Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mengatakan pusat gempa terbaru berada sekitar 34 kilometer di luar Herat, dengan kedalaman 8 kilometer di bawah permukaan. Sejauh ini dilaporkan dua warga tewas dan puluhan lainnya terluka.
Warga Herat baru saja mulai kembali ke rumah mereka saat gempa terjadi. Sebelumnya merek tidur di luar rumah karena khawatir akan gempa susulan.
“Warga panik dan takut. Untung saja gemp kali ini terjadi siang hari, saat warga tidak tidur,” kata seorang warga bernama Hamid Nizami, 27.
Kelompok kemanusiaan Dokter tanpa Batas (MSF) menyatakan situasi semakin kritis. “Dari sisi psikologi, warga ketakutan dan trauma. Mereka merasa tidak aman tidur di rumah,” kata Yahya Kalilah selaku Kepala MSF Afghanistan.
Paling menghancurkan
Gempa bumi sebelumnya yang terjadi pada pekan lalu telah meratakan seluruh desa di Herat dan menjadi salah satu gempa paling merusak dalam sejarah negara tersebut. Menurut PBB, lebih dari 90% orang yang tewas seminggu yang lalu ialah perempuan dan anak-anak.
Para pejabat Taliban mengatakan gempa sebelumnya menewaskan lebih dari 2.000 orang di seluruh provinsi tersebut. “Pusat gempa berada di Distrik Zenda Jan, yakni 1.294 orang meninggal, 1.688 orang terluka, dan setiap rumah hancur,” kata PBB.
Gempa berikutnya berkekuatan 6,3 skala Richter terjadi pada Rabu (11/10), meratakan desa-desa, menghancurkan ratusan rumah yang terbuat dari batu bata dan lumpur yang tidak mampu menahan kekuatan tersebut. Sekolah, klinik Kesehatan, dan fasilitas desa lainnya juga rusak.
Selain puing-puing dan permakaman setelah kehancuran itu, hanya ada sedikit yang tersisa dari desa-desa di perbukitan berdebu di wilayah tersebut.
Negara ini sering dilanda gempa bumi, terutama di pegunungan Hindu Kush karena terletak di dekat persimpangan lempeng tektonik Eurasia dan India.
Pada Juni tahun lalu, Provinsi Paktika di Afghanistan dilanda gempa berkekuatan 5,9 skala Richter yang menewaskan lebih dari 1.000 orang dan menyebabkan puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal. Dok. Media Indonesia
Foto: AFP PHOTO/ Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News