Jakarta: Pasukan anti-rezim di Suriah mulai memasuki pusat kota Damaskus pada Minggu, 8 Desember 2024, setelah rezim Basharr al-Assad kehilangan kendali di wilayah tersebut.
Gelombang protes terhadap rezim dimulai pada Sabtu, 7 Desember 2024 malam di sejumlah wilayah permukiman.
Sementara itu, pasukan rezim ditarik dari sejumlah lokasi strategis, seperti Kementerian Pertahanan, Kementerian Dalam Negeri, dan bandara internasional.
Dengan masuknya para demonstran ke area-area krusial, rezim Assad kehilangan sebagian besar kendali atas ibu kota.
Di Penjara Sednaya di Damaskus, yang terkenal sebagai simbol kekuasaan rezim dan praktik penyiksaan yang keji, para tahanan dibebaskan oleh demonstran yang menyerbu fasilitas tersebut.
Di wilayah lain, pasukan oposisi berhasil menguasai sebagian besar pusat kota Aleppo dan mendominasi provinsi Idlib hingga 30 November.
Setelah pertempuran sengit pada Kamis, 5 Desember 2024, kelompok oposisi merebut pusat kota Hama dari tangan pasukan rezim.
Di provinsi Homs, yang memiliki nilai strategis tinggi, kelompok anti-rezim berhasil menguasai sejumlah permukiman dan mulai melancarkan serangan lanjutan.
Pada Jumat, 6 Desember 2024, kelompok oposisi Suriah juga menguasai Daraa, wilayah di selatan Suriah yang berbatasan dengan Yordania.
Pada Sabtu pagi, mereka merebut kendali atas provinsi Suwayda di bagian selatan. Sementara itu, kelompok oposisi setempat di Quneitra berhasil menguasai ibu kota provinsi tersebut.
Tentara Nasional Suriah (SNA) oposisi meluncurkan Operasi Fajar Kebebasan pada 1 Desember untuk melawan kelompok teroris PKK/YPG di distrik Tel Rifaat, wilayah pedesaan Aleppo, dan berhasil membebaskan daerah tersebut dari elemen-elemen teroris. Sumber: Anadolu
Dok. AFP PHOTO/Louai Beshara Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News