Shing Ling, seorang tentara Myanmar yang memutuskan untuk bergabung dengan gerakan anti-kudeta dan berhenti dari pekerjaannya.
Shing Ling, seorang tentara Myanmar yang memutuskan untuk bergabung dengan gerakan anti-kudeta dan berhenti dari pekerjaannya.
Dalam sebuah postingan media sosialnya, Ling yang berseragam tentara tampak memberikan hormat tiga jari sebagai bentuk dukungannya terhadap demokrasi.
Dalam sebuah postingan media sosialnya, Ling yang berseragam tentara tampak memberikan hormat tiga jari sebagai bentuk dukungannya terhadap demokrasi.
Tentara berusia 30 tahun itu memposting foto dirinya di Facebook minggu lalu, ketika pasukan keamanan terus melakukan kekerasan terhadap pengunjuk rasa. Postingan itu dibagikan oleh lebih dari seribu akun sambil memuji keberaniannya.
Tentara berusia 30 tahun itu memposting foto dirinya di Facebook minggu lalu, ketika pasukan keamanan terus melakukan kekerasan terhadap pengunjuk rasa. Postingan itu dibagikan oleh lebih dari seribu akun sambil memuji keberaniannya.

Merasa Bersalah, Tentara Myanmar Membelot dan Gabung Gerakan Anti-Kudeta

16 Maret 2021 18:45
Yangon: Shing Ling, seorang tentara Myanmar yang memutuskan untuk bergabung dengan gerakan anti-kudeta dan berhenti dari pekerjaannya. Dalam sebuah postingan media sosialnya, Ling yang berseragam tentara tampak memberikan hormat tiga jari sebagai bentuk dukungannya terhadap demokrasi.

Dilansir AFP, Selasa, 16 Maret 2021, tentara berusia 30 tahun itu memposting foto dirinya di Facebook minggu lalu, ketika pasukan keamanan terus melakukan kekerasan terhadap pengunjuk rasa. Postingan itu dibagikan oleh lebih dari seribu akun sambil memuji keberaniannya.

"Saya merasa sangat bersalah dan malu sejak 1 Februari," kata Shing Ling kepada AFP dari tempat persembunyiannya di Yangon.

Kekerasan di kota Okkalapa Utara, Yangon pada awal Maret lalu menjadi pemicu Ling untuk bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil nasional.

"Saya ditempatkan sangat dekat dengan Okkalapa Utara, jadi senjata saya bisa menembak orang yang tidak bersenjata," katanya. "Saya tidak bisa membiarkan itu terjadi. Itu sebabnya saya memutuskan untuk bergabung," imbuhnya.

Di akun Instagram pribadinya, tentara etnis Chin itu memposting foto dirinya mengenakan seragam militer pada Oktober 2018. Dalam postingan terbarunya, dia membagikan foto dirinya yang memberikan hormat tiga jari setelah bergabung dengan gerakan mogok nasional, yang dilakukan para pegawai negeri karena menolak bekerja di bawah rezim junta militer.

Diketahui ada sejumlah laporan pembelotan polisi dan tentara, tetapi jarang dari mereka yang mengumumkan pembelotan karena takut akan konsekuensinya.

Menurut hukum militer Myanmar, bagi tentara yang membelot, mereka akan ditindak dengan hukuman mati. AFPTV

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(KHL)

Internasional konflik myanmar Kudeta Myanmar