FAMILY

Cara Mengatasi Pola Asuh pada Anak yang Berbeda dengan Mertua

Raka Lestari
Selasa 15 Juni 2021 / 08:10
Jakarta: Hubungan antara pasangan suami istri dan juga mertua bisa dibilang cukup kompleks. Terutama jika sang istri sudah hamil dan memiliki anak.

Di sisi lain, mertua dengan pengalamannya juga merasa memiliki keinginan untuk menjadikan sang cucu seperti yang diharapkannya. Kondisi seperti inilah yang terkadang menimbulkan permasalahan baru dengan mertua.

Berdasarkan survei online yang dilakukan oleh Teman Bumil dan Populix, ada tiga konflik utama yang sering muncul di masa ini. Antara lain, permintaan mertua kepada menantu untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai keinginan (30%), kritik mertua terhadap menantu (28%), dan intervensi mertua dalam keputusan untuk memilih layanan medis selama program kehamilan atau ketika menjalani kehamilan (15%).

Menanggapi hal ini, Psikolog Ajeng Raviando menenekankan bahwa 'happiness is compromising'. Artinya, jika menginginkan kehidupan relasi dengan mertua terasa menyenangkan, maka semuanya harus dikompromikan.

Beberapa pasangan mertua mungkin ada yang menyadari bahwa terdapat perbedaan pola asuh antara zamannya dengan zaman sekarang, sehingga mereka tidak ingin terlalu mengintervensi keputusan orang tua dalam mengasuh anaknya. Di sisi lain, tak sedikit pula pasangan mertua yang justru memiliki pandangan sebaliknya.

"Jika memang mertua tidak menyadari adanya perbedaan tersebut, sebagai menantu tidak ada salahnya untuk mengupayakan berkompromi dan berdiskusi demi tercipta keharmonisan. Tidak perlu langsung serta merta menolak omongan mertua karena selain bisa menyakiti, mungkin omongan tersebut bisa berguna juga," kata Ajeng.

Ajeng memberikan saran, misalnya jika ada webinar mengenai perawatan bayi, cobalah untuk mengajak mertua ikut serta di dalamnya. Dengan begini, mertua memperoleh pengetahuan baru dan melihat fakta akan adanya perbedaan pola pengasuhan. Alih-alih mertua merasa digurui oleh menantu, mertua juga bisa berkompromi mengenai pola asuh apa yang memang cocok untuk diterapkan.

"Yang penting itu, bersyukur dan pandai melihat apa yang bisa kita syukuri. Kedua, jangan mudah emosi negatif. Ketiga, perlu diingat kalau semua masalah tidak akan selesai dalam waktu singkat, Memang butuh proses dan kita harus yakin bahwa lama-lama kita bisa solving the problem juga selama kita mengupayakan cara penyelesaiannya," tutup Ajeng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH