FITNESS & HEALTH

Risiko Kekebalan Tubuh Hingga Gangguan Otak Bayi Prematur

Aulia Putriningtias
Rabu 20 November 2024 / 22:59
Jakarta: Bayi terlahir prematur memiliki tantangan dalam perkembangan neurologis dan kesehatan secara keseluruhan. Berbagai risiko kesehatan dihadapkan oleh bayi yang terlahir prematur.

Indonesia menduduki posisi ke-5 tertinggi untuk persalinan bayi prematur dengan mencapai 657.700 kasus per tahun. Angka ini dari sekitar 4,5 juta kelahiran bayi tiap tahun. 

Baca juga: Gedung KIA RS Prof Ngoerah Mampu Tangani Bayi Prematur Dibawah 1 Kg

Dokter Anak dan Subspesialis Neurologi dr. Achmad Rafli, Sp.A (K) mengatakan bahwa peran nutrisi, stimulasi, dan pemantauan intensif dalam seribu hari pertama kehidupan bayi prematur menjadi hal yang penting. Hal ini akan menentukan bagaimana anak akan bertumbuh kembang.

Risiko gangguan kesehatan pada bayi prematur pun begitu tinggi. Jadi, para orang tua tak bisa membiarkan anak mereka yang terlahir prematur begitu saja.

"Bayi prematur memiliki risiko gangguan perkembangan otak, karena proses pembentukan otak yang belum sempurna saat kelahiran," ungkap dr. Rafli pada temu media di Rumah Sakit Ibu Anak (RSIA) Bunda dalam tema “World Prematurity Day”, Rabu, 20 November 2024.


(Dokter Anak dan Subspesialis Neurologi dr. Achmad Rafli, Sp.A (K) mengatakan bahwa peran nutrisi, stimulasi, dan pemantauan intensif dalam seribu hari pertama kehidupan bayi prematur menjadi hal yang penting. Foto: Dok. Medcom.id/Aulia Putriningtias)

Pada trimester pertama hingga ketiga, perkembangan otak terjadi secara bertahap. Tahapan ini mulai dari kemampuan motorik hingga sinergi fungsi vital seperti pernapasan dan menelan.

Ditambah, stres pada ibu hamil bisa berdampak negatif pada perkembangan otak janin. Dengan begitu, sebaiknya ibu perlu menjaga kesehatan fisik dan mental selama kehamilan.

Dalam 1000 hari pertama kehidupan, bayi prematur memerlukan stimulasi yang intensif untuk mencegah gangguan perkembangan. Gangguan tersebut mulai dari gangguan motorik, bicara, hingga berdampak ke autisme.

Stimulasi pada anak pun dapat ditingkatkan melalui beberapa cara. Berbagai cara itu seperti mengajak anak berkomunikasi, mengajak bermain, memperlihatkan gambar pola, hingga memutar musik.

Namun, segala perkembangan ini tak luput dari peran tim medis. Perlunya kerja sama antara orang tua dan medis untuk mendukung tumbuh kembang si kecil yang terlahir prematur. 

"Bayi prematur membutuhkan tim medis yang terintegrasi untuk mengawasi perkembangannya, mulai dari dokter anak, neurolog, hingga ahli gizi," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH