BEAUTY

FDA Peringatkan Obat Kerontokan Rambut Topikal Punya Efek Negatif, Termasuk Disfungsi Ereksi

A. Firdaus
Sabtu 10 Mei 2025 / 07:12
Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengungkapkan bahwa obat topikal untuk mengatasi rambut rontok yang diresepkan dokter dapat, ternyata menimbulkan efek samping jangka panjang. Di antaranya meliputi disfungsi ereksi, kecemasan hingga kabut otak.

Dikutip dari Health, Finasteride, dijual dalam bentuk oral sebagai Propecia dan Proscar, adalah obat yang mengatasi kerontokan rambut dengan mencegah tubuh mengubah testosteron menjadi hormon lain yang disebut dihidrotestoteron atau DHT.

Penggunaan finasterida pada dasarnya tidak berbahaya, tetapi finasterida oral telah dikaitkan dengan efek samping seksual, mental, dan fisik yang terus berlanjut setelah seseorang berhenti mengonsumsi obat tersebut, kondisi langka yang disebut sindrom pascafinasterida (PFS).

Baca juga: Lelah Rambut Rontok? Ternyata Hanya Butuh Pemenuhan 5 Vitamin Ini!

Meskipun FDA sempat menyetujui Propecia dan Proscar pada 1990-an, lembaga tersebut belum memberikan lampu hijau untuk bentuk obat topikal apapun.

“Kita sering melakukan hal-hal yang tidak sesuai label, menggunakan produk yang tidak diteliti secara khusus, dan itu tidak masalah. Namun, itu berarti finasterida topikal belum menjalani pengujian yang ketat," kata dokter kulit di Audubon Dermatology Deidre Hooper, MD.

Peringatan baru tersebut mendokumentasikan 32 kasus kejadian buruk yang dilaporkan ke FDA terkait finasterida topikal antara tahun 2019 dan 2024.

Efek samping obat tersebut meliputi disfungsi ereksi, kecemasan, keinginan bunuh diri, kabut otak, depresi, kelelahan, insomnia, penurunan libido, dan nyeri testis setelah penggunaan produk topikal yang diracik dengan finasterida saja atau dikombinasikan dengan bahan aktif lainnya.

Namun demikian, Profesor Madya Dermatologi Universitas Minnesota Ronda Farah mengatakan bahwa belum jelas apa yang membuat beberapa orang lebih rentan terhadap efek samping yang terus menerus dari finasterida.

Kurangnya penelitian yang dilakukan pada formulasi topikal, serta variasi antara produk campuran, membuatnya semakin sulit untuk menentukannya.

"Kami masih mempelajari seberapa banyak yang perlu dioleskan untuk menimbulkan efek samping seperti itu," kata Farah.

"Ketika sesuatu diracik, itu berarti apotek yang berbeda mungkin membuatnya dengan cara yang berbeda. Secara umum, semakin banyak obat yang dioleskan ke kulit, semakin besar kemungkinan kamu mengalami efek samping,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH