BEAUTY
Hati hati! Ini Risiko jika Terima Treatment Filler oleh Tenaga Medis Non-Dokter
A. Firdaus
Kamis 30 Maret 2023 / 15:24
Jakarta: Keinginan untuk tampak tetap awet muda dan cantik menjadi kebutuhan para wanita. Tak jarang untuk memenuhi keinginan itu, wanita memilih melakukan perawatan ke klinik kecantikan.
Filler ialah salah satu treatment anti-aging (anti penuaan) yang sering dipilih oleh wanita, terutama umur 30-an. Itu karena treatment filler bisa mengatasi masalah kerutan atau guratan halus di kulit wajah, diantaranya menghilangkan smile line, kantong mata, atau keriput di dahi dan sudut mata.
Selain itu, filler juga berfungsi untuk memberikan volume sehingga wajah tambah lebih plump, awet muda dan membentuk wajah, seperti pipi lebih tinggi, pelipis lebih berisi, dagu lebih berbentuk, dan rahang tidak kempot.
Upaya meraih atau menjaga kecantikan dengan filler sendiri itu sah-sah saja. Karena, filler mengandung hyaluronic acid (HA) yang nantinya akan diserap oleh tubuh. Sehingga treatment filler tergolong aman dan tidak memberi efek jangka panjang.
Namun, jika kamu tertarik melakukan treatment filler atau telah menjalankan treatment filler di suatu klinik kecantikan, pastikan saat menerima treatment-nya yang melakukan tindakan ialah dokter, bukan tenaga medis non-dokter. Apa sebab?
Karena, amat berisiko tinggi mengalami efek samping jika treatment tersebut dilakukan oleh tenaga medis non dokter. Di mana, pada prakteknya di lapangan, banyak tenaga medis bukan dokter yang melakukan tindakan yang mungkin didapat karena sekedar pengalaman kerja atau kursus singkat.
Ya, dijelaskan oleh ahli di bidang estetika dan anti aging sekaligus founder Cyn Clinic, dr. Cynthia Jayanto M. Biomed (AAM), tindakan treatment filler itu sebaiknya dikerjakan oleh tenaga medis dokter yang sudah kompeten dan biasa mengerjakan tindakan filler tersebut. Karena secara aturan filler harus dilakukan oleh dokter dan sebaiknya memang berpengalaman dan berlisensi di bidang estetik.
Jika dilakukan oleh tenaga medis non dokter, apalagi tidak berlisensi, hanya sekadar pengalaman dan kursus singkat, konsumen bisa saja berisiko tinggi mengalami efek samping, seperti pembengkakan, infeksi, nekrosis, granuloma di wajah. Atau, dalam kata lain, seseorang mengalami malapraktik yang mereka tidak bisa mengatasi masalah dan keluhan tersebut.
"Tenaga medis non dokter itu tidak tahu standar keseluruhan dari treatment filler dan juga secara teknis. Inilah awal dari masalah orang yang mengalami masalah filler," kata dr. Cynthia, di Cyn Clinic, Bambu Kuning – Bekasi.
"Kami, di Cyn Clinic, suka menerima pasien yang mengalami nekrosis. Terbaru, kami menerima pasien mengalami nekrosis akibat treatment filler dagu yang dikerjakan oleh tenaga medis bukan dokter. Di mana pasien datang dengan keluhan bengkak dan setelah di-filler makin bengkak, nyeri dan nekrosis kebiruan," ucap dr. Cynthia.
Inilah yang kemudian menjadi concern dr. Cynthia, bahwa perlu bersikap hati-hati atas tawaran treatment yang diberikan oleh klinik kecantikan yang sekarang menjamur. Jangan gampang tergiur hanya dengan harga murah.
Ia menambahkan bahwa pasien yang sudah mengalami nekrosis biasanya kualitas hidupnya menurun, yaitu suka mengalami demam dan menggigil saat tidur malam. Ditambah, proses penyembuhannya tidak bisa instan atau dalam sekali datang, plus proses pengobatannya juga relatif sakit.
"Karena kalau sudah bengkak, pasti ada nanah di dalamnya, akibat adanya sel-sel dan jaringan hidup yang mati. Itu semua harus dikeluarkan dulu nanahnya, itulah tantangannya. Kalau sudah keluar semua nanahnya, baru bisa diobati," kata dokter anti aging lulusan dari Universitas Udayana ini.
Waktu penyembuhannya sendiri bergantung pada derajat keparahannya. Tapi, umumnya menghabiskan waktu berbulan-bulan karena harus secara melakukan check-up berkala.
"Contohnya, orang yang wajahnya sudah mengalami nekrosis. Kondisi itu bisa membuat jaringan kulit rusak dan akan terjadi cacat seumur hidup. Namun, bisa diperbaiki menjadi lebih baik dengan rekonstruksi estetik ke spesialis bedah plastik atau konsultan rekonstruksi estetik," kata dr. Cynthia.
Untuk mencegah itu, dr. Cynthia pun menyarankan bagi kamu yang ingin melakukan treatment filler, perlu melakukan konsultasi dulu dengan dokter spesialis kecantikan atau spesialis kulit. Hal itu agar treatment yang dilakukan seseorang bisa menghasilkan hasil yang maksimal dan tidak membuat wajah infeksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Filler ialah salah satu treatment anti-aging (anti penuaan) yang sering dipilih oleh wanita, terutama umur 30-an. Itu karena treatment filler bisa mengatasi masalah kerutan atau guratan halus di kulit wajah, diantaranya menghilangkan smile line, kantong mata, atau keriput di dahi dan sudut mata.
Selain itu, filler juga berfungsi untuk memberikan volume sehingga wajah tambah lebih plump, awet muda dan membentuk wajah, seperti pipi lebih tinggi, pelipis lebih berisi, dagu lebih berbentuk, dan rahang tidak kempot.
Upaya meraih atau menjaga kecantikan dengan filler sendiri itu sah-sah saja. Karena, filler mengandung hyaluronic acid (HA) yang nantinya akan diserap oleh tubuh. Sehingga treatment filler tergolong aman dan tidak memberi efek jangka panjang.
Namun, jika kamu tertarik melakukan treatment filler atau telah menjalankan treatment filler di suatu klinik kecantikan, pastikan saat menerima treatment-nya yang melakukan tindakan ialah dokter, bukan tenaga medis non-dokter. Apa sebab?
Karena, amat berisiko tinggi mengalami efek samping jika treatment tersebut dilakukan oleh tenaga medis non dokter. Di mana, pada prakteknya di lapangan, banyak tenaga medis bukan dokter yang melakukan tindakan yang mungkin didapat karena sekedar pengalaman kerja atau kursus singkat.
Filler dengan dokter di bidangnya
Ya, dijelaskan oleh ahli di bidang estetika dan anti aging sekaligus founder Cyn Clinic, dr. Cynthia Jayanto M. Biomed (AAM), tindakan treatment filler itu sebaiknya dikerjakan oleh tenaga medis dokter yang sudah kompeten dan biasa mengerjakan tindakan filler tersebut. Karena secara aturan filler harus dilakukan oleh dokter dan sebaiknya memang berpengalaman dan berlisensi di bidang estetik.
Jika dilakukan oleh tenaga medis non dokter, apalagi tidak berlisensi, hanya sekadar pengalaman dan kursus singkat, konsumen bisa saja berisiko tinggi mengalami efek samping, seperti pembengkakan, infeksi, nekrosis, granuloma di wajah. Atau, dalam kata lain, seseorang mengalami malapraktik yang mereka tidak bisa mengatasi masalah dan keluhan tersebut.
"Tenaga medis non dokter itu tidak tahu standar keseluruhan dari treatment filler dan juga secara teknis. Inilah awal dari masalah orang yang mengalami masalah filler," kata dr. Cynthia, di Cyn Clinic, Bambu Kuning – Bekasi.
"Kami, di Cyn Clinic, suka menerima pasien yang mengalami nekrosis. Terbaru, kami menerima pasien mengalami nekrosis akibat treatment filler dagu yang dikerjakan oleh tenaga medis bukan dokter. Di mana pasien datang dengan keluhan bengkak dan setelah di-filler makin bengkak, nyeri dan nekrosis kebiruan," ucap dr. Cynthia.
Inilah yang kemudian menjadi concern dr. Cynthia, bahwa perlu bersikap hati-hati atas tawaran treatment yang diberikan oleh klinik kecantikan yang sekarang menjamur. Jangan gampang tergiur hanya dengan harga murah.
Proses pengobatan yang relatif sakit
Ia menambahkan bahwa pasien yang sudah mengalami nekrosis biasanya kualitas hidupnya menurun, yaitu suka mengalami demam dan menggigil saat tidur malam. Ditambah, proses penyembuhannya tidak bisa instan atau dalam sekali datang, plus proses pengobatannya juga relatif sakit.
"Karena kalau sudah bengkak, pasti ada nanah di dalamnya, akibat adanya sel-sel dan jaringan hidup yang mati. Itu semua harus dikeluarkan dulu nanahnya, itulah tantangannya. Kalau sudah keluar semua nanahnya, baru bisa diobati," kata dokter anti aging lulusan dari Universitas Udayana ini.
Waktu penyembuhannya sendiri bergantung pada derajat keparahannya. Tapi, umumnya menghabiskan waktu berbulan-bulan karena harus secara melakukan check-up berkala.
"Contohnya, orang yang wajahnya sudah mengalami nekrosis. Kondisi itu bisa membuat jaringan kulit rusak dan akan terjadi cacat seumur hidup. Namun, bisa diperbaiki menjadi lebih baik dengan rekonstruksi estetik ke spesialis bedah plastik atau konsultan rekonstruksi estetik," kata dr. Cynthia.
Untuk mencegah itu, dr. Cynthia pun menyarankan bagi kamu yang ingin melakukan treatment filler, perlu melakukan konsultasi dulu dengan dokter spesialis kecantikan atau spesialis kulit. Hal itu agar treatment yang dilakukan seseorang bisa menghasilkan hasil yang maksimal dan tidak membuat wajah infeksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)