COMMUNITY
Mengenal Ultralight, Konsep Petualangan Paling Efektif dalam Pendakian
A. Firdaus
Rabu 28 Juli 2021 / 19:07
Bandung: Banyak orang yang mendaki atau sekadar bepergiaan masih kurang efektif dalam membawa barang bawaan mereka. Sehingga timbul sebuah kegelisahan baru, yaitu pendaki tak merasakan kenikmatan berpetualangan, atau badan merasakan pegal karena bepergiaan terlalu banyak bawa barang bawaan.
Salah satu yang merasakan kegelisahan tersebut adalah, Ray Jardine. Ia merupakan seorang pemanjat asal Amerika.
Jardine merupakan salah seorang yang mempopulerkan konsep Ultralight. Sebuah konsep yang berangkat dari kegelisahaan Jardine yang melihat banyak pendaki yang tidak menikmati perjalanan, kesusahan, atau bahkan tidak melanjutkan perjalanan ketika melakukan pendakian panjang (long hikes).
Menurut Jardine, pendaki harusnya bukan berfokus pada beban di pundak, namun pada lingkungan dan alam, yang merupakan alasan utama dalam pendakian.
Setelah melakukan berbagai pendakian, dengan menggabungkan filosofi dan inovasi dalam pendakian, Jardine memutuskan untuk mengurangi beban yang dibawa. Bahkan ia membuat beberapa perlengkapan pendakiannya sendiri agar perlengkapan yang dibawa semakin ringan. Dari sana lah diangkatnya konsep Ultralight dalam pendakian.
Iwan 'Kwecheng', salah satu anggota Eiger Adventure Service Team yang merupakan satu dari segelintir orang Indonesia yang berhasil mendaki 7 puncak gunung tertinggi di 7 benua (The ‘Seven Summits’). Ia menjelaskan, dengan konsep Ultralight, pendaki dapat bergerak lebih cepat dan lincah karena bebannya ringan.
"Konsep ini menurut saya cocok untuk pendaki yang sudah expert atau sudah berpengalaman, karena semakin ringan beban yang dibawa, justru semakin tinggi pemahaman dan kehati-hatian kita saat berkegiatan," terang Kwecheng.
Di Indonesia, kata Kwecheng, berkegiatan dengan konsep Ultralight masih cukup baru. Meskipun begitu, sudah ada peminat bahkan komunitas yang fokus dalam kegiatan luar ruang khususnya pendakian dengan konsep Ultralight.
Eiger Adventure, selaku penyedia perlengkapan kegiatan luar ruang asal Indonesia, baru saja meluncurkan backpack berkonsep Ultralight yaitu HIKEHOVER 45L. Dengan berat kosong kurang dari 1kg, backpack ini dapat membawa beban hingga 10kg.
Sebelumnya, pada 2007 Eiger mengeluarkan ultralight backpack berukuran 30L pertamanya. Jauh sebelum ultralight menjadi konsep yang dikenal banyak orang.
Oki Lutfi, sebagai desainer tas ini menjelaskan perlu waktu hampir 1 tahun untuk mengembangkan HIKEHOVER. Sebab konsep backpack seperti ini merupakan hal baru bagi Eiger.
"ini baru permulaan bagi Eiger dalam mengembangkan produk Ultralight. Tidak menutup kemungkinan, jika minat Eigerian terhadap Ultralight backpacking semakin tinggi, kami akan terus mengembangkan produk ultralight lainnya," jelas Oki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Salah satu yang merasakan kegelisahan tersebut adalah, Ray Jardine. Ia merupakan seorang pemanjat asal Amerika.
Jardine merupakan salah seorang yang mempopulerkan konsep Ultralight. Sebuah konsep yang berangkat dari kegelisahaan Jardine yang melihat banyak pendaki yang tidak menikmati perjalanan, kesusahan, atau bahkan tidak melanjutkan perjalanan ketika melakukan pendakian panjang (long hikes).
Menurut Jardine, pendaki harusnya bukan berfokus pada beban di pundak, namun pada lingkungan dan alam, yang merupakan alasan utama dalam pendakian.
Setelah melakukan berbagai pendakian, dengan menggabungkan filosofi dan inovasi dalam pendakian, Jardine memutuskan untuk mengurangi beban yang dibawa. Bahkan ia membuat beberapa perlengkapan pendakiannya sendiri agar perlengkapan yang dibawa semakin ringan. Dari sana lah diangkatnya konsep Ultralight dalam pendakian.
Iwan 'Kwecheng', salah satu anggota Eiger Adventure Service Team yang merupakan satu dari segelintir orang Indonesia yang berhasil mendaki 7 puncak gunung tertinggi di 7 benua (The ‘Seven Summits’). Ia menjelaskan, dengan konsep Ultralight, pendaki dapat bergerak lebih cepat dan lincah karena bebannya ringan.
"Konsep ini menurut saya cocok untuk pendaki yang sudah expert atau sudah berpengalaman, karena semakin ringan beban yang dibawa, justru semakin tinggi pemahaman dan kehati-hatian kita saat berkegiatan," terang Kwecheng.
Di Indonesia, kata Kwecheng, berkegiatan dengan konsep Ultralight masih cukup baru. Meskipun begitu, sudah ada peminat bahkan komunitas yang fokus dalam kegiatan luar ruang khususnya pendakian dengan konsep Ultralight.
Eiger Adventure, selaku penyedia perlengkapan kegiatan luar ruang asal Indonesia, baru saja meluncurkan backpack berkonsep Ultralight yaitu HIKEHOVER 45L. Dengan berat kosong kurang dari 1kg, backpack ini dapat membawa beban hingga 10kg.
Sebelumnya, pada 2007 Eiger mengeluarkan ultralight backpack berukuran 30L pertamanya. Jauh sebelum ultralight menjadi konsep yang dikenal banyak orang.
Oki Lutfi, sebagai desainer tas ini menjelaskan perlu waktu hampir 1 tahun untuk mengembangkan HIKEHOVER. Sebab konsep backpack seperti ini merupakan hal baru bagi Eiger.
"ini baru permulaan bagi Eiger dalam mengembangkan produk Ultralight. Tidak menutup kemungkinan, jika minat Eigerian terhadap Ultralight backpacking semakin tinggi, kami akan terus mengembangkan produk ultralight lainnya," jelas Oki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)