FAMILY
Ladies, Ini Cara Menghadapi Tantangan Setelah Lama Career Break
Yuni Yuli Yanti
Kamis 01 September 2022 / 09:00
Jakarta: Sebanyak 64 persen perempuan pernah mengalami career break di sepanjang perjalanan kariernya dengan berbagai alasan, menurut survei global LinkedIn pada 2022.
Di balik fakta ini, sebenarnya peluang bagi perempuan Indonesia untuk kembali berkiprah di dunia profesional masih terbuka luas, terlihat dari angka tenaga kerja perempuan profesional yang terus meningkat menjadi 49,9 persen di 2021.
"Meski career break menjadi pilihan yang semakin lumrah diambil perempuan, nyatanya banyak dari mereka masih menghadapi berbagai tantangan internal ataupun eksternal yang menimbulkan insecurities untuk kembali ke dunia kerja," tutur Putri Paramitha, Head of Marketing Beauty and Wellbeing, PT Unilever Indonesia, Tbk.
Menurutnya, secara internal perempuan yang ingin kembali ke dunia kerja membutuhkan soul searching yang lebih panjang untuk menemukan keseimbangan yang pas antara purpose, passion dan profit. Timbul pula rasa bersalah karena meninggalkan keluarga, hingga rasa rendah diri karena menganggap dirinya “tertinggal” dari segi pengalaman dan kemampuan.
"Dari sisi eksternal, mereka juga sering menghadapi tekanan dari keluarga dan lingkungan sosial mengenai peran domestik perempuan, peer pressure dari teman-teman yang lebih “sukses”, atau adanya perubahan ekspektasi mengenai kompetensi di bidang kerja," jelas Putri dalam acara peresmian TRESemmé Professional Hair Studio, di Lippo Mall Kemang, Selasa (30/8).

(Menurut Lika, sangat penting untuk menjadikan style sebagai bagian dari personal branding. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
Sementara, Lika Satvarini selaku Career Coach dan Professional Trainer mengatakan rasa percaya diri merupakan modal utama yang harus dimiliki perempuan untuk menaklukkan berbagai insecurities tersebut. Selain terus meng-update diri secara profesional, sangat penting untuk menjadikan style sebagai bagian dari personal branding karena dapat menciptakan first impression yang berkesan dan membentuk persepsi yang positif.
"Hal ini sejalan dengan teori di mana faktor Visual yaitu style dan body language mendominasi kesuksesan komunikasi interpersonal, disusul oleh Vocal, dan Verbal. 3V's ini dapat menambah tingkat kepercayaan orang terhadap kita, dimana kepercayaan itu bisa didapat dari first impression positif melalui ‘Know-Like-Trust’. Tidak hanya outfit yang stylish, tatanan rambut menjadi salah satu faktor utama yang menunjang style perempuan saat mereka kembali ke dunia kerja," tuturnya.
Lika mencontohkan pada waktu interview, tampilan rambut yang rapi dan praktis (misal: tidak menutupi sebagian besar wajah) menunjukkan bahwa kita tidak memiliki sesuatu untuk disembunyikan. "Tatanan rambut juga mencerminkan bahwa kita memahami bidang pekerjaan yang kita tuju dan mampu mewakili image dari perusahaan tempat kita melamar," pungkas Lika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(yyy)
Di balik fakta ini, sebenarnya peluang bagi perempuan Indonesia untuk kembali berkiprah di dunia profesional masih terbuka luas, terlihat dari angka tenaga kerja perempuan profesional yang terus meningkat menjadi 49,9 persen di 2021.
"Meski career break menjadi pilihan yang semakin lumrah diambil perempuan, nyatanya banyak dari mereka masih menghadapi berbagai tantangan internal ataupun eksternal yang menimbulkan insecurities untuk kembali ke dunia kerja," tutur Putri Paramitha, Head of Marketing Beauty and Wellbeing, PT Unilever Indonesia, Tbk.
Menurutnya, secara internal perempuan yang ingin kembali ke dunia kerja membutuhkan soul searching yang lebih panjang untuk menemukan keseimbangan yang pas antara purpose, passion dan profit. Timbul pula rasa bersalah karena meninggalkan keluarga, hingga rasa rendah diri karena menganggap dirinya “tertinggal” dari segi pengalaman dan kemampuan.
"Dari sisi eksternal, mereka juga sering menghadapi tekanan dari keluarga dan lingkungan sosial mengenai peran domestik perempuan, peer pressure dari teman-teman yang lebih “sukses”, atau adanya perubahan ekspektasi mengenai kompetensi di bidang kerja," jelas Putri dalam acara peresmian TRESemmé Professional Hair Studio, di Lippo Mall Kemang, Selasa (30/8).

(Menurut Lika, sangat penting untuk menjadikan style sebagai bagian dari personal branding. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
Sementara, Lika Satvarini selaku Career Coach dan Professional Trainer mengatakan rasa percaya diri merupakan modal utama yang harus dimiliki perempuan untuk menaklukkan berbagai insecurities tersebut. Selain terus meng-update diri secara profesional, sangat penting untuk menjadikan style sebagai bagian dari personal branding karena dapat menciptakan first impression yang berkesan dan membentuk persepsi yang positif.
"Hal ini sejalan dengan teori di mana faktor Visual yaitu style dan body language mendominasi kesuksesan komunikasi interpersonal, disusul oleh Vocal, dan Verbal. 3V's ini dapat menambah tingkat kepercayaan orang terhadap kita, dimana kepercayaan itu bisa didapat dari first impression positif melalui ‘Know-Like-Trust’. Tidak hanya outfit yang stylish, tatanan rambut menjadi salah satu faktor utama yang menunjang style perempuan saat mereka kembali ke dunia kerja," tuturnya.
Lika mencontohkan pada waktu interview, tampilan rambut yang rapi dan praktis (misal: tidak menutupi sebagian besar wajah) menunjukkan bahwa kita tidak memiliki sesuatu untuk disembunyikan. "Tatanan rambut juga mencerminkan bahwa kita memahami bidang pekerjaan yang kita tuju dan mampu mewakili image dari perusahaan tempat kita melamar," pungkas Lika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(yyy)