FEATURE
Di Tangan Chika Alifia, Produk Thrifting yang Dianggap Sebelah Mata jadi Bernilai
Medcom
Selasa 13 Juni 2023 / 19:30
Jakarta: Chika Alifia merupakan salah satu pebisnis thrifting generasi milenial yang sukses. Ia pun membeberkan cerita suksesnya menjalani bisnis thrifting ini.
Chika mencoba menceritakan usahanya ketika menjadi nara sumber pada NBA Finals Fest 2023, yang berlangsung 9 hingga 11 Juni di M Bloc Jakarta. Chika hadir karena salah satu generasi milenial yang punya semangat dalam usaha thrifting.
Saat ini, tren berbusana anak-anak muda Indonesia berkiblat ke produk thrifting yang memunculkan sejumlah gaya berbusana yang sempat populer dari dari generasi sebelumnya. Menurut Chika, thrifting merupakan konsep berbusana anak muda berkelanjutan, yang mengakomodir seluruh gaya busana era 60–an hingga 90–an.
Magnet thrifting hadir dari harga murah dengan ketersediaan produk yang lengkap. Dari busana sehari-hari, kegiatan khusus, hingga pesta. Juga tersedia tas, sepatu, hingga underwear!
Daya pikat lain produknya tak pasaran, satu desain dan ukuran hanya ada satu, penampilan penggunanya jauh lebih menarik. Bagi yang beruntung, kamu bisa mendapatkan produk ori, walau banyak juga yang terjebak mendapatkan produk palsu, tapi masih ok kok, karenanya harganya murah!
"Selain desainnya beragam, kualitas lebih oke dari pakaian baru, serta memiliki nilai ekonomi untuk dijual kembali," ujar Chika saat berbicara di talkshow: Inspirasi Berbusana dan Konsultasi Fesyen yang dihadiri anak-anak muda, serta lintas generasi.
Awal mula tertarik berburu thrifting, Chika mengaku karena godaan harga murah dan sebagian besar merupakan brand terkenal. "Tahu sendiri dong, kantung mahasiswa budget belanjanya terbatas, disisi lain ingin tampil fashionable," jelas Chika.

Dok. @chkalifia
"Dahulu, saya hanya mengeluarkan uang Rp20 ribu untuk sehelai kemeja flanel branded. Yang saya ingat, motif tartan lembut itu memiliki kombinasi warna merah-hitam dengan aksentuasi bordir Mickey Mouse yang mewah. Masih baru, dan terlihat sangat menggemaskan. Saya telisik detil, gak nemu cacatnya," kata Chika.
Dari cerita sehelai kemeja Mickey tersebut, Chika kemudian ketagihan untuk mengeksplor timbunan, serta gantungan baju-baju thrifting.
Selain Jakarta, Chika juga pernah berburu ke luar kota dari Bandung, Bali hingga ke Tarutung, kota kecil di Sumatera Utara. Memburu dari satu kota ke kota lainnya menjadi momen terseru, sekaligus berkesan.
Bahkan, Chika harus berebut, serta berbagi tempat dengan inang-inang pedagang pasar yang pergi dengan membawa barang dagangannya sayur dan buah-buahan.
Berkendara dinihari dalam udara dingin menusuk tulang selama 3 jam. Jalan terjal berliku sangat menantang adrenalinnya. Tantangan tersebut tak mampu menyurutkan niatnya untuk mendapatkan produk berkualitas dan murah.
Chika pun merasa puas dengan beragam produk fesyen pilihan yang didapat. Jika ditotal beratnya mencapai 5 kilogram, karena berat dan repot jika dibawa langsung, ia pun menyerahkan urusan pengiriman ke pedagang.
Saat hasil buruannya telah memenuhi seantero kamar, bahkan 'menjajah' lemari pakaian kakaknya, Chika kemudian terinspirasi untuk menjual sebagian besar pakaian miliknya melalui blog pribadi.
"Saya melihat banyak anak-anak muda penggemar thrifting yang kurang trampil dalam menghadirkan style busana sesuai kepribadian. Selain, muncul kurang rasa percaya diri, karena takut dikomentari negatif oleh teman-teman," cerita Chika.

