FITNESS & HEALTH

Efek yang Ditimbulkan dari Penggunaan Antibiotik yang Tidak Sesuai

Raka Lestari
Jumat 11 Juni 2021 / 16:09
Jakarta: Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan rekomendasi dokter merupakan salah satu penyumbang terbesar angka Resistensi Antimikroba (AMR) di dunia kesehatan.

Berdasarkan data WHO, penggunaan antibiotik meningkat 91% secara global dan meningkat 165% di negara-negara berkembang pada periode 2000 –2015. Sehingga menjadikan AMR salah satu dari sepuluh ancaman kesehatan global yang paling berbahaya di dunia.

“Masih perlu upaya bersama untuk mengendalikan penggunaan antibiotik. Budaya menggunakan antibiotik yang bijak perlu ditunjang sistem promosi dan edukasi yang berkelanjutan," ujar Dr. dr. Erwin Astha Triyono, Sp.PD, K-PTI, Dokter Spesialis Penyakit Dalam,   Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi RSUD Dr. Soetomo, dalalm acara Virtual Media Briefing AMR.

Menurut dr. Erwin, budaya menggunakan antibiotik yang bijak perlu ditunjang sistem promosi  dan edukasi yang berkelanjutan. Jumlah tenaga ahli mikrobiologi atau patologi klinik perlu ditambah dan didistribusi secara merata di seluruh wilayah Indonesia.  

"Kelengkapan  alat-alat mikrobiologi dan standarisasi nasional serta keteraturan melakukan update pola resistensi kuman sangat diperlukan. Revisi tata laksana penggunaan antibiotik juga perlu dilakukan secara berkala," ujar dr. Erwin.

Dari sisi masyarakat, masih terdapat persepsi bahwa setiap penyakit harus menggunakan obat atau antibiotik. Padahal banyak penyakit infeksi khususnya yang disebabkan oleh virus  sebenarnya bersifat self-limiting disease. Sehingga lebih banyak memerlukan istirahat dan nutrisi yang baik.  

Banyak pasien berusaha mengobati penyakitnya sendiri dan bahkan membeli obat termasuk antibiotik di  apotek dan setelah penyakitnya memburuk, baru berkonsultasi ke dokter atau layanan kesehatan.  

"Hal ini yang sering menyebabkan kuman menjadi resisten dan menimbulkan beban biaya menjadi lebih besar. Masyarakat perlu menggunakan antibiotik secara bijak, rasional dan  tuntas supaya angka kesembuhan meningkat serta mengurangi lama rawat inap, angka kesakitan dan kematian, pembiayaan, penularan kepada orang lain dan mencegah resistensi,” tutup dr. Erwin.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH