COMMUNITY
Demi Peternakan yang Berkelanjutan, 12 Peternak Muda Menimba Ilmu ke Belanda
Medcom
Senin 23 Oktober 2023 / 17:25
Jakarta: Data terkini menyebutkan sebaran tertinggi usia peternak sapi perah adalah 50-55 tahun. Kondisi ini tentunya akan mengancam masa depan peternakan sapi perah dan industri susu nasional.
Untuk itu diperlukan kegiatan yang bisa memberikan peternakan Indonesia terus ada dan berkelanjutan. Tentunya dengan manajemen peternakan yang baik.
PT Frisian Flag Indonesia (FFI) mengajak 12 peternak muda mengikuti program Young Progressive Farmer Academy (YPFA) untuk mengikuti pelatihan di Belanda di akhir September lalu. Ke-12 peternak ini merupakan pemenang yang diseleksi dari 36 finalis yang terpilih business plan-nya dari 101 proposal yang dikirimkan peserta. Ada 30 peternak pria dan 6 peternak wanita yang masuk ke babak final, berasal dari 14 kabupaten di 3 provinsi di Indonesia, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
"Kunjungan ke peternakan di Belanda adalah salah satu pendorong semangat yang kami berikan kepada para peternak muda pemenang dalam YPFA 2023. Tujuannya adalah untuk mendapatkan ilmu dan mempelajari praktik peternakan berkelanjutan terbaik di dunia yang telah dijalankan oleh para peternak di Belanda," ujar Dairy Development and Project FDOV Manager PT Frisian Flag Indonesia, Akhmad Salwadi.

Pengalaman ini, kata Akhmad, diharapkan dapat menjadi penyemangat pemenang untuk meningkatkan pengelolaan peternakan sapi yang dimilikinya menjadi lebih baik dan mengembangkannya. Sehingga tidak hanya jumlah populasi yang bertambah, tapi hasil susu perah semakin berkualitas sehingga pendapatan juga bertambah besar.
"Selama hampir dua pekan, 12 peternak muda ini dibagi dalam tiga kelompok dan tinggal bersama keluarga di tiga peternakan Belanda yang berbeda," kata Akhmad.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Kementerian Peternakan Tri Melasari yang juga mengunjungi peternakan Belanda menilai, kunjungan ini sangat positif dan memberi perspektif yang lebih luas tentang profesi peternak. Seperti diketahui, Peternakan di Belanda sudah sangat maju dan secara optimal memanfaatkan teknologi.
"Peternak-peternak muda pemenang YPFA dapat mengambil hal-hal positif yang dipelajari di Belanda, menerapkan teknologi yang dapat diterapkan di peternakannya sendiri dan berbagi dengan para peternak lainnya. Peternak sapi perah adalah profesi penting yang dapat membantu meningkatkan produksi susu dalam negeri untuk kemudian menghasilkan produk-produk yang bergizi bagi masyarakat," terang Melasari.
Mendapatkan kesempatan belajar tentang peternakan ke Negeri Kincir Angin merupakan momen yang sangat berharga. Hal itu diutarakan oleh salah satu peternak yang ikut ke Belanda, Kristianti. Ibu muda berusia 23 tahun ini telah beternak selama lebih dari 5 tahun. Sehari-hari ia berbagi peran dengan suaminya dalam mengurus 13 ekor sapi ternaknya.
"Banyak hal yang saya pelajari di peternakan Jos di Belanda ini. Kalau saya dan suami berdua mengurus 9 ekor sapi laktasi dan 4 ekor anakan, Jos ternyata mampu bekerja dengan istri dan anaknya untuk mengelola >200 ekor sapi perah dan lahan peternakan," ujar Kristianti.
"Saya belajar bagaimana disiplin dan kecermatan dalam mengelola pekerjaan sehari-hari di kandang dapat membantu kita bisa bekerja dengan lebih efisien. Saya sudah tidak sabar berbagi dengan suami dan peternak lainnya di tanah air," sambungnya.
Lain cerita dari Mirza Azmi. Peternak berusia 29 tahun yang bergabung di koperasi Rukun Santoso di Jawa Timur ini, sudah beternak sapi perah kurang dari 5 tahun dan memiliki total 18 ekor sapi perah, terdiri dari 12 ekor sapi laktasi dan 6 ekor anakan. Peternakannya berjalan di lahan sewaan seluas 10.000m2 dengan luas lahan kandang 1.600m2.
"Keterlibatan saya di dunia peternakan sapi perah karena saya percaya industri ini punya potensi yang sangat besar, tapi anak muda jarang meliriknya. Buat saya ini kesempatan, karena kebutuhan susu sapi segar di dalam negeri masih sangat tinggi dan saya bisa memanfaatkan situasi ini," ujar Mirza.
"Apa yang saya dapat di Belanda sangat bermanfaat dan bahwa kita juga bisa membangun peternakan yang berkelanjutan. Kami mendapat ilmu pengetahuan baru mulai dari kebiasaan baik kecil hingga inovasi sederhana untuk dapat diterapkan sehingga semakin semakin percaya diri menggunakan teknologi untuk mendukung operasional peternakan," demikian kata Lulusan ITB.