Dok. @chkalifia
Dibantu Bestie-nya, Chika mulai memasarkan produk thrifting hasil buruannya dengan harga Rp120 ribu, hingga Rp200 ribu. Produk yang dijual dalam kondisi siap pakai karena sudah diseleksi, dicuci, disetrika, serta dikemas rapi.
Dalam satu kesempatan Chika sukses menjual jersey NBA Jordan yang dibelinya secara tak sengaja. Jersey thrifting tersebut laku dengan nilai fantastis Rp5 juta dari harga beli yang hanya ratusan ribu rupiah saja.
Masih ada beberapa produk limited edition dari sejumlah lini fesyen yang memiliki nilai bagi penggemarnya, yang mampu mengelembungkan pundi-pundinya. Pokoknya, di tangan Chika, produk thrifting yang masih sering dipandang sebelah mata menjadi bernilai.
Saat ini Indonesia sedang ‘sakit’ karena dicapnegatif sebagai negara penghasil sampah fesyen terbesar dunia. Banyak penyebab, utamanya tren fast fesyen yang banyak menyumbang polusi limbah pakaian yang berbahaya bagi manusia, serta ekosistem kehidupan.
Saat ditanya larangan impor thrifting, Chika menjawab diplomatis. Menurutnya larangan tersebut memiliki payung hukum, ini harus dipatuhi. Namun pemerintah juga harus mencari akar permasalahan utamanya.
Menurut Chika, lesunya industri garmen Indonesia karena pengaruh situasi global, selain industri lokal kalah saing dari desain, kualitas, serta harga. Telisiklah beragam penyebab, kemudian carikan solusi yang saling menguntungkan.
Saat ini Chika hanya menjual sisa stok koleksi thriftingnya, karena untuk membeli produk sudah tak mungkin, karena larangan impor. Namun Chika tak kurang akal, agar adrenalin berburu, serta berbisnis pakaian bekas impor abadi, ia rutin menyambangi sejumlah garage sale di Jakarta.
"Harganya sedikit lebih mahal sih dari thrifting, tapi kondisi pakaiannya bersih, lokasi berjualannya pun menempati sejumlah lahan khusus atau di halaman rumah pemilik. Syaratnya harus fokus dan jeli dalam memilah dan memilih barang agar mendapatkan lebih dulu produk yang berkualitas," pungkas Chika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Chika mencoba menceritakan usahanya ketika menjadi nara sumber pada NBA Finals Fest 2023, yang berlangsung 9 hingga 11 Juni di M Bloc Jakarta. Chika hadir karena salah satu generasi milenial yang punya semangat dalam usaha thrifting.
Saat ini, tren berbusana anak-anak muda Indonesia berkiblat ke produk thrifting yang memunculkan sejumlah gaya berbusana yang sempat populer dari dari generasi sebelumnya. Menurut Chika, thrifting merupakan konsep berbusana anak muda berkelanjutan, yang mengakomodir seluruh gaya busana era 60–an hingga 90–an.
Magnet thrifting hadir dari harga murah dengan ketersediaan produk yang lengkap. Dari busana sehari-hari, kegiatan khusus, hingga pesta. Juga tersedia tas, sepatu, hingga underwear!
Daya pikat lain produknya tak pasaran, satu desain dan ukuran hanya ada satu, penampilan penggunanya jauh lebih menarik. Bagi yang beruntung, kamu bisa mendapatkan produk ori, walau banyak juga yang terjebak mendapatkan produk palsu, tapi masih ok kok, karenanya harganya murah!
"Selain desainnya beragam, kualitas lebih oke dari pakaian baru, serta memiliki nilai ekonomi untuk dijual kembali," ujar Chika saat berbicara di talkshow: Inspirasi Berbusana dan Konsultasi Fesyen yang dihadiri anak-anak muda, serta lintas generasi.
Modal ratusan ribu, Jersey NBA Jordan laku Rp5 Juta
Awal mula tertarik berburu thrifting, Chika mengaku karena godaan harga murah dan sebagian besar merupakan brand terkenal. "Tahu sendiri dong, kantung mahasiswa budget belanjanya terbatas, disisi lain ingin tampil fashionable," jelas Chika.

Dok. @chkalifia
"Dahulu, saya hanya mengeluarkan uang Rp20 ribu untuk sehelai kemeja flanel branded. Yang saya ingat, motif tartan lembut itu memiliki kombinasi warna merah-hitam dengan aksentuasi bordir Mickey Mouse yang mewah. Masih baru, dan terlihat sangat menggemaskan. Saya telisik detil, gak nemu cacatnya," kata Chika.
Dari cerita sehelai kemeja Mickey tersebut, Chika kemudian ketagihan untuk mengeksplor timbunan, serta gantungan baju-baju thrifting.
Selain Jakarta, Chika juga pernah berburu ke luar kota dari Bandung, Bali hingga ke Tarutung, kota kecil di Sumatera Utara. Memburu dari satu kota ke kota lainnya menjadi momen terseru, sekaligus berkesan.
Bahkan, Chika harus berebut, serta berbagi tempat dengan inang-inang pedagang pasar yang pergi dengan membawa barang dagangannya sayur dan buah-buahan.
Berkendara dinihari dalam udara dingin menusuk tulang selama 3 jam. Jalan terjal berliku sangat menantang adrenalinnya. Tantangan tersebut tak mampu menyurutkan niatnya untuk mendapatkan produk berkualitas dan murah.
Chika pun merasa puas dengan beragam produk fesyen pilihan yang didapat. Jika ditotal beratnya mencapai 5 kilogram, karena berat dan repot jika dibawa langsung, ia pun menyerahkan urusan pengiriman ke pedagang.
Lihai padukan hobi, bisnis dan konsultan fesyen
Saat hasil buruannya telah memenuhi seantero kamar, bahkan 'menjajah' lemari pakaian kakaknya, Chika kemudian terinspirasi untuk menjual sebagian besar pakaian miliknya melalui blog pribadi.
"Saya melihat banyak anak-anak muda penggemar thrifting yang kurang trampil dalam menghadirkan style busana sesuai kepribadian. Selain, muncul kurang rasa percaya diri, karena takut dikomentari negatif oleh teman-teman," cerita Chika.

Dok. @chkalifia
Dibantu Bestie-nya, Chika mulai memasarkan produk thrifting hasil buruannya dengan harga Rp120 ribu, hingga Rp200 ribu. Produk yang dijual dalam kondisi siap pakai karena sudah diseleksi, dicuci, disetrika, serta dikemas rapi.
Dalam satu kesempatan Chika sukses menjual jersey NBA Jordan yang dibelinya secara tak sengaja. Jersey thrifting tersebut laku dengan nilai fantastis Rp5 juta dari harga beli yang hanya ratusan ribu rupiah saja.
Masih ada beberapa produk limited edition dari sejumlah lini fesyen yang memiliki nilai bagi penggemarnya, yang mampu mengelembungkan pundi-pundinya. Pokoknya, di tangan Chika, produk thrifting yang masih sering dipandang sebelah mata menjadi bernilai.
Menyelaraskan lifestyle anak muda akan fesyen keberlanjutan
Saat ini Indonesia sedang ‘sakit’ karena dicapnegatif sebagai negara penghasil sampah fesyen terbesar dunia. Banyak penyebab, utamanya tren fast fesyen yang banyak menyumbang polusi limbah pakaian yang berbahaya bagi manusia, serta ekosistem kehidupan.
Saat ditanya larangan impor thrifting, Chika menjawab diplomatis. Menurutnya larangan tersebut memiliki payung hukum, ini harus dipatuhi. Namun pemerintah juga harus mencari akar permasalahan utamanya.
Menurut Chika, lesunya industri garmen Indonesia karena pengaruh situasi global, selain industri lokal kalah saing dari desain, kualitas, serta harga. Telisiklah beragam penyebab, kemudian carikan solusi yang saling menguntungkan.
Saat ini Chika hanya menjual sisa stok koleksi thriftingnya, karena untuk membeli produk sudah tak mungkin, karena larangan impor. Namun Chika tak kurang akal, agar adrenalin berburu, serta berbisnis pakaian bekas impor abadi, ia rutin menyambangi sejumlah garage sale di Jakarta.
"Harganya sedikit lebih mahal sih dari thrifting, tapi kondisi pakaiannya bersih, lokasi berjualannya pun menempati sejumlah lahan khusus atau di halaman rumah pemilik. Syaratnya harus fokus dan jeli dalam memilah dan memilih barang agar mendapatkan lebih dulu produk yang berkualitas," pungkas Chika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)