FITNESS & HEALTH

Tidak Seperti Covid-19, Mpox Bukanlah Penyakit Baru dan Dapat Dihentikan

Mia Vale
Jumat 30 Agustus 2024 / 10:13
Jakarta: Meski kembali mewabah dan menjadi peringatan global, namun seorang pakar terkemuka Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kalau Mpox bukanlah covid baru. 

Memang ada rasa khawatir kalau virus ini akan muncul varian baru, tapi direktur regional Eropa Dr Hans Kluge mengatakan bahwa pihaknya bersama dengan masyarakat luas harus bisa mengatasi Mpox ini. 

Tindakan tegas ini termasuk memastikan vaksin menjangkau daerah-daerah yang paling membutuhkan dan dapat menghentikan siklus kepanikan dan kelalaian lainnya.

Seperti dikutip dari BBC, kasus varian baru, Clade Ib, dikonfirmasi di Swedia pekan lalu dan dikaitkan dengan meningkatnya wabah di Afrika. Mpox telah membunuh sedikitnya 450 orang di Republik Demokratik Kongo (DRC), bekas Zaire, dalam beberapa bulan terakhir, terkait dengan Clade Ib. 

Masih banyak yang harus dipelajari tentang varian baru ini, kata para ahli, tetapi varian ini mungkin menyebar lebih mudah dan menyebabkan penyakit yang lebih serius. Meski tidak ada kasus Clade Ib yang ditemukan di Inggris, para ahli tetap memperingatkan penyakit ini dapat menyebar kecuali ada tindakan internasional yang mengambil tindakan.

Sementara itu, varian lain, Clade II, berada di balik wabah tahun 2022 yang awalnya melanda Eropa dan terus beredar di banyak belahan dunia. Namun para ahli tahu cara mengendalikan Mpox. 

"Apa pun variannya, melalui tindakan kesehatan masyarakat yang non-diskriminatif dan akses yang adil terhadap vaksin," jelas Dr Kluge. Virus yang menyebabkan demam dan ruam ini dapat menyebar melalui kontak kulit dengan lesi, termasuk saat berhubungan seks.
 

Menyebar dengan cepat



(Penyakit monkeypox atau cacar monyet telah menjadi isu kesehatan global yang mendapatkan perhatian serius dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)

Seperti kita ingat, kala covid-19 menyebar, seluruh wilayah di dunia melakukan lockdown. Tapi Mpox, menurut Dr Kluge, risiko terhadap masyarakat umum rendah. Lantas, apakah kita akan melakukan lockdown di wilayah WHO Eropa, laiknya covid-19? 

"Jelas tidak! Dua tahun lalu, kami mengendalikan mpox di Eropa berkat keterlibatan langsung dengan komunitas laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki yang paling terkena dampaknya,” papar Dr Kluge.

Pada tahun 2022, Mpox menunjukkan kepada kita bahwa penyakit ini dapat menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Kita bisa, dan harus, mengatasi mpox bersama-sama sampai lintas wilayah dan benua. 

Kita harus memilih untuk menerapkan sistem yang mampu mengendalikan dan memberantas Mpox secara global atau akankah kita memasuki siklus panik lagi dan kemudian mengabaikannya? 

Saat ini 100 kasus baru Clade II kini dilaporkan di kawasan Eropa setiap bulannya, tambah Dr Kluge. Wisatawan yang berkunjung ke daerah yang terkena dampak di Afrika telah disarankan untuk mempertimbangkan vaksinasi.
 

Adakan vaksin


Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic mengatakan WHO tidak merekomendasikan penggunaan masker. “Kami tidak merekomendasikan vaksinasi massal. Kami merekomendasikan penggunaan vaksin di tengah wabah untuk kelompok yang paling berisiko,” tambahnya. 

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika mengatakan pihaknya memiliki “rencana yang jelas” untuk menyediakan 10 juta dosis vaksin untuk benua tersebut. Kongo dan Nigeria akan mulai melakukan vaksinasi mulai minggu depan. 

Produsen vaksin Denmark, Bavarian Nordic, akan mentransfer teknologinya ke produsen di Afrika sehingga vaksin tersebut dapat dibuat secara lokal guna meningkatkan pasokan dan mengurangi biaya, tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH