Jakarta: Truk bantuan pertama tiba di Gaza yang dilanda perang dari Mesir pada hari Sabtu, 21 Oktober 2023, membawa bantuan kemanusiaan mendesak ke daerah kantong Palestina yang dikuasai Hamas, yang menderita apa yang oleh Sekjen PBB disebut sebagai 'mimpi buruk yang mengerikan'.
Israel telah bersumpah untuk menghancurkan Hamas setelah kelompok militan Islam tersebut melakukan serangan paling mematikan dalam sejarah negara itu pada 7 Oktober.
Militan Hamas membunuh sedikitnya 1.400 orang, sebagian besar warga sipil yang ditembak, dimutilasi atau dibakar sampai mati, dan menyandera lebih dari 200 orang, menurut pejabat Israel.
Israel membalas dengan kampanye pengeboman tanpa henti di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 4.300 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
Pengepungan Israel telah memutus pasokan makanan, air, listrik dan bahan bakar ke wilayah berpenduduk padat dan berpenduduk 2,4 juta jiwa yang telah lama diblokade, sehingga memicu kekhawatiran akan terjadinya bencana kemanusiaan.
Wartawan AFP pada hari Sabtu melihat 20 truk dari Bulan Sabit Merah Mesir, yang bertanggung jawab mengirimkan bantuan dari berbagai badan PBB, melewati perbatasan Rafah dari Mesir ke Gaza.
Penyeberangan tersebut satu-satunya jalan menuju Gaza yang tidak dikendalikan oleh Israel, ditutup kembali setelah truk-truk tersebut lewat.
Truk-truk tersebut telah menunggu berhari-hari di pihak Mesir setelah Israel menyetujui permintaan dari sekutu utamanya Amerika Serikat untuk mengizinkan masuknya bantuan.
Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan 20 truk yang diterima sejauh ini tidak memenuhi kebutuhan warga Gaza, lebih dari satu juta di antaranya terpaksa meninggalkan rumah mereka.
“Lebih banyak lagi bantuan yang perlu dikirim," kata Guterres pada pertemuan puncak perdamaian di Mesir pada hari Sabtu.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyambut baik bantuan tersebut dan mendesak semua pihak untuk menjaga penyeberangan Rafah tetap terbuka.
Namun juru bicara Hamas mengatakan bahkan puluhan konvoi tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan Gaza, terutama karena tidak ada bahan bakar yang diperbolehkan masuk untuk membantu mendistribusikan pasokan kepada mereka yang membutuhkan. AFP PHOTO/Belal Al Sabbagh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News