Jakarta: Replika menara Arc de Triomphe yang terkenal di Prancis, berdiri di sepanjang Sungai Bassac, cabang Sungai Mekong, diapit pertokoan dan apartemen yang dibangun dengan gaya blok Haussmann, khas ibu kota Prancis. Bangunan itu berdiri megah di Phnom Penh, dan kini menjadi salah satu ikon ibu kota Kamboja.
Pembangunan besar-besaran yang meniru bangunan dan jalan-jalan raya di Paris memang tengah dilakukan di negara bekas jajahan Prancis tersebut, dan kini secara keseluruhan hampir rampung.
“Bangunan ini indah, sungguh indah,” kata Heng Sokharith, 49, yang membeli sebuah unit di proyek Elysee (namanya diambil dari jalan Champs-Elysees di Paris) untuk bisnis furniturnya di Kawasan tersebut. “Ketika kami memiliki bangunan semacam ini di Kamboja, itu merupakan suatu kebanggaa.”
Dilengkapi kawasan pejalan kaki yang terawat, kafe-kafe, dan gaya arsitektur yang anggun, ‘Paris mini’ ini ditawarkan sebagai kawasan mewah bagi orang kaya agar terlindung dari kesibukan dan kebisingan kota berpenduduk dua juta jiwa.
OCIC, pihak pengembang kawasan ini, telah mengubah kawasan rawa di sebuah pulau, membangun gedung pencakar langit, sekolah internasional, dan rumah sakit. OCIC, bagian dari salah satu konglomerat terbesar di negara ini, menginvestasikan US$400 juta (Rp6,2 triliun) di Elysee, yang awalnya diluncurkan pada 2015 dan kini hampir selesai.
Harga untuk unit-unit arpartemen besar di Elysee mencapai US$1300 (sekitar Rp20 juta) per meter persegi. Lebih dari 80% dari 229 unit yang ada di Elysee telah terjual meskipun saat ini tidak semuanya terisi, menurut Wakil Presiden OCIC Thierry Tea.
Phnom Penh berusaha menarik investor asing yang mencari properti dengan harga yang kompetitif ketimbang kota-kota lain di kawasan. “Jika pelanggan ingin membeli, menyewa, mendapatkan hasil dan laba atas investasi, mereka dipersilakan datang ke sini,” kata Tea kepada AFP.
“Kamboja mempunyai banyak hal yang bisa ditawarkan. Phnom Penh adalah kota yang sedang berkembang. Ada banyak potensi,” ujarnya.
Di bawah pemerintahan Hun Sen (dan kini diteruskan putranya), Kamboja kini mengembangkan hubungan yang semakin erat dengan Beijing. Membanjirnya uang dari Tiongkok telah memicu booming-nya pembangunan, tapi juga menyebabkan menjamurnya kasino dan bisnis-bisnis hitam lainnya di ibu kota. Dok. Media Indonesia
Foto: AFP PHOTO/Sarah Lai/Tang Chhin Sothy Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News