Banda Aceh: Badan Nasional Narkotika (BNN) Provinsi Aceh memusnahkan sekitar 95 ribu batang ganja yang ditanam di ladang seluas 4,5 hektare di lereng Gunung Seulawah, Kabupaten Aceh Besar.
Pemusnahan ladang ganja dipimpin Kepala BNN Provinsi Aceh Brigjen Pol Heru Pranoto di kawasan Lampanah, Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar, Senin, 22 Agustus 2022
Untuk menuju ke ladang tersebut, tim BNN Provinsi Aceh bersama TNI dan Polri menggunakan mobil dengan jalan rusak parah. Jarak tempuh ke dalam menggunakan mobil sekitar 1 jam. Selanjutnya, tim gabungan berjalan kaki melintasi semak belukar selama 15 menit. Ladang ganja tersebut berada di dua titik terpisah dengan ketinggian tanaman lebih dari 1,5 meter.
Pemusnahan dengan mencabut dan selanjutnya membakar tanaman terlarang tersebut. Sayangnya tidak ditemukan penanam tanaman ganja tersebut.
Brigjen Heru Pranoto mengatakan bahwa pemusnahan ladang ganja di sekitar kaki Gunung Seulawah tersebut telah dilakukan untuk kesekian kalinya.
"Pemusnahan ini untuk kesekian kalinya, baik oleh BNN Provinsi Aceh, BNN RI, Bareskrim Polri, maupun oleh Polda Aceh dan jajaran," katanya.
Menurutnya, pemusnahan untuk memutuskan mata rantai peredaran dan penyalahgunaan ganja, baik di Aceh maupun luar provinsi ujung barat Indonesia tersebut.
Selanjutnya, terhadap ladang ganja yang dimusnahkan tersebut akan dijadikan lahan untuk program penanaman alternatif menggantikan tanaman ganja dengan tanaman produktif lainnya.
"Kami terus menyosialisasi program tanaman alternatif ini agar penanam ganja tidak lagi menanam tanaman terlarang tersebut, kemudian menggantinya dengan tanaman bernilai ekonomis lainnya," kata Heru Pranoto.
Didampingi Kepala Bidang Pemberantasan BNN Provinsi Aceh Kombes Pol Mirwazi, Brigjen Pol Heru Pranoto mengatakan bahwa peredaran dan penyalahgunaan narkotika, terutama ganja di Aceh, cukup membahayakan generasi muda.
"Berdasarkan survei pada tahun 2019, peredaran dan penyalahgunaan narkotika di Aceh berada pada peringkat keenam di Indonesia dengan prevalensi 2,80 persen. Ini tentu mengkhawatirkan," ujarnya. AFP PHOTO/Chaideer Mahyuddin Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News