Mirza juga sudah melengkapi fasilitas peternakannya dengan chopper untuk penyediaan pakan dan pakan hijauan sudah menggunakan silase. Kotoran ternak kemudian ia olah menjadi kompos agar lebih ramah lingkungan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Untuk itu diperlukan kegiatan yang bisa memberikan peternakan Indonesia terus ada dan berkelanjutan. Tentunya dengan manajemen peternakan yang baik.
PT Frisian Flag Indonesia (FFI) mengajak 12 peternak muda mengikuti program Young Progressive Farmer Academy (YPFA) untuk mengikuti pelatihan di Belanda di akhir September lalu. Ke-12 peternak ini merupakan pemenang yang diseleksi dari 36 finalis yang terpilih business plan-nya dari 101 proposal yang dikirimkan peserta. Ada 30 peternak pria dan 6 peternak wanita yang masuk ke babak final, berasal dari 14 kabupaten di 3 provinsi di Indonesia, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
"Kunjungan ke peternakan di Belanda adalah salah satu pendorong semangat yang kami berikan kepada para peternak muda pemenang dalam YPFA 2023. Tujuannya adalah untuk mendapatkan ilmu dan mempelajari praktik peternakan berkelanjutan terbaik di dunia yang telah dijalankan oleh para peternak di Belanda," ujar Dairy Development and Project FDOV Manager PT Frisian Flag Indonesia, Akhmad Salwadi.

Pengalaman ini, kata Akhmad, diharapkan dapat menjadi penyemangat pemenang untuk meningkatkan pengelolaan peternakan sapi yang dimilikinya menjadi lebih baik dan mengembangkannya. Sehingga tidak hanya jumlah populasi yang bertambah, tapi hasil susu perah semakin berkualitas sehingga pendapatan juga bertambah besar.
"Selama hampir dua pekan, 12 peternak muda ini dibagi dalam tiga kelompok dan tinggal bersama keluarga di tiga peternakan Belanda yang berbeda," kata Akhmad.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Kementerian Peternakan Tri Melasari yang juga mengunjungi peternakan Belanda menilai, kunjungan ini sangat positif dan memberi perspektif yang lebih luas tentang profesi peternak. Seperti diketahui, Peternakan di Belanda sudah sangat maju dan secara optimal memanfaatkan teknologi.
"Peternak-peternak muda pemenang YPFA dapat mengambil hal-hal positif yang dipelajari di Belanda, menerapkan teknologi yang dapat diterapkan di peternakannya sendiri dan berbagi dengan para peternak lainnya. Peternak sapi perah adalah profesi penting yang dapat membantu meningkatkan produksi susu dalam negeri untuk kemudian menghasilkan produk-produk yang bergizi bagi masyarakat," terang Melasari.
Mendapatkan kesempatan belajar tentang peternakan ke Negeri Kincir Angin merupakan momen yang sangat berharga. Hal itu diutarakan oleh salah satu peternak yang ikut ke Belanda, Kristianti. Ibu muda berusia 23 tahun ini telah beternak selama lebih dari 5 tahun. Sehari-hari ia berbagi peran dengan suaminya dalam mengurus 13 ekor sapi ternaknya.
"Banyak hal yang saya pelajari di peternakan Jos di Belanda ini. Kalau saya dan suami berdua mengurus 9 ekor sapi laktasi dan 4 ekor anakan, Jos ternyata mampu bekerja dengan istri dan anaknya untuk mengelola >200 ekor sapi perah dan lahan peternakan," ujar Kristianti.
"Saya belajar bagaimana disiplin dan kecermatan dalam mengelola pekerjaan sehari-hari di kandang dapat membantu kita bisa bekerja dengan lebih efisien. Saya sudah tidak sabar berbagi dengan suami dan peternak lainnya di tanah air," sambungnya.
Lain cerita dari Mirza Azmi. Peternak berusia 29 tahun yang bergabung di koperasi Rukun Santoso di Jawa Timur ini, sudah beternak sapi perah kurang dari 5 tahun dan memiliki total 18 ekor sapi perah, terdiri dari 12 ekor sapi laktasi dan 6 ekor anakan. Peternakannya berjalan di lahan sewaan seluas 10.000m2 dengan luas lahan kandang 1.600m2.
"Keterlibatan saya di dunia peternakan sapi perah karena saya percaya industri ini punya potensi yang sangat besar, tapi anak muda jarang meliriknya. Buat saya ini kesempatan, karena kebutuhan susu sapi segar di dalam negeri masih sangat tinggi dan saya bisa memanfaatkan situasi ini," ujar Mirza.
"Apa yang saya dapat di Belanda sangat bermanfaat dan bahwa kita juga bisa membangun peternakan yang berkelanjutan. Kami mendapat ilmu pengetahuan baru mulai dari kebiasaan baik kecil hingga inovasi sederhana untuk dapat diterapkan sehingga semakin semakin percaya diri menggunakan teknologi untuk mendukung operasional peternakan," demikian kata Lulusan ITB.
Mirza juga sudah melengkapi fasilitas peternakannya dengan chopper untuk penyediaan pakan dan pakan hijauan sudah menggunakan silase. Kotoran ternak kemudian ia olah menjadi kompos agar lebih ramah lingkungan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)