FAMILY

Anak-anak dan Masalah Amarah, Ini 2 Alasannya Menurut Pakar

Mia Vale
Minggu 25 Desember 2022 / 13:00
Jakarta: Kemarahan adalah ungkapan yang dipenuhi emosi. Ada yang pandai mengendalikannya, ada juga yang terbawa suasana.

Namun, jika menyangkut anak-anak, kemarahan sering dilihat sebagai amukan dan dikelola dengan kekerasan dan mungkin semacam hukuman. Namun, para ahli percaya bahwa itu bukanlah cara untuk menghadapi situasi tegang terhadap anak-anak.

Berangkat dari masalah di atas, Ambica Agarwal, seorang Praktisi Neuro-Linguistic Programming (NLP) bersertifikat, baru-baru ini melalui Instagram pribadinya membahas dua alasan utama mengapa anak-anak sering marah.

Tak hanya itu, ia juga membahas cara-cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mengatasi masalah kemarahan si kecil. Yuk, simak pembahasannya yang sudah dinukil dari Times of India.
 

Kebutuhan yang tidak terpenuhi


Merasa kebutuhannya tidak terpenuhi menjadi salah satu alasan utama di balik masalah kemarahan anak. Kebutuhan yang tidak terpenuhi adalah kebutuhan yang belum terpenuhi atau diabaikan atau diabaikan. 

Bagi sebagian besar anak, menjadi marah atau mengamuk sering kali merupakan cara untuk mengungkapkan ketidakpuasan mereka. Begitulah cara mereka mengomunikasikan ketidakpuasan mereka. Menurut ahli, orang tua sering salah paham sebagai hal sengaja yang menyebalkan. Namun, sebenarnya bukan itu masalahnya.


(Ingat, pastikan untuk memberi pengertian kepada si kecil bahwa amarah itu tidak baik dan jangan sampai ia terbiasa dan terus menerus mengulanginya. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
 

Kurangnya kekuatan


Alasan lain di balik masalah kemarahan pada anak-anak adalah 'kurangnya kekuatan', yang berarti tidak memiliki suara atau wewenang atas apa yang mereka inginkan. Ini bisa sangat menyusahkan bagi anak-anak karena mereka memiliki banyak hal untuk diungkapkan tetapi terkadang tidak memiliki kata-kata untuk mengomunikasikannya. 

Itu mengapa sebabnya anak-anak mengungkapkannya dalam bentuk kemarahan dan amukan. Orang tua sering berpikir bahwa anak-anak, dengan menjadi marah, mencoba memerintah dan ketakutan karena frustrasi. Sekali lagi menurut para ahli, itu tidak benar.
 

Bagaimana cara menanggapi kemarahan anak-anak?


Bila memang si kecil sedang meluapkan amarah ya, hendaknya para orang tua tetap tenang dan tidak menanggapinya dengan tinggi juga. Jangan bereaksi dalam kemarahan atau menganggap perilaku mereka pribadi. Hendaknya orang tua melakukan: 

- Identifikasi pemicunya
- Abaikan perilaku negatif kecil
- Beri mereka kekuatan untuk memilih
- Ajarkan perilaku yang tepat saat mereka tenang

Ingat, pastikan untuk memberi pengertian kepada si kecil bahwa amarah itu tidak baik dan jangan sampai ia terbiasa dan terus menerus mengulanginya. Hal ini sangat penting untuk membantu anak mengetahui bagaimana ia harus bersikap saat emosi negatif menguasai dirinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH