NTT: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) berencana menutup aktivitas pariwisata di kawasan Taman Nasional (TN) Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT) secara reguler pada tahun 2025 dari aktivitas pariwisata. Rencana penutupan aktivitas wisata itu kini sedang digodok.
Penutupan aktivitas wisata di TN Komodo menurut BTNK bertujuan untuk pemulihan destinasi atas aktivitas wisata yang intens selama ini. Kebijakan itu juga untuk menjaga keberlanjutan kawasan konservasi TN Komodo dengan mengelola tingkat kunjungan wisatawan.
"Kami akan menutup kawasan TNK secara reguler yang bertujuan mengurangi tekanan dalam kawasan, mengurangi dampak negatif dari aktivitas wisata terhadap kawasan konservasi serta menghidupkan destinasi wisata di luar kawasan TNK," kata Kepala BTNK Hendrikus Rani, Rabu, 17 Juli 2024.
Hendrikus menegaskan rencana penutupan sementara kawasan TN Komodo akan dilakukan pada tahun 2025 didahului dengan melakukan kajian ilmiah terkait dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan sehingga tidak menimbulkan dampak terhadap kawasan konservasi dan industri pariwisata.
"Saat ini masih dalam diskusi informal, dalam konsep jika ditutup sehari maka diharapkan wisatawan melakukan aktivitas wisata di luar kawasan dan meningkatkan lama tinggal wisatawan di Labuan Bajo," katanya.
BTNK mencatat sebanyak 300.488 wisatawan melakukan kunjungan wisata ke TN Komodo sepanjang 2023, kondisi ini terus meningkat pasca pandemi covid.
Pusat Kajian Pariwisata Universitas Gadjah Mada (UGM) sedang melakukan studi terkait daya dukung daya tampung di kawasan TNK demi keberlanjutan kawasan konservasi di tengah potensi meningkatnya kunjungan pariwisata karena penerbangan internasional ke Labuan Bajo dan minat wisata alam.
"Kami harus juga mempersiapkan diri, salah satunya adalah kajian daya dukung lagi untuk dapat jumlah yang pas," kata Hendrikus.
Ia juga berharap pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dapat mengelola destinasi wisata di luar kawasan TN Komodo sehingga menjadi tujuan wisatawan. MI/Marianus Marselus Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News