FITNESS & HEALTH

WHO: Jangan Sampai Superbug Jadi Silent Pandemi Selanjutnya!

Mia Vale
Minggu 26 November 2023 / 14:00
Jakarta: Antibiotik merupakan obat penting untuk membantu menyelamatkan banyak nyawa. Mereka mengobati berbagai macam infeksi, mulai dari infeksi saluran kemih ringan hingga sepsis yang mengancam jiwa. Namun, bagaimana bila bakteri-bakteri tersebut berubah menjadi bakteri super (superbug)? 

Ya, bakteri super ini meningkat jumlahnya dan sebagian disebabkan karena penggunaan antibiotik berlebihan yang berkontribusi terhadap resistensi antibiotik.

Sebagai salah satu ancaman kesehatan masyarakat utama yang dihadapi umat manusia saat ini, pemanasan dunia dikhawatirkan akan mempersulit upaya menghentikan penyebaran superbug yang resistan terhadap obat. 

Resistensi antimikroba (AMR), oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebut sebagai “pandemi diam-diam”, adalah krisis kesehatan global yang sering diabaikan dan terus berkembang.

Sebelumnya, Badan kesehatan PBB telah menyatakan AMR sebagai salah satu dari 10 ancaman global terbesar terhadap kesehatan manusia dan memperkirakan 1,3 juta orang meninggal setiap tahun akibat patogen yang resisten. 

Angka tersebut akan “melonjak secara dramatis” jika tidak ada tindakan segera, tegas WHO. Dan akibatnya, bisa  menyebabkan biaya kesehatan masyarakat, ekonomi dan sosial yang lebih tinggi sehingga lebih banyak orang ke dalam kemiskinan, khususnya di negara-negara berpenghasilan rendah.

AMR terjadi ketika mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan parasit mengembangkan kemampuan untuk bertahan atau bahkan tumbuh meskipun terdapat obat yang dirancang untuk membunuh mereka.  

“Perubahan iklim pada dasarnya penting karena apa yang terjadi dengan planet kita dan masalahnya adalah semakin tinggi suhu bumi, semakin banyak penyakit menular yang bisa menular dan itu termasuk bakteri AMR,” tandas Tina Joshi, profesor mikrobiologi molekuler di Inggris. University of Plymouth, kepada CNBC.


(UEA akan menjadi tuan rumah KTT iklim tahunan PBB mulai 30 November hingga 12 Desember. Robb Butler, direktur divisi penyakit menular juga memikirkan bagaimana masyarakat bisa berubah melalui guncangan ini menjadi lebih berhati-hati dalam menggunakan antibiotik. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
 

Jangan sampai jadi pandemi berikutnya


Para ilmuwan mengatakan bahwa rekor suhu global yang luar biasa pada tahun 2023 “hampir pasti” menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat. Panas ekstrem dipicu oleh krisis iklim, yang membuat cuaca ekstrem semakin sering terjadi dan intens. 

Robb Butler, direktur divisi penyakit menular, lingkungan dan kesehatan di WHO Eropa, menggambarkan AMR sebagai tantangan kesehatan global yang sangat mendesak.

Butler berharap konferensi iklim COP28 mendatang di Uni Emirat Arab dapat memberikan landasan bagi para pembuat kebijakan internasional untuk mulai mengakui hubungan antara krisis iklim dan AMR. 

UEA akan menjadi tuan rumah KTT iklim tahunan PBB mulai 30 November hingga 12 Desember. Dia juga memikirkan bagaimana masyarakat bisa berubah melalui guncangan ini menjadi lebih berhati-hati dalam menggunakan antibiotik sehingga kita tidak membangun resistensi terhadap antibiotik.

Thomas Schinecker, kepala eksekutif perusahaan farmasi Swiss Roche, mengatakan bahwa para pembuat kebijakan berada dalam bahaya karena gagal mengambil pelajaran dari pandemi virus korona di mana hal ini dapat berdampak serius pada krisis kesehatan AMR. 

“Saya tidak percaya bahwa kita telah mengambil pelajaran yang seharusnya kita dapatkan dari pandemi terakhir ini, dan saya rasa kita tidak lebih siap menghadapi pandemi berikutnya,” ujar Schinecker.

“Saya pikir penting bagi kita untuk mengambil pembelajaran tersebut, bahwa kita menerapkan apa yang perlu kita lakukan untuk bersiap karena pandemi berikutnya akan datang,” harap Schinecker. 

Salah satu kekhawatirannya adalah potensi bakteri yang kebal antibiotik bisa menjadi pandemi tersebut. Oleh karena itu, masyarakat perlu fokus untuk bersiap menghadapi situasi seperti itu di masa depan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH