FITNESS & HEALTH
IPMG Dorong Pemerintah Perluas Akses Ketersediaan Obat-obatan Inovatif
Medcom
Rabu 21 Desember 2022 / 12:05
Jakarta: Percepatan akses obat-obatan inovatif memegang peranan penting dalam mendorong peningkatan produktivitas masyarakat dan ekonomi negara.
Berdasarkan data terbaru, saat ini Indonesia menempati peringkat terakhir ASEAN, di mana baru 9 persen obat baru yang diluncurkan selama 9 tahun terakhir (2012-2021).
International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) secara konsisten terus menyuarakan aspirasi ini kepada stakeholder terkait untuk memperbaharui standar pelayanan kesehatan dengan inovasi-inovasi, serta memperluas akses obat-obatan inovatif.
Obat-obatan inovatif yang dimaksud adalah obat-obatan yang memang khusus diperuntukkan untuk suatu penyakit atau masalah kesehatan.
Kita bisa mengambil contoh dari kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal yang merebak sejak September lalu. Fomepizole menjadi obat inovatif untuk menetralkan masalah gangguan kesehatan tersebut.
Ait-Allah Mejri, Ketua dari IPMG mengungkapkan bahwa dengan adanya laporan tersebut, berarti hanya ada 1 dari 10 obat yang baru diluncurkan secara global yang tersedia untuk pasien di Indonesia.
Hal ini tentu perlu menjadi perhatian lebih, mengingat bahwa kesehatan pasien salah satunya datang dari obat-obatan yang dikonsumsi.
Indonesia telah membuat kemajuan yang signifikan dalam cakupan kesehatan selama dekade terakhir. Bahkan, hampir 90 persen masyarakat Indonesia saat ini telah mendapat jaminan kesehatan oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), sejak diimplementasikan tahun 2014.
Namun, tantangan baru menunjukkan bahwa jumlah jangkauan JKN saja tidak cukup untuk mencapai sistem kesehatan yang berkualitas tinggi.
Solusi untuk percepatan adopsi obat-obatan baru di Indonesia sudah ada, tetapi perlu lebih memelajari beberapa hambatan mendasar untuk bisa mengadopsi well-evidenced innovation tersebut.

(Ketua IPMG, Ait-Allah Mejri mengungkapkan bahwa hanya ada 1 dari 10 obat yang baru diluncurkan secara global yang tersedia untuk pasien di Indonesia. Foto: Dok. Istimewa)
“Akar permasalahan ini bersifat multifaktorial dan hanya dapat diatasi melalui kerja sama lintas sektor. Permasalahan ini mencakup akses masuk ke pasar Indonesia dan peraturan yang mengatur pendaftaran obat di JKN, keterbatasan anggaran, dan kurang optimalnya value-based assessment dan strategi pembiayaan yang inovatif,” kata Nora T. Siagian selaku IPMG Board Member.
Nora juga menambahkan perlu adanya perbaikan dalam berbagai aspek. Tujuannya adalah agar obat-obatan inovatif tersedia bagi pasien yang membutuhkan. Selain itu, pasar Indonesia bisa lebih menarik bagi investor luar.
Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH., Dr.PH juga menyetujui pernyataan dari Nora. Menurut Mantan Dekan dan Guru Besar Ekonomi Kesehatan dari Universitas Indonesia ini, jika Indonesia tidak membuat kebijakan besar mengenai perbaikan sistem kesehatan, maka kualitas dan produktivitas Generasi Emas akan sulit bersaing dengan bangsa lain.
“Cara paling efektif untuk mencegah puluhan triliun Rupiah dana Indonesia keluar negeri untuk biaya pengobatan adalah meningkatkan belanja dan tarif JKN sampai pada harga keekonomian yang layak," papar Hasbullah Thabrany,
"Selain itu, Sistem kesehatan harus memberikan insentif finansial agar seluruh penduduk dapat menikmati obat-obat inovatif dalam rangka perbaikan kualitas hidup bangsa,” tambah Thabrany.
Dr. Rosa C. Ginting pula menyatakan bahwa saat ini Indonesia perlu mengembangkan suatu pendekatan yang jelas bagi kerja sama antara JKN dan asuransi swasta, seperti salah satunya penciptaan produk ‘top-health insurance’.
“Hal ini dapat dimulai dengan mengelompokkan produk yang dibatasi atau yang tidak ditanggung oleh BPJS, berdasarkan kualitas dan kuantitas obat, dan berdasarkan pilihan dokter yang ditujukan untuk perorangan atau kelompok,” jelas dr. Rosa.
Sementara itu, IPMG telah menyampaikan hal ini kepada berbagai badan pemerintah, karena hal ini tidak hanya tentang kerja sama bersama Kementerian Kesehatan saja.
Namun, dorongan terkait hal ini tidak bisa dikatakan singkat. Sehingga, dorongan untuk menyediakan obat-obatan inovatif perlu dukungan dari berbagai aspek dan belahan masyarakat.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Berdasarkan data terbaru, saat ini Indonesia menempati peringkat terakhir ASEAN, di mana baru 9 persen obat baru yang diluncurkan selama 9 tahun terakhir (2012-2021).
International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) secara konsisten terus menyuarakan aspirasi ini kepada stakeholder terkait untuk memperbaharui standar pelayanan kesehatan dengan inovasi-inovasi, serta memperluas akses obat-obatan inovatif.
Obat-obatan inovatif yang dimaksud adalah obat-obatan yang memang khusus diperuntukkan untuk suatu penyakit atau masalah kesehatan.
Kita bisa mengambil contoh dari kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal yang merebak sejak September lalu. Fomepizole menjadi obat inovatif untuk menetralkan masalah gangguan kesehatan tersebut.
Ait-Allah Mejri, Ketua dari IPMG mengungkapkan bahwa dengan adanya laporan tersebut, berarti hanya ada 1 dari 10 obat yang baru diluncurkan secara global yang tersedia untuk pasien di Indonesia.
Hal ini tentu perlu menjadi perhatian lebih, mengingat bahwa kesehatan pasien salah satunya datang dari obat-obatan yang dikonsumsi.
Indonesia telah membuat kemajuan yang signifikan dalam cakupan kesehatan selama dekade terakhir. Bahkan, hampir 90 persen masyarakat Indonesia saat ini telah mendapat jaminan kesehatan oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), sejak diimplementasikan tahun 2014.
Namun, tantangan baru menunjukkan bahwa jumlah jangkauan JKN saja tidak cukup untuk mencapai sistem kesehatan yang berkualitas tinggi.
Solusi untuk percepatan adopsi obat-obatan baru di Indonesia sudah ada, tetapi perlu lebih memelajari beberapa hambatan mendasar untuk bisa mengadopsi well-evidenced innovation tersebut.

(Ketua IPMG, Ait-Allah Mejri mengungkapkan bahwa hanya ada 1 dari 10 obat yang baru diluncurkan secara global yang tersedia untuk pasien di Indonesia. Foto: Dok. Istimewa)
“Akar permasalahan ini bersifat multifaktorial dan hanya dapat diatasi melalui kerja sama lintas sektor. Permasalahan ini mencakup akses masuk ke pasar Indonesia dan peraturan yang mengatur pendaftaran obat di JKN, keterbatasan anggaran, dan kurang optimalnya value-based assessment dan strategi pembiayaan yang inovatif,” kata Nora T. Siagian selaku IPMG Board Member.
Nora juga menambahkan perlu adanya perbaikan dalam berbagai aspek. Tujuannya adalah agar obat-obatan inovatif tersedia bagi pasien yang membutuhkan. Selain itu, pasar Indonesia bisa lebih menarik bagi investor luar.
Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH., Dr.PH juga menyetujui pernyataan dari Nora. Menurut Mantan Dekan dan Guru Besar Ekonomi Kesehatan dari Universitas Indonesia ini, jika Indonesia tidak membuat kebijakan besar mengenai perbaikan sistem kesehatan, maka kualitas dan produktivitas Generasi Emas akan sulit bersaing dengan bangsa lain.
“Cara paling efektif untuk mencegah puluhan triliun Rupiah dana Indonesia keluar negeri untuk biaya pengobatan adalah meningkatkan belanja dan tarif JKN sampai pada harga keekonomian yang layak," papar Hasbullah Thabrany,
"Selain itu, Sistem kesehatan harus memberikan insentif finansial agar seluruh penduduk dapat menikmati obat-obat inovatif dalam rangka perbaikan kualitas hidup bangsa,” tambah Thabrany.
Dr. Rosa C. Ginting pula menyatakan bahwa saat ini Indonesia perlu mengembangkan suatu pendekatan yang jelas bagi kerja sama antara JKN dan asuransi swasta, seperti salah satunya penciptaan produk ‘top-health insurance’.
“Hal ini dapat dimulai dengan mengelompokkan produk yang dibatasi atau yang tidak ditanggung oleh BPJS, berdasarkan kualitas dan kuantitas obat, dan berdasarkan pilihan dokter yang ditujukan untuk perorangan atau kelompok,” jelas dr. Rosa.
Sementara itu, IPMG telah menyampaikan hal ini kepada berbagai badan pemerintah, karena hal ini tidak hanya tentang kerja sama bersama Kementerian Kesehatan saja.
Namun, dorongan terkait hal ini tidak bisa dikatakan singkat. Sehingga, dorongan untuk menyediakan obat-obatan inovatif perlu dukungan dari berbagai aspek dan belahan masyarakat.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)