Jakarta: Tim penyelamat dibantu tim asing berpacu dengan waktu untuk menemukan korban selamat, saat gempa di Maroko telah menewaskan lebih dari 2.800 orang. Sayang harapan untuk menemukan lebih banyak orang yang selamat di bawah reruntuhan mulai memudar, Selasa, 12 September 2023.
Bencana gempa berkekuatan magnitudo 6,8 yang melanda akhir pekan lalu merupakan gempa paling mematikan yang melanda negara Afrika Utara itu sejak gempa bumi pada 1960 yang menghancurkan Agadir dan menewaskan ribuan orang.
Pusat gempa pada Jumat, 8 September malam terjadi di Provinsi Al-Haouz di barat daya pusat wisata Marrakesh. Sebagian besar korban meninggal di Al-Haouz.
Menurut angka resmi pada Senin malam, secara keseluruhan, sedikitnya 2.862 orang tewas dan lebih dari 2.500 orang terluka dalam tragedi tersebut.
Tim penyelamat Maroko yang didukung oleh tim dari Spanyol, Inggris, Qatar, dan Uni Emirat Arab kini berjuang melawan waktu.
“Kesulitan terbesar terjadi di daerah terpencil dan sulit diakses, seperti di sini, namun korban cedera bisa dievakuasi,” kata Annika Coll, ketua tim Spanyol, kepada AFP di komunitas Talat Nyacoub yang dilanda bencana.
Sekitar 70 kilometer (40 mil) utara, tim Spanyol lainnya dari Unit Darurat Militer (UME) telah mendirikan kamp sejak Minggu malam di pinggir desa Amizmiz.
Albert Vasquez, petugas komunikasi unit Spanyol, memperingatkan pada hari Senin bahwa sangat sulit untuk menemukan orang yang hidup setelah tiga hari tetapi harapan masih ada.
Rabat pada hari Minggu mengumumkan telah menerima tawaran untuk mengirim tim pencarian dan penyelamatan dari Inggris, Qatar dan UEA, serta Spanyol. Banyak negara lain telah menawarkan bantuan. AFP PHOTO/FADEL SENNA/BULENT KILIC/FETHI BELAID/MATIAS CHIOFALO Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News