan utama di dunia.
Baca juga: Mengenal Ambliopia pada Mata Anak, dan Tahapan Usia Skrining
Saat ini, RD merupakan masalah kesehatan mata prioritas di Indonesia karena mengakibatkan berbagai beban, yaitu beban penyakit, sosial, dan pembiayaan, seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penderita diabetes. Penyelesaian permasalahan RD di Indonesia memerlukan pendekatan berbagai dimensi dengan berbagai area kepakaran.
Sejalan dengan hal tersebut, di dalam Peta Jalan ini telah di formulasikan target capaian untuk RD di Indonesia serta beberapa strategi, intervensi dan rencana operasional yang mencakup berbagai pilar sistem kesehatan.
"Kolaborasi pentahelix akan sangat diperlukan dalam mengatasi permasalahan kesehatan mata pada diabetes untuk dapat menggerakkan semua dimensi. Oleh karena itu, suatu bentuk konsorsium yang mempertemukan berbagai elemen mulai dari para ahli, pemangku kebijakan pusat dan daerah, peneliti, pelaksana sektor kesehatan publik dan swasta, serta masyarakat, memiliki peran sangat penting dalam mengoptimalkan kesehatan mata pada diabetes di Indonesia,” kata Prof. dr. Muhammad Bayu Sasongko, Sp.M(K), M.Epi, PhD.
“Dengan semangat gotong royong, kita perlu bekerja sama untuk menjaga kesehatan penglihatan dan meningkatkan kualitas hidup jutaan penderita diabetes di Indonesia," sambung Guru Besar dan Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada.
Konsorsium kesehatan mata diabetes ini akan menjadi suatu inisiatif dan juga bentuk komitmen untuk mengintegrasikan kegiatan promotif, preventif, skrining, deteksi dini, dan tatalaksana penyakit mata diabetes ke dalam strategi kesehatan nasional yang ditujukan untuk menurunkan beban gangguan penglihatan akibat diabetes yang terus meningkat di Indonesia.
Penyakit Mata Diabetik: Permasalahan Kesehatan Masyarakat di Indonesia Berbicara kepada media Prof. Bayu Sasongko menjelaskan, RD adalah salah satu bentuk komplikasi diabetes, di mana kadar gula yang tinggi pada akhirnya mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah retina mata, terutama di jaringan-jaringan yang sensitif terhadap cahaya.
Kondisi ini dapat diderita oleh siapapun yang menderita diabetes tipe 1 maupun 2, terutama mereka yang gula darahnya tidak terkontrol dan telah menderita diabetes dalam jangka waktu yang lama.
Pada awalnya, RD seringkali hanya menunjukkan gejala ringan, atau bahkan tidak menimbulkan gejala sama sekali. Namun apabila tidak ditangani, RD dapat menyebabkan kebutaan.
Oleh karena itu, penderita diabetes selalu disarankan untuk melakukan pemeriksaan mata rutin setidaknya satu kali dalam setahun meskipun tidak merasakan keluhan apapun pada mata. Di Indonesia, RD menjadi sebuah permasalahan kesehatan masyarakat yang sangat penting, karena berdampak tidak hanya pada kualitas manajemen diabetes namun juga kualitas hidup, produktivitas kerja, dan meningkatnya beban layanan kesehatan secara keseluruhan.
Meskipun telah banyak kemajuan dalam hal skrining, diagnosis, dan pengobatan, 75% penderita diabetes masih belum mendapatkan skrining yang dibutuhkan untuk gangguan penglihatan akibat diabetes.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)