Jakarta: Tiga bulan menjelang pemilihan umum Pakistan, mantan Perdana Menteri Nawaz Sharif kembali dari pengasingan di London, Inggris. Dia berupaya mendapatkan jabatan untuk periode keempat.
PM Pakistan tiga periode itu kembali ke tanah airnya pada Sabtu, 21 Maret, setelah empat tahun mengasingkan diri di London. Dia pindah ke ibu kota Inggris pada 2019 untuk mendapatkan perawatan medis di tengah masa hukuman tujuh tahun penjara dengan syarat dia kembali ketika sehat.
Namun, dia tidak kembali ke Pakistan untuk menyelesaikan hukumannya. Pria berusia 73 tahun yang mengepalai Partai Liga Muslim Pakistan Nawaz atau PML-N itu mengeklaim bahwa dakwaan yang diajukan dan persidangan dilakukan secara tergesagesa, serta hukuman dan pemenjaraannya bermotif politik.
Nawaz, yang dianggap sebagai salah satu politikus paling berpengaruh di Pakistan, tidak membuat kekuasaannya berakhir mulus. Ia dipecat karena tuduhan korupsi pada 1993 sebelum kembali menjabat pada 1997, lalu digulingkan lagi dua tahun kemudian atas perintah militer setelah terlibat perselisiha dengan para jenderal.
Jabatan ketiganya berakhir pada 2017, ketika Mahkamah Agung Pakistan mendiskualifi kasinya dari dunia politik seumur hidup atas tuduhan korupsi, tuduhan yang dibantahnya. Saat berada di London pada 2020, pengadilan Pakistan mengeluarkan surat perintah penangkapan Nawaz.
Namun, awal pekan ini, Pengadilan Tinggi di Islamabad memberikan jaminan perlindungan kepada Nawaz, yang berarti bahwa pihak berwenang tidak dapat menahannya sebelum dia hadir di hadapan hakim pada Selasa, 24 Oktober, untuk meminta perpanjangan jaminan bebas sementara.
Keputusan pengadilan telah mempermulus jalan bagi Nawaz untuk berkampanye di kampung halamannya di Lahore akhir pekan kemarin, tanpa ancaman penangkapan yang menghantuinya.
Ia tidak dapat mencalonkan diri lagi dalam pemilu atau memegang jabatan publik karena vonis hukumannya, meski partainya mengatakan Nawaz ingin menjadi PM untuk keempat kalinya.
Putrinya, Maryam Nawaz, mengatakan pihaknya akan berusaha untuk membatalkan vonis kasus korupsi ayahnya.
Kepulangan Nawaz diperkirakan mengubah lanskap politik saat ini di negara tersebut. “Ini adalah momen besar dan perkembangan besar,” kata anggota parlemen dari PML-N Maiza Hameed.
Namun, kubu oposisi menganggap kepulangan Nawaz hanyalah lelucon. “Nawaz kerap mengolok-olok hukum negara dengan memberikan laporan medis palsu, pergi berobat, dan akhirnya ditemukan di mal kelas atas,” ujar penasihat Imran Khan untuk media dan urusan internasional, Zulfi kar Bukhari. Dok. Media Indonesia
Foto: AFP PHOTO/Aamir Qureshi Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